Al-Hawariyun merupakan pengikut setia Nabi Isa. Di dalam Al-Qur’an, kata ini dan turunnya disebut lima kali. Konsep ini berhubungan pula dengan Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad.
Tafsir Kata Kunci Al-Quran oleh Ustaz Ahmad Hariyadi, M.Si, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam An-Najah Indonesia Mandiri (STAINIM)
Tagar.co – Hawari berarti pembela atau pengikut setia. Kata hawari tidak ditemui dalam Al-Qur’an, tetapi bentuk jamaknya al-hawariyun disebut sebanyak tiga kali. Yaitu dalam surat Ali Imran/3: 52, Al-Maidah/5: 112, dan Ash-Shaf/61: 14. Sedangkan bentuk lain, Al-Hawariyin, disebut sebanyak dua kali, yaitu dalam surat Al-Maidah/5: 111 dan Ash-Shaf/61: 14.
Berikut ini penggunaan kata al-hawariyun atau al-hawariyin dalam Al-Qur’an:
Ali Imran/3: 52
Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka berkatalah dia, ’Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah? Al-Hawariyun menjawab, ’Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri’.
Dari ayat di atas dapat dilihat kesetiaan dan kesiapan Al-Hawariyun untuk menjadi penolong-penolong agama Allah. Pertolongan dalam pembelaan agama Allah diberikan bukan hanya ketika pembawa risalah kebenaran berada dalam keadaan senang, tetapi juga ketika pembawa kebenaran itu berada dalam keadaan yang terdesak oleh musuh-musuhnya.
Baca juga: Ashabulkahfi, Kisah Penghuni Gua selama 309 Tahun
Al-Maidah/5: 111
Dan (ingtlah) ketika awhaitu (Aku wahyukan/ilhamkan) kepada Al-Hawariyin, ’Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku’. Mereka menjawab, ’Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu)’.
Adanya penggunaan kata awhaitu (Aku ilhamkan) memungkinkan Al-Hawariyun mempunyai pengetahuan yang diperoleh secara instuitif. Artinya tanpa proses belajar sebagaimana yang dialami manusia pada umumnya.
Al-Maidah/5: 112–113
Ingatlah ketika Al-Hawariyun berkata, ’Hai Isa putra Maryam, bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?’ Isa menjawab, ’Bertakwalah kepada Allah jika betul-betul kamu orang yang bersyukur.’
Mereka berkata, ’Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami (tatmaina qulubuna) dan supaya kami mengetahui bahwa kamu berkata benar kepada kami dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan (hidangan) itu.’
Pada ayat di atas terdapat kata tatmaina qulubuna yang berarti agar hati kami menjadi tenang. Kalimat yang relatif sama juga digunakan oleh Nabi Ibrahim ketika ingin mengetahui, ’Bagaimana Allah menghidupkan sesuatu yang mati?’ Lalu Allah bertanya, ’Apakah kamu tidak percaya?’ Ibrahim menjawab, ’Sekali-kali tidak, akan tetapi liyatmaina qalbi (agar hati kami menjadi tenang)’ (Kisah lengkap peristiwa ini terdapat dalam surat Al-Baqarah/2: 261).
Baca juga: Tafsir Surat Al-Insyirah: Satu Kesulitan Beragam Jalan Keluar
Melalui dua kejadian (Al-Hawariyun dan Nabi Ibrahim) sangat tepat kiranya jika setiap pengikut setia kebenaran merasakan sesuatu yang menyebabkannya liyatmaina qalbi sebagai bekal untuk menjadi pembela kebenaran.
Hal ini akan diperoleh jika seseorang mengalami secara langsung (pengalaman keagamaan) bukan sekadar sebuah informasi. Sebagai contoh jika Anda seorang yang suka berinfak, pastikanlah bahwa Anda merasakan kenyamanan dalam berinfak.
Tampaknya sudah menjadi sunah Allah bahwa dalam sebuah perjuangan penegakan kebenaran selalu diperlukan adanya Al-Hawariyun. Ketika Rasulullah SAW terjepit mengembangkan dakwahnya di Makkah beliau berkata, ‘’’Adakah orang yang akan menolongku sehingga aku dapat menyampaikan risalah Tuhanku karena orang Quraisy telah menghalangi jalanku untuk menyampaikan risalah Tuhanku.” (lihat Tafsir Ibnu Katsir).
Pernyataan Rasulullah ini ternyata terealisasi dengan bergabungnya suku Aus dan Khazraj dalam pangkuan Islam. Kemudian mereka yang menolong Rasulullah pada peristiwa hijrah disebut sebagai kaum Ansar.
Sebagai sosok pembawa risalah dakwah, Rasulullah SAW pernah mengungkapkan hawari-nya, ’Setiap rasul itu mempunyai hawari dan hawari-ku adalah Zubair bin Awam.” Dia satu dari 10 orang yang dijamin penghuni surga.
Tampaknya sudah menjadi sunah Allah bahwa dalam sebuah perjuangan penegakan kebenaran selalu diperlukan adanya Al-Hawariyun! (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni