Telaah

Akhlak, Khalik, dan Makhluk

×

Akhlak, Khalik, dan Makhluk

Sebarkan artikel ini
Akhlak, Khalik, dan makhluk, benarkah satu akar kata? Apa maknanya? Akhlak, adakah perbedaannyadengan etika? Terhadap apa dan siapa akhlak diwujudkan? Bagaimana tuntunan akhlak dalam Islam? 
Akhlak (ilustrasi freepik.com premium)

Akhlak, Khalik, dan makhluk, benarkah satu akar kata? Apa maknanya? Akhlak, adakah perbedaannyadengan etika? Terhadap apa dan siapa akhlak kita wujudkan? Bagaimana tuntunan akhlak dalam ajaran Islam? 

Oleh Ustaz Ahmad Hariyadi, M.Si, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam An-Najah Indonesia Mandiri (STAINIM).

Tagar.co – Akhlak artinya perbuatan, tingkah laku, atau budi pekerti. Kata akhlak tidak kita temukan dalam Al-Qur’an. Yang kita dapatkan hanyalah bentuk mufrad (tunggal), yaitu khuluk. Kata ini dijumpai sebanyak dua kali, yaitu dalam surat Asy-Syura/26:137 dan Al-Qalam/68:4. 

Secara etimologis, akhlak memiliki akar kata yang sama dengan khalik (pencipta) dan makhluk (yang diciptakan). Kata tersebut berasal dari kata khalaka (menciptakan). Dari sini muncul pengertian bahwa akhlak bukan hanya memuat perilaku terhadap sesama makhluk, melainkan juga terhadap Allah Sang Khalik. 

Baca jugaJihad yang Relevan setelah Perang Melawan Penjajah

Akhlak terhadap Allah didasari oleh kesadaran bahwa tidak ada ilah kecuali Allah, Zat yang memiliki Asmaul Husna (nama-nama yang baik). Ini berarti bahwa akhlak bukan sekadar perilaku yang tampak (performance), melainkan menyangkut juga niat dan motivasi setiap amal.

Akhlak pada Manusia

Akhlak terhadap sesama manusia mencakup bagaimana berperilaku dalam keluarga (anak, istri atau suami, dan orang tua) dan dalam masyarakat (baik sebagai pemimpin maupun anggota masyarakat biasa).

Beberapa tuntunan akhlak dalam bentuk perintah misalnya: keharusan memenuhi amanah (An-Nisa’/4:58), memperlakukan istri dengan baik (An-Nisa’/4:19); menepati janji (Ali Imran/3:76); berinfaq dengan ikhlas (Al-Banarah/2:261). 

Baca Juga:  Ukhuwah, antara Persaudaraan Sedarah dan Seakidah

Baca juga: Ahli Kitab

Sedangkan tuntunan akhlak yang berbentuk larangan di antaranya: larangan menyakiti kedua orang tua (Al-Isra’/17:23); larangan menghardik anak yatim (Al-Maun/107:2); larangan membunuh manusia (Al-Maidah/5:32); larangan mencuri (Al-Maidah/5:38); larangan berzina (Al-Isra’/7:32).

Lalau larangan berjudi dan minum minuman keras (Al-Baqarah/2:219); larangan melakukan riba (Al-Baqarah/2:275-276; Al-Imran/3:130); larangan curang dalam menakar dan menimbang (Al-Muthaffifin/83:1-3); larangan mengolok-olok, mencari kesalahan orang lain, menggunjing (Al-Hujurat/49:11-12). 

Akhlak terhadap Makhluk Lain

Akhlak terhadap lingkungan—binatang, tumbuhan, atau benda tak bernyawa—tercermin dari fungsi manusia sebagai khalifah (Al-Baqarah/2:30). Khalifah mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta pembimbing agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya (Quraish Shihab, Wawasan Al Qur’an, 1997). Setiap pemanfaatan alam harus selalu mempertimbangkan kemaslahatan bersama. 

Untuk kemuliaan akhlak manusia, diutuslah Rasulullah Saw, “Tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak” (Hadts). Kepada beliaulah—sosok yang kemuliaan akhlaknya dipuji Allah itu (Al-Qalam/68:4)—umat manusia (seharusnya) bercermin dan mengambil teladan (Al-Ahzab/33:21). 

Baca jugaUmat, Bukan Hanya untuk Menyebut Manusia dan Kaum Beriman

Meskipun akhlak sering diartikan sebagai etika (budi pekerti), namun sebenarnya ada perbedaan di antara keduanya. Etika berlandaskan pada nilai-nilai budaya, sedangkan akhlak bersandar pada Al-Qur’an dan Al-Hadis.

Oleh karena itu mungkin saja terjadi seseorang yang berakhlak mulai, dianggap beretika jelek di mata masyarakatnya (misalnya, seorang menjaga akhlak pergaulan dengan menolak berjabat tangan dengan wanita atau pria yang bukan mahram-nya. Perilaku seperti ini sering dipandang sebagai sesuatu yang negatif atau kurang beretika. 

Baca Juga:  Memilih Takdir

Maka berakhlaklah sebagaimana Rasulullah Saw telah mencontohkannya!

Penyunting Mohammad Nurfatoni