
Idulfitri adalah momentum syukur dan takbir. Mari rayakan kemenangan dengan hati tunduk pada keagungan Allah, bukan kebesaran diri. Allah Akbar, bukan Ana Akbar. Selamat Idulfitri!
Oleh Oleh Sapto Suhendro, S.Ag., M.Pd; Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Pemalang, Jawa Tengah.
Tagar.co – Hari Raya Idulfitri telah tiba. Mari kita sambut dengan penuh kegembiraan. Gembira memakai pakaian baru, menikmati aneka hidangan di meja makan dan meja tamu—semua itu sah-sah saja dalam merayakan Lebaran.
Tidak ada yang salah dengan menyambut Idulfitri secara meriah. Bahkan, Allah Swt. berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 185:
“… Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.”
Kementerian Agama Republik Indonesia menetapkan 1 Syawal 1446 H jatuh pada Senin, 31 Maret 2025. Keputusan ini diambil setelah sidang isbat tertutup di Auditorium Haji Mohammad Rasjidi, Kemenag RI, Jakarta Pusat, pada Sabtu sore, 29 Maret 2025 pukul 19.05 WIB. Dengan demikian, Hari Raya Idulfitri tahun ini dapat dirayakan secara serentak oleh pemerintah, Muhammadiyah, dan Nahdlatul Ulama.
Umat Islam di Indonesia telah mencukupkan bilangan puasa Ramadan selama 30 hari, dari 1 Maret hingga 30 Maret 2025. Ini merupakan nikmat yang patut kita syukuri bersama. Maka dari itu, mari kita jadikan momentum Idulfitri sebagai sarana memperkuat ukhuwah, persatuan, dan kesatuan, agar lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.
Setelah menunaikan ibadah Ramadan, apa yang harus kita lakukan sesuai petunjuk Al-Qur’an? Salah satunya adalah mengagungkan Allah Swt. dengan melantunkan takbir, mulai sejak terbenamnya matahari pada akhir Ramadan hingga imam salat Idulfitri berdiri untuk memulai salat. Lafal takbir yang biasa kita kumandangkan berbunyi:
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar,
kabiiran walhamdulillahi katsiiraa,
wa subhanallahi bukratan wa ashiilaa,
laa ilaaha illallaahu walaa na’budu illaa iyyaahu,
mukhlishiina lahuddiina walau karihal kaafiruun,
laa ilaaha illallaahu wahdah,
shadaqa wa’dah, wa nashara ‘abdah,
wa a’azza jundahu, wa hazamal ahzaaba wahdah,
laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar,
Allahu akbar walillaahilhamd.
Artinya: “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar dengan segala kebesaran. Segala puji bagi Allah sebanyak-banyaknya. Mahasuci Allah sepanjang pagi dan petang. Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah. Kami tidak menyembah kecuali kepada-Nya, dengan memurnikan agama untuk-Nya, meskipun orang-orang kafir membencinya. Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa. Dia menepati janji-Nya, menolong hamba-Nya, memuliakan bala tentara-Nya, dan menghancurkan musuh-Nya sendirian. Tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar. Allah Maha Besar, dan segala puji hanya bagi Allah.”
Takbir akan lebih meresap jika kita memahami arti dan maksud dari setiap katanya, lalu melantunkannya dari hati, bukan sekadar dari media. Boleh saja memutar rekaman takbir melalui YouTube, MP3, radio, dan sebagainya, namun jangan sampai lisan kita sendiri tidak ikut mengumandangkannya.
Kita akan semakin merasakan keagungan Sang Pencipta, Allah Swt., yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita. Kita mampu berpuasa selama Ramadan karena Allah. Kita mendirikan salat wajib dan salat sunah tarawih karena Allah. Kita menunaikan zakat, infak, dan sedekah juga karena Allah. Kita membaca Al-Qur’an pun karena Allah. Segala kebaikan yang kita lakukan, sejatinya bersumber dari kasih sayang Allah berupa petunjuk-Nya.
Maka sudah sepantasnya, memasuki bulan Syawal ini, kita mengumandangkan takbir, tahlil, dan tahmid. Kita agungkan nama Allah, kita esakan Dia, dan kita puji dengan penuh ketulusan.
Dengan bertakbir, kita semakin menyadari bahwa selain Allah adalah kecil. Termasuk kita, sebagai hamba-Nya. Kita tidak perlu merasa hebat, kuat, atau luar biasa. Allah-lah yang Maha Besar. Bukan kita. Allahu Akbar, bukan Ana Akbar. Allah yang Maha Besar, bukan saya. Tanpa Allah, kita adalah kecil. Tanpa Allah, kita adalah lemah. Tanpa Allah, kita adalah miskin. Tanpa Allah, kita bukan siapa-siapa.
Di hari raya ini, kita dianjurkan untuk lebih bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan. Maka pakaian baru dan aneka makanan bisa menjadi ekspresi rasa syukur tersebut. Dalam Surah Ad-Duha ayat 11, Allah berfirman:
“Wa amma bini’mati rabbika fahaddits” Artinya: “Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah engkau menyebut-nyebutnya (mensyiarkannya).”
Selamat Hari Raya Idulfitri 1 Syawal 1446 . Taqabalallahuminawaminkum. Minalaidinwalfaizin. Mohon maaf lahir dan batin. (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni