Keripik talas menjadi salah satu buah tangan khas Desa Aan, Banjarangkan, Klungkung, Bali. Rasanya yang gurih, manis, dan pedas, akan meninggalkan kesan mendalam bagi siapa saja yang mencobanya.
Tagar.co – Seorang ibu paruh baya mengenakan kaos pink dengan selendang maroon tampak ramah menyambut kedatangan saya pada Kamis, (21/11/2024). Ia menunjukkan beberapa bungkus keripik talas yang ia produksi sendiri.
Dialah Ibu Made Repot. Sejak tahun 2010, ia memproduksi keripik talas secara mandiri. Keripik ini menjadi salah satu produk khas Desa Aan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali.
Keripik talas tidak hanya menjadi camilan favorit oleh orang-orang yang membeli. Tetapi juga merupakan buah tangan yang sering dibeli oleh para wisatawan saat berkunjung ke Desa Aan.
Keripik talas dibuat menggunakan bahan-bahan yang sederhana. Bahan utamanya adalah talas dan bumbu-bumbu, antara lain; gula pasir, cabai besar, cabai kecil, bawang putih, garam, dan sedikit penyedap rasa.
Kombinasi dari bahan-bahan ini menghasilkan rasa gurih, pedas, dan manis yang khas. Membuat keripik talas ini berbeda dari yang lain dan banyak digemari.
Kepada Tagar.co, Ibu Made Repot menceritakan, ia membuat keripik talas ini secara manual dan dilakukan dengan penuh ketelitian serta kesabaran. Langkah pertama adalah membersihkan talas dengan cara mengupas kulitnya terlebih dahulu.
Setelah itu, talas diiris tipis agar menghasilkan tekstur keripik yang renyah dan kriuk. Kemudian irisan talas tersebut dibilas sebanyak 4 kali dan direndam dalam air garam selama satu jam. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan getahnya. Sehingga talas benar-benar bersih dan tidak meninggalkan rasa pahit.
Setelah proses pembersihan selesai, talas ditiriskan dan digoreng dua kali menggunakan api sedang. Penggorengan pertama bertujuan untuk menghilangkan kadar air. Sementara penggorengan yang kedua memastikan keripik menjadi renyah dan matang sempurna.
Setelah itu, keripik ditiriskan untuk mengurangi minyak yang berlebih. Kemudian dilanjutkan dengan membuat bumbu keripik dari campuran gula pasir, cabai besar, cabai kecil, bawang putih, garam, dan sedikit penyedap yang telah diblender.
Campuran ini digoreng hingga matang dan membentuk karamel. Keripik yang telah matang ditaruh dan disusun di atas nampan besar.
Kemudian dituangkan bumbu yang telah berbentuk karamel di atasnya hingga merata. Jika sudah dingin, keripik talas dikemas dalam bungkus plastik yang sederhana dan siap untuk dinikmati.
Tak Kalah dengan Camilan Modern
Keripik talas ini dijual dengan harga yang sangat terjangkau, yaitu hanya Rp. 2.000 per bungkus. Tetapi jika konsumen ingin membeli 1 bal, harganya Rp. 20.000 berisi 12 bungkus keripik talas.
Meski murah, kualitas rasa dan tekstur keripik ini tidak kalah dengan cemilan moderen lainnya. Keripik ini memiliki daya tahan yang cukup lama. Bisa bertahan sekitar 3-4 minggu lamanya, jika disimpan di tempat yang kering, dan tidak ada kerusakan di kemasannya.
Selain enak sebagai cemilan, keripik talas juga memiliki banyak manfaat. Kandungan karbohidrat dan serat dalam talas membuat cemilan ini tidak hanya memuaskan rasa lapar sementara, tetapi juga memberikan energi.
Karena itu, keripik talas menjadi pilihan yang cocok untuk menemani aktivitas sehari-hari. Keripik talas dari Desa Aan tidak hanya dijual di warung-warung lokal di Klungkung. Tetapi telah tersebar ke berbagai tempat, termasuk di kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.
Popularitasnya semakin meningkat berkat rasa yang berbeda dari yang lain dan kualitasnya yang konsisten. Bagi siapa saja yang berkunjung ke Desa Aan, biasanya mereka membawa pulang keripik talas sebagai buah tangan.
Hal ini merupakan kebiasaan yang dilakukan wisatawan ketika berkunjung ke desa ini. Rasanya yang gurih, manis, dan pedas pasti akan meninggalkan kesan mendalam bagi siapa saja yang mencobanya dan membuat ketagihan untuk memakannya. (#)
Jurnalis Kadek Juni Damayanti Penyunting Nely Izzatul