Bersepeda adalah olahraga sederhana yang mengandung banyak manfaat. Bahkan di dalam sepeda ada filosofi hidup.
Opini oleh Bening Satria Prawita Diharja, S.Or., M.Pd., Guru SMP Muhammadiyah 1 Gresik
Tagar.co – Bersepeda termasuk olahraga populer, tidak hanya di Indonesia, tapi juga di dunia. Olahraga adalah aktivitas yang digemari oleh semua kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang tua.
Kendaraan beroda dua ini—lengkap dengan setang, tempat duduk, dan pedal yang digerakkan oleh kaki—memiliki berbagai sebutan di seluruh dunia.
Sejarah Sepeda
Di Indonesia, kita menyebutnya sepeda, sementara di Malaysia dikenal sebagai kereta angin atau kereta lereng. Dalam bahasa Inggris, kita mengenalnya sebagai bicycle, dari bi yang berarti dua dan cycle yang berarti roda. Sedangkan di Perancis dan Belanda, sepeda disebut vélocipède.
Ditemukan pada abad ke-19 oleh Baron Karl Drais von Sauerbronn dari Jerman, sepeda awalnya adalah alat transportasi untuk meningkatkan efisiensi kerja seorang kepala pengawas hutan.
Baru di tahun 1839, Kirkpatrick MacMillan dari Skotlandia menambahkan pedal, mengubah sepeda menjadi lebih dari sekadar dorongan kaki.
Segudang Manfaat
Bersepeda menawarkan segudang manfaat kesehatan. Menurut Asosiasi Jantung Amerika, bersepeda setidaknya 75-150 menit per pekan adalah olahraga aerobik berdampak rendah yang meningkatkan kesehatan jantung, paru-paru, dan sirkulasi darah, serta menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.
Selain itu, bersepeda juga membakar kalori, menjaga kesehatan mental, dan mengurangi stres dengan meningkatkan produksi serotonin, hormon kebahagiaan.
Baca juga: Aman Bersepeda di Jalur Gravel
Stres, yang sering kali mengganggu kesehatan mental, dapat diatasi dengan rutin bersepeda. Aktivitas ini tidak hanya mengurangi hormon kortisol, yang dikenal sebagai hormon stres, tetapi juga memberikan efek yang setara dengan obat antidepresan bagi mereka yang mengalami depresi.
Lebih dari sekadar olahraga, sepeda membawa pesan hidup yang mendalam. Seperti roda yang berputar, hidup pun berputar antara suka dan duka. Sepeda mengajarkan kita tentang keseimbangan dan keteguhan, mengingatkan bahwa setiap kesulitan ada kemudahan, sebagaimana ditegaskan dalam surah Al-Insyirah.
Mengayuh sepeda adalah metafora untuk terus bergerak maju, menjaga keseimbangan, dan menikmati perjalanan hidup, baik dalam kesehatan fisik maupun spiritual. (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni