
Walau orang tua telah tiada, pintu bakti belum tertutup. Doa, istigfar, dan amal saleh anak menjadi cahaya bagi mereka hingga Hari Kiamat. Jangan biarkan kesempatan berlalu.
Oleh Dwi Taufan Hidayat, Ketua Lembaga Dakwah Komunitas Pimpinan Cabang Muhammadiyah Bergas, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Tagar.co – Manusia adalah makhluk yang lemah. Sejak lahir hingga dewasa, ia bergantung pada kasih sayang dan curahan cinta orang tua, khususnya ayah dan ibu. Dari kecil ia digendong, diberi makan, ditimang, diajari berjalan, membaca, hingga belajar bertanggung jawab.
Namun, suatu hari, waktu memisahkan mereka. Satu atau bahkan kedua orang tuanya dipanggil menghadap Allah. Bagi yang ditinggalkan, inilah momen duka paling dalam.
Baca juga: Ibu, Pintu Keberkahan dan Jalan Menuju Surga
Meski demikian, Islam tidak menutup pintu amal bagi mereka yang orang tuanya telah wafat. Justru, pintu berbakti tetap terbuka lebar—bahkan bisa terus mengalir hingga Hari Kiamat.
Dalam sebuah hadis yang menggetarkan hati, Nabi Muhammad Shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ: أَنَّى لِي هَذِهِ؟ فَيُقَالُ: بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ
“Sungguh, seorang hamba dinaikkan derajatnya di surga. Ia pun bertanya: ‘Dari mana semua ini?’ Maka dijawab kepadanya: ‘Itu karena permintaan ampun anakmu untukmu.'” (H.R. Ibnu Mājah No. 3660; dihasankan oleh Syaikh al-Albānī)
Lihatlah betapa besar pengaruh istigfar seorang anak bagi orang tuanya. Bahkan setelah orang tua dikafani, dikuburkan, dan tak lagi mendengar bisikan dunia, amal saleh anak-anak mereka tetap menjadi jembatan yang menghubungkan mereka dengan rahmat Allah.
Doa yang tulus, istigfar yang khusyuk, dan amal-amal kebaikan yang diniatkan untuk orang tua menjadi sebab Allah meninggikan derajat mereka di surga.
Allah SubḥānahuwaTa‘ālā berfirman:
وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka telah mendidikku waktu kecil.'” (Al-Isrā’: 24)
Inilah doa yang tak lekang oleh waktu. Setiap anak yang mengenang jasa orang tuanya pasti akan memanjatkan doa ini. Ia sadar, sejauh apa pun langkahnya dalam kehidupan, ia tak pernah bisa melepaskan diri dari akar doanya: orang tua.
Baca juga: Berbakti kepada Orang Tua Jalan Menuju Surga
Bahkan Rasulullah Saw. menegaskan bahwa salah satu amal jariyah yang terus mengalir pahalanya adalah doa anak yang saleh:
إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلاَثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya.” (H.R. Muslim No. 1631)
Dengan demikian, meskipun jasad orang tua telah terkubur, bakti anak tidak berhenti. Memintakan ampun untuk mereka, bersedekah atas nama mereka, melaksanakan haji atau umrah badal jika belum sempat mereka tunaikan, semua itu adalah bagian dari bakti pasca wafat yang amat berarti di sisi Allah.
Betapa banyak orang tua yang di alam kuburnya menanti kiriman doa dari anak-anak mereka. Menanti amal-amal yang bisa menyelamatkan mereka dari siksa dan memperberat timbangan kebaikan mereka.
Maka, jangan biarkan mereka sepi di alam sana. Kunjungilah makamnya, panjatkan doa-doa terbaik, dan jadikan setiap amal kita sebagai persembahan kepada Allah yang diniatkan untuk mereka.
Belum habis kesempatan berbakti. Selagi nyawa masih dikandung badan, mari kita menjadi anak-anak yang tidak hanya menghormati orang tua semasa hidup, tapi juga mencintai dan berbakti setelah mereka wafat. Tidak semua orang diberi umur panjang.
Namun, setiap anak diberi pilihan: menjadi jalan kebahagiaan abadi bagi orang tuanya, atau sebaliknya, melupakan jasa mereka yang tak ternilai.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk anak-anak yang tak pernah berhenti mendoakan orang tua kita, dan menjadikan mereka penghuni surga yang tinggi. Amin. (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni