Curhat daring dengan aplikasi bernama Curahkan’s Cyber Counseling lebih aman dan dijamin privasinya. Karya mahasiswa UMM itu meraih juara pertama di ajang Unnes Islamic Fair.
Tagar.co – Di tengah keseharian yang penuh tantangan, terutama bagi generasi yang akrab dengan layar biru smartphone mereka, bersemi sebuah inovasi dari Malang.
Kota ini, yang terkenal dengan keindahan alamnya, kini juga dikenal sebagai tempat kelahiran Curahkan’s Cyber Counseling, sebuah aplikasi yang tidak hanya mencoba menyentuh hati, tetapi juga menjaga kesehatan mental para penggunanya.
Cerita ini berawal dari tiga mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM): Khoirul Umar, Innasatun Nabilatin Nadif, dan Ameliya Dalallul Hanan.
Mereka, dengan keprihatinan mendalam atas meningkatnya kasus stres dan depresi di kalangan Gen Z, memutuskan untuk mengambil tindakan. Mereka yakin, dalam era digital di mana setiap orang terkoneksi, harus ada cara untuk membantu satu sama lain tanpa batas ruang dan waktu.
Dengan semangat untuk menciptakan perubahan, mereka merancang Curahkan’s Cyber Counseling. Aplikasi ini bukan sekadar platform; ini adalah teman digital yang selalu siaga, memberikan konseling berbasis daring yang dapat diakses kapan saja.
Umar, dengan suara penuh harapan, menjelaskan, “Kami ingin memberikan ruang yang aman bagi siapa saja yang merasa perlu mengeluarkan beban mereka tanpa khawatir akan privasi mereka.”
Bayangkan, ketika malam datang dan rasa sepi mulai mengintip, seseorang bisa membuka aplikasi ini, dan dalam hitungan detik, mereka terhubung dengan seorang psikolog atau bahkan seorang ustaz atau ustazah yang siap mendengarkan, menyarankan, dan mengingatkan untuk beribadah.
Aplikasi Curahkan’s ini hadir sebagai bentuk konseling berbasis daring yang dapat diakses kapan saja dan di mana saja. Bahkan menggunakan sistem end-to-end encryption layaknya WhatsApp guna memastikan keamanan data pengguna.
Salah satu keunggulannya, aplikasi ini menawarkan pilihan konseling dengan psikiater profesional yang bukan hanya ahli di bidang psikologi, tetapi juga memiliki latar belakang keagamaan sebagai ustaz dan ustazah.
“Pengguna juga dipetakan berdasarkan jenis kelamin untuk memastikan kenyamanan dan kepercayaan mereka saat berkonsultasi,” tutur Umar dalam keterangan tertulis yang diterima Redaksi Rabu (13/11/2024)
Mahasiswa Ilmu Komunikasi itu melanjutkan, dalam prototipenya ada beberapa fitur utama, seperti alat ungkap masalah (AUM) yang menjadi wadah pengguna untuk menuliskan keluhan atau curahan hati mereka.
Setelah itu, mereka dapat mengakses Sack’s Sentence Completion Test yang berguna untuk mengetahui profil kepribadian dan Beck Depression Inventory untuk mengukur tingkat stres.
“Selanjutnya, hasil akan menunjukkan bahwa aplikasi dapat mendeteksi kecenderungan seperti kesedihan yang mendalam atau keengganan bersosialisasi dengan memberikan notifikasi yang disesuaikan dengan kondisi emosional pengguna,” lanjutnya.
Selain itu, alat ini memiliki fitur Manajer Ibadah, sebuah fitur yang mengingatkan pengguna untuk melakukan ibadah harian, seperti salat. Bahkan mengingatkan tindakan kecil, seperti tersenyum.
Cegah Bunuh Diri
Ada beberapa kelebihan aplikasi ini. Pertama, dapat digunakan secara umum khususnya untuk umat Islam terlebih lagi untuk Gen Z. Non-Muslim juga dapat menggunakannya namun tidak dapat menggunakan fitur ustaz dan ustazah.
Kedua, aplikasi ini mengimplikasikan surat Ar-Rad ayat 28 dan dapat membimbing penggunanya untuk bersosialisasi agar tidak stres.
“Aplikasi ini masih dalam pengembangan, jadi terdapat kekurangan yang perlu kami evaluasi lagi seperti. Masih memerlukan evaluasi secara berkelanjutan,” katanya.
Umar dan tim berharap, aplikasi ini dapat mencegah bunuh diri di kalangan remaja, terutama di Malang. Selain itu juga dapat membantu mereka yang mengalami tekanan hidup. Ia ingin agar platform itu dapat memberikan bimbingan agama serta dukungan psikologis agar pengguna merasa lebih dekat dengan Tuhan dan mendorong mereka untuk hidup lebih positif.
Keberhasilan mereka tidak hanya dalam pengembangan, namun juga diakui secara nasional ketika mereka meraih penghargaan tertinggi di Unnes Islamic Fair, Semarang, sebagai Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah Al-Qur’an Tingkat Nasional.
Namun, perjalanan ini tidak berhenti di sini. Umar dan timnya sadar bahwa aplikasi mereka masih dalam tahap pengembangan, membutuhkan evaluasi dan perbaikan berkelanjutan.
Mereka berharap, dengan Curahkan’s Cyber Counseling, mereka bisa menjadi bagian dari solusi dalam menanggulangi krisis kesehatan mental, khususnya di antara generasi yang selalu terburu-buru dalam kehidupan digital.
“Kita semua bisa menjadi ‘khairunas anfa’uhum linnas’ dengan cara kita sendiri,” kata Umar, menutup cerita mereka dengan pesan bahwa setiap tindakan kecil untuk membantu orang lain adalah langkah menuju dunia yang lebih baik.
Dan begitu, dalam kota kecil Malang, sebuah aplikasi kecil lahir dengan harapan besar untuk membawa perubahan besar, satu curahan hati pada satu waktu. (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni