Budaya

Asma Nadia: Mahir Menulis Bukanlah Instan, Butuh Proses dan Jam Terbang

×

Asma Nadia: Mahir Menulis Bukanlah Instan, Butuh Proses dan Jam Terbang

Sebarkan artikel ini
Asma Nadia: Kadang obsesi menjadi penulis itu muncul, tetapi ketika mengalami stuck atau writer’s block, bukannya terus mencari ide, tetapi berhenti. Maka yang ada yaitu menjadi penulis di negeri di awan saja.
Asma Nadia dengan karya terbarunya yang ditulis bersama Helvy Tiana Rosa dan Benny Arnas, Cahaya di Bawah Cahaya, sebuah novel dari film Hayya 2. (foto buku Republika)

Asma Nadia: Kadang obsesi menjadi penulis itu muncul, tetapi ketika mengalami stuck atau writer’s block, bukannya terus mencari ide, tetapi berhenti. Maka yang ada yaitu menjadi penulis di negeri di awan saja.

Tagar.co – Asmarani Rosalba yang dikenal dengan nama pena Asma Nadia. Lahir 26 Maret 1972, dia dikenal sebagai penulis novel dan cerpen Indonesia. Dia juga dikenal sebagai pendiri Forum Lingkar Pena dan manajer dari Asma Nadia Publishing House.

Dia anak kedua dari pasangan Amin Usman yang berasal dari Aceh dan Maria Erry Susanti yang merupakan mualaf keturunan Tionghoa dari Medan. Dia memiliki seorang kakak bernama Helvy Tiara Rosa, dan seorang adik bernama Aeron Tomino. Mereka bertiga menekuni minat mereka, yaitu menulis sebagaimana yang dilakukan oleh sang kakek dari pihak ayah yaitu Teuku Muhammad Usman El Muhammady.

Baca juga: Tere Liye, Penulis Misterius Serbabisa yang Kritis pada Pemerintah

Sepanjang kariernya sebagai penulis, karya-karya Asma sudah beberapa kali diadaptasi menjadi layar lebar dan sinetron. Surga yang Tak Dirindukan merupakan karya pertama Asma Nadia yang diadaptasi menjadi sebuah film. Setelah itu, karya lain yang menyusul difilmkan adalah Emak Ingin Naik Haji dan Jendela Rara.

Beberapa tulisan Asma Nadia juga sempat diadaptasi menjadi sinetron, seperti Catatan Hati Seorang IstriSerial Aisyah Putri, dan Istri Kedua.

Perjalanan karier setelah lulus dari SMA Negeri 1 Budi Utomo, Asma Nadia mengenyam pendidikan kuliah di Fakultas Teknologi Pertanian di Institut Pertanian Bogor (IPB). Namun, dia gagal menyelesaikan kuliahnya lantaran harus beristirahat karena faktor kesehatan. 

Menulis lantas menjadi aktivitas sehari-hari yang terus digeluti oleh Asma Nadia. Cerpennya yang berjudul Imut dan Koran Gondrong meraih juara pertama Lomba Menulis Cerita Pendek Islami tingkat nasional yang diadakan oleh Majalah Aninda tahun 1994 dan 1995.

Lima Trik Menulis

Yang menarik, seperti pernah disampaikan Asma Nadia, dalam proses kreatif dalam menulis yaitu semua orang bisa jadi penulis. Tidak perlu lulus sarjana sastra untuk jadi penulis. Penampilan juga bukan menjadi keutamaan seorang penulis. Ibu rumah tangga dengan tiga anak pun bisa jadi penulis. Namun, kemahiran menulis bukan sesuatu yang bisa diperoleh secara instan, melainkan perlu proses dan jam terbang.

Dalam proses menulis, kendala paling umum yang dialami para penulis pemula adalah bingung, bagaimana dan dari mana harus memulai. Baru setengah jalan, sudah stuck kehabisan ide. Tak sanggup lagi melanjutkan tulisan.

Dari permasalahan yang dialami penulis pemula ini, pertama, membuat premis dan outline. Premis adalah gagasan utama dari sebuah cerita. Atau, dapat dipahami sebagai simpulan cerita yang digambarkan dalam satu kalimat. 

Baca juga: Lima Sastrawan Perempuan Menginspirasi, Ada Dee Lestari

Premis dapat memuat tentang tokoh, tujuan si tokoh, dan apa yang menghalanginya mencapai tujuan tersebut. Premis dapat dikembangkan menjadi outline atau kerangka karangan yang lebih detail menjadi sebuah cerita yang utuh, bukan sebatas ide yang mengawang-awang.

Bisa jadi, banyak ide baru yang akan muncul di tengah proses menulis. Tidak semua ide baru bisa diimplementasikan dalam naskah. Bisa-bisa ceritamu melebar ke mana-mana, atau bahkan berakhir berantakan, tidak terselesaikan. Premis dan outline berfungsi sebagai pemandu yang mengawalmu untuk tetap on the track sampai ceritamu selesai.

Kedua, awali dengan sesuatu yang menarik. Opening menjadi bagian penting dalam sebuah cerita. Pikirkan adegan, paparan, penokohan, setting, dialog, quote, atau sesuatu lain yang menurutmu dapat menarik perhatian pembaca. 

Baca jugaRobohnya Surau Kami: Wajah Indonesia di Antara Kegetiran dan Kekolotan

Ketiga, lengkapi riset dan banyak membaca. Tiba-tiba mengalami stuck atau writer’s block alias macet di tengah proses menulis? Hal utama yang perlu kamu lakukan adalah mencari penyebab kebuntuanmu. Bagaimana caranya?

Alih-alih berhenti, teruslah menulis. Dengan begitu, kamu akan terus dipaksa berpikir dan kreatif, sehingga tahu apa penyebab kebuntuanmu. Misalnya, kehabisan ide dan tidak tahu harus menulis apa. Bisa jadi, risetmu kurang lengkap dan kuat.

Membaca adalah cara utama seorang penulis belajar dan melakukan riset. Membaca akan membuatmu kaya: kosakata, pengalaman, pengetahuan, dan sebagainya, yang dapat membantumu mengembangkan cerita.

Tulis Saja Dulu

Keempat. tulis saja dulu. Aduh, kok, jelek, ya?! Kurang pas. Membosankan. Stop! Tulis saja dulu! Jangan terlalu banyak pertimbangan, apalagi menghakimi diri sendiri saat sedang menulis. Selesaikan tulisanmu! Setelah itu, baru baca ulang, perbaiki, dan revisi—jika perlu, sampai kiranya telah cukup sempurna untuk diserahkan ke penerbit atau dimuat di digital platform.

Jangan kecil hati ketika mendapat komentar dan masukan, baik dari editor maupun pembaca ebook-mu. Sebab, menulis sejatinya adalah sebuah proses.

Kelima, cari waktu yang nyaman untuk menulis. Kapan waktu yang nyaman? Ada yang nyaman menulis saat sebelum atau sesudah salat Subuh. Ada juga yang sebelum tidur. 

Baca jugaNovel Aroma Karsa: Antara Obsesi, Mitos, dan Jati Diri

Setiap orang memiliki waktu nyamannya masing-masing, yang berbeda satu sama lain. Temukan waktu di mana tubuhmu siap, pikiranmu tenang, dan situasi kondusif.

Kadang kala, ada situasi tertentu yang membuat seseorang lebih produktif. Misalnya, lebih banyak dapat ide kalau menulis sambil mendengarkan musik, atau sambil ngemil. Asal, jangan sampai kelewatan; dengar musik dan ngemil-nya jalan, tapi nulisnya enggak.

Ingin menjadi penulis seperti Asma Nadia, ikuti lima proses kreatif di atas. Yang lebih penting lagi karya yang terbaik adalah karya yang sudah jadi. Maka, jangan putus asah ya. Selamat menulis! (#)

Jurnalis Ichwan Arif Penyunting Mohammad Nurfatoni

Baca Juga:  Okky Madasari dan Kecintaan pada Isu Sosial