Telaah

Bahaya Amal karena Pujian: Tiga Orang Pertama yang Diseret ke Neraka

231
×

Bahaya Amal karena Pujian: Tiga Orang Pertama yang Diseret ke Neraka

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi AI

Niat tersembunyi menentukan nasib amal kita. Tiga sosok mulia ini justru diseret ke neraka karena amalnya untuk pujian, bukan untuk Allah. Luruskan niat sebelum terlambat!

Oleh Muhammad Hidayatulloh Kepala Pesantren Kader Ulama Pondok Pesantren Islamic Center (PPIC) Elkisi Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur; Penulis buku Geprek! Anti Galau Rahasisa Resep Hidup Enjoy

Tagar.co – Bayangkan jika hidup ini seperti sebuah cerita yang ditulis dengan tinta keinginan dan niat tersembunyi di dalam hati. Kita mungkin merasa yakin bahwa langkah yang kita ambil adalah yang terbaik, bahwa amal yang kita lakukan adalah yang paling mulia. Namun, di hadapan Allah, tidak ada yang tersembunyi. Tidak ada yang hanya tampak di permukaan. Semua akan terungkap dengan sempurna pada akhirnya.

Pada Hari Kiamat, tiga sosok pertama yang akan dihadapkan pada keputusan Allah adalah mereka yang tampak paling mulia di dunia ini: sang pejuang, sang ulama, dan sang dermawan. Masing-masing membawa cerita, masing-masing memiliki amal yang terlihat sempurna. Tetapi ternyata, amal mereka bukan untuk Allah, melainkan demi pujian dan sanjungan manusia.

إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَىٰ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِمْ رَجُلٌ مُتَعَلِّمٌ وَرَجُلٌ جَاهِدٌ وَرَجُلٌ مَالٌ، فَيَجِيءُ الَّذِي قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيُؤْتَىٰ بِهِ، فَيُعَرَّفُ نِعْمَتَهُ فَيَعْرِفُهَا، فَيَقُولُ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ فَيَقُولُ: جَاهَدْتُ فِيهَا حَتَّىٰ قُتِلْتُ. فَيَقُولُ اللَّهُ: كَذَبْتَ! بَلْ جَاهَدْتَ لِيُقَالَ جَادَّ، وَقَدْ قِيلَ. فَسُحِبَ فِي النَّارِ وَيَجِيءُ الَّذِي عَلَّمَ فَيُؤْتَىٰ بِهِ، فَيُعَرَّفُ نِعْمَتَهُ فَيَعْرِفُهَا، فَيَقُولُ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ فَيَقُولُ: عَلَّمْتُ فِيهَا وَقَرَأْتُ فِيهَا. فَيَقُولُ اللَّهُ: كَذَبْتَ! بَلْ عَلَّمْتَ لِيُقَالَ عَلاَّمٌ، وَقَدْ قِيلَ. فَسُحِبَ فِي النَّارِ وَيَجِيءُ الَّذِي مَالٌ فَيُؤْتَىٰ بِهِ، فَيُعَرَّفُ نِعْمَتَهُ فَيَعْرِفُهَا، فَيَقُولُ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ فَيَقُولُ: تَصَدَّقْتُ فِيهَا وَأَعْطَيْتُ فِيهَا. فَيَقُولُ اللَّهُ: كَذَبْتَ! بَلْ تَصَدَّقْتَ لِيُقَالَ جَوَادٌ وَقَدْ قِيلَ. فَسُحِبَ فِي النَّارِ

“Sesungguhnya orang pertama yang akan diberikan keputusan pada hari kiamat adalah seorang yang mempelajari ilmu agama, seorang yang berjihad di jalan Allah, dan seorang yang memiliki harta. Maka, orang yang telah terbunuh di jalan Allah akan dihadirkan, lalu diperlihatkan nikmat yang diberikan kepadanya dan dia pun mengenalinya. Allah bertanya, ‘Apa yang telah kamu lakukan dengan nikmat itu?’ Dia menjawab, ‘Aku berjihad di jalan-Mu hingga terbunuh.’ Allah pun berfirman, ‘Kamu berdusta! Kamu berjihad agar dikatakan seorang yang gagah berani, dan hal itu telah dikatakan.’ Kemudian, dia diseret ke neraka.”

Baca Juga:  DDII Usukan 3 April sebagai Hari NKRI, Menghidupkan Semangat Mosi Integral Natsir

“Lalu, datanglah orang yang menuntut ilmu, dan Allah pun memperlihatkan nikmat yang telah diberikan kepadanya. Allah bertanya, ‘Apa yang telah kamu lakukan dengan nikmat itu?’ Dia menjawab, ‘Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya.’ Allah berfirman, ‘Kamu berdusta! Kamu menuntut ilmu agar dikatakan seorang yang alim, dan hal itu telah dikatakan.’ Kemudian, dia diseret ke neraka.”

“Setelah itu, datanglah orang yang memiliki banyak harta, dan Allah memperlihatkan kenikmatan yang diberikan kepadanya. Allah bertanya, ‘Apa yang telah kamu lakukan dengan nikmat itu?’ Dia menjawab, ‘Aku menyedekahkan hartaku dan memberikannya kepada orang yang membutuhkan.’ Allah berfirman, ‘Kamu berdusta! Kamu memberikan harta agar dikatakan seorang yang dermawan, dan hal itu telah dikatakan.’ Kemudian, dia diseret ke neraka.” (H.R. Muslim)

Pejuang yang Tersesat dalam Kehormatan Dunia

Seorang pejuang yang gagah berdiri tegak di medan perang, dengan semangat membara membela agama. Keringat bercucuran, darah mengalir, dan nyawa yang terancam seolah tak menjadi beban. Ia mengira bahwa perjuangannya di jalan Allah, bahwa semua yang dilakukan adalah demi rida-Nya.

Baca Juga:  Enam Kunci Pembuka Pintu Rezeki

Namun, ketika ia dihadapkan kepada Allah, ia berkata dengan penuh harapan, “Ya Allah, aku berjuang di jalan-Mu. Aku bertempur hingga akhirnya terbunuh.” Allah memandangnya dan berfirman, “Kamu berdusta. Kamu berjuang agar orang-orang menganggapmu pahlawan yang gagah berani, dan hal itu sudah terjadi.”

Dengan cepat, sang pejuang itu diseret ke dalam neraka, karena niatnya ternoda oleh keinginan akan pujian dunia.

Ulama yang Tersesat dalam Pujian

Kemudian datanglah seorang ulama yang dikenal luas ilmunya, menjadi tempat bertanya bagi umat. Ia mengajar dan terus mengajar. Namun, saat ia berdiri di hadapan Allah, semua yang tersembunyi menjadi terang.

Allah bertanya, “Apa yang telah kamu lakukan dengan ilmu yang Aku berikan kepadamu?” Ia menjawab, “Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya kepada umat-Mu.” Allah berkata, “Kamu berdusta. Kamu menuntut ilmu agar dikatakan sebagai orang yang alim, dan itu telah kamu dapatkan.”

Dan ulama itu pun diseret ke neraka, karena ilmunya dijadikan sarana untuk mencari kemuliaan dunia, bukan untuk menyebarkan cahaya kebaikan.

Baca Juga:  Hikmah di Balik Sunah Sahur

Dermawan yang Terjebak dalam Nama Baik

Lalu datanglah seorang dermawan dengan harta yang berlimpah. Ia memberi dan terus memberi. Dunia memujinya, orang-orang menyebut namanya dengan kekaguman.

Tetapi di hadapan Allah, semuanya diuji.

Allah bertanya, “Apa yang telah kamu lakukan dengan harta yang Aku berikan kepadamu?” Sang dermawan menjawab, “Aku menyedekahkannya untuk orang yang membutuhkan.” Allah menjawab, “Kamu berdusta. Kamu memberi agar dikatakan sebagai orang yang dermawan, dan itu telah dikatakan manusia.”

Dan ia pun diseret ke neraka, karena amalnya hanya untuk nama baik, bukan untuk Allah.

Kehidupan yang Terungkap di Hari Akhir

Tiga sosok ini adalah peringatan bagi kita tentang betapa pentingnya niat dalam setiap amal. Mungkin apa yang kita lakukan tampak mulia di mata manusia, tetapi jika niatnya tidak ikhlas karena Allah, amal itu bisa berhenti pada batas pujian dunia.

Allah tidak melihat hanya apa yang tampak, tetapi apa yang tersembunyi dalam hati. Apakah amal kita untuk mencari rida-Nya, atau sekadar pengakuan dan sanjungan?

Di dunia, kita sering tergoda untuk berbuat baik agar dihormati atau dikenal. Namun, di akhirat kelak, semua akan terbuka. Hanya niat yang ikhlas karena-Nya yang akan menyelamatkan kita.

Mari kita luruskan niat kita. Jadikan setiap amal benar-benar untuk Allah, bukan untuk sorotan manusia. Sebab hanya amal yang ikhlas yang akan mengantarkan kita menuju kebahagiaan hakiki—di dunia maupun di akhirat. (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni