Brainstorming berhubungan erat dengan ide-ide kreatif. Bahkan ide-ide ekstrem bisa lahir dari metode diskusi dengan curah pendapat ini.
Opini oleh Mohammad Nurfatoni, Direktur Penerbit Kanzun Book.
Tagar.co – Ide apa yang bisa Anda sumbangkan untuk peningkatan omset sebuah perusahaan tambal ban?
Dalam sebuah kolomnya di Jawa Pos tahun 1990-an , Hermawan Kertajaya, pernah memberikan ilustrasi sebuah brainstorming yang dilakukan oleh manajemen sebuah perusahaan tambal ban dalam menemukan ide terhadap persoalan di atas.
Dalam diskusi yang memberikan ruang kebebasan berpendapat itu, sekalipun ekstrem, seseorang menemukan ide ‘gila’.
Baca juga: Berpikir Kreatif
Katanya, “Omset perusahaan kita ini ‘kan tergantung dari ban kempes. Jadi semakin banyak kendaraan yang bannya kempes di sekitar lokasi kita, otomatis banyak order tambal ban yang kita terima.”
“Lalu bagaimana caranya?” tanya pimpinan diskusi.
“Kita tebar paku pada ruas jalan, 100 meter menuju lokasi kita,” jawabnya enteng.
Terhenyak? Bisa jadi. Sebab itu ide ekstrem. Dan tidak wajar. Ilustrasi di atas bukan bermaksud mengajari kita untuk berpikir (atau berbisnis) secara negatif. Bahwa dalam brainstorming, kita akan memperoleh ide-ide segar. Ide-ide baru. Yang itu sangat penting bagi proses berpikir kreatif.
Makna Brainstorming
Brainstorming (brain, otak dan storming, badai. atau pengejut otak) bisa diartikan berhimpun atau curah pendapat yang mengejutkan).
Brainstorming adalah salah satu model diskusi yang bertujuan menghasilkan ide-ide cemerlang. Michael Morgan dalam buku Strategi Inovasi Sumber Daya Manusia (1996), menjelaskan brainstorming adalah cara mendapatkan ide tak terbatas secara cepat dan efisien, yaitu mendapatkan ide sebanyak-banyaknya dalam waktu sesingkat-singkatnya.
Empat Rambu
Karena brainstorming dilakukan secara kelompok, maka untuk bisa melakukannya secara baik, Michael Morgan memberikan empat rambu-rambu.
Pertama, ada topik pembicaraan yang jelas dan terfokus. Jangan mengangkat topik yang umum dan luas. Topik “memperbaiki pelayanan kepada pelanggan secara menyeluruh” mungkin terlalu luas. Topik itu bisa dipersempit, misalnya, menjadi “mengurangi waktu tunggu pelanggan”.
Baca juga: Tirani Kepentingan
Kedua, sebaiknya ada yang menulis ide-ide yang muncul. Tujuannya agar ide bisa dibaca orang lain dan merangsang mereka untuk mengeluarkan ide-idenya. Di samping, tentu saja, sesuatu yang sudah tertulis akan lebih sistematis dan mudah diinventarisasi. Dan ini sangat penting untuk melanjutkan kemunculan ide-ide.
Ketiga, jumlah peserta yang ideal adalah sepuluh sampai dua belas orang. Jika terlalu banyak, akan menyita waktu dan menutup kesempatan semua peserta mengemukakan ide-idenya..
Sebaliknya, jika jumlahnya kurang dari delapan orang, forum akan kekurangan ‘napas’. Sebab dalam brainstorming, orang mengemukakan pendapatnya terus-menerus dalam beberapa menit, berhenti sebentar sambil mendengarkan dan berpikir, kemudian maju lagi beberapa menit.
Jika kurang dari delapan orang, maka forum tidak mempunyai cukup orang untuk melakukan gerakan pasang-surut tersebut.
Keempat, adanya pemimpin atau penanggung jawab. Tugasnya mengatur jalannya diskusi, termasuk memastikan seluruh peserta untuk mengikuti peraturan dasar brainstorming, yaitu: ketidakbolehan mengkritik atau memberi komentar terhadap kualitas ide.
Sebab yang diinginkan dalam diskusi seperti ini adalah kuantitas ide dan bukannya kualitas Komentar negatif atas ide-ide yang dikemukakan, akan segera mematikan brainstorming. Fungsi pemimpin yang terpenting di sini adalah menghentikan setiap komentar negatif itu.
Baca juga: Orang Baik yang Jahat
Pemimpin bertanggung jawab juga menerima dan (melimpahkan) mencatat setiap ide. Sebab tak ada seorang pun yang dapat mengingat ide-ide yang muncul berhamburan. Diperlukan orang yang bukan saja mampu menulis. tetapi harus dapat menuliskannya dengan jelas dan benar.
Pemimpin juga memberi dorongan kepada seluruh peserta untuk mengeluarkan ide-ide. Tidak setiap ide harus baru dan unik. beberapa ide terbaik dapat datang dari membentuk atau menambah ide yang sudah ada.
Pada akhirnya, apabila setiap peserta sudah kelelahan dan kehabisan ide, maka segera dilakukan evaluasi ide-ide. Mana yang realistis, mana yang utopis. Realistis dan etiskah, misalnya, menyebar paku untuk menaikan omset tambal ban.
Ya, mengapa Anda dan grup Anda tidak memulai brainstorming. Sebab tidak bijak mematikan ide dan kreativitas kelompok dengan rapat atau diskusi yang sekadar mengesahkan luncuran-luncuran ide dari atas. Semoga! (#)