Tafsir surat At-Taubah berkisah sahabat yang diuji keimanannya ketika ada panggilan jihad Perang Tabuk yang jauh. Ada yang patuh, ada yang mangkir.
Tagar.co – Kota Tabuk lokasinya dekat Syam, kawasan Palestina, Yordania, dan Suriah, sekarang. Di zaman Rasulullah Muhammad SAW daerah itu dikuasai orang Romawi Bizantium. Jaraknya sekitar 700 Km lebih dari Madinah.
Setelah pasukan Rasulullah berhasil menaklukkan Mekah pada 20 Ramadan 8 H atau Januari 630 M, orang-orang Romawi di Tabuk khawatir atas kekuatan umat Islam yang mulai dominan di jazirah Arab. Mereka pun menyiapkan pasukan menghadapi segala kemungkinan.
Persiapan pasukan Romawi itu sampai ke telinga Rasulullah. Maka diserulah kepada umat Islam supaya menyiapkan diri mengikuti pasukan perang ke Tabuk. Terbentuklah pasukan terdiri 30 ribu orang.
Peristiwa ini terjadi pada bulan Rajab tahun 9 H atau Oktober 630 M. Ini menjadi perang terakhir yang dipimpin Rasulullah sebelum wafat.
Namun ada tujuh orang yang gagal bergabung dalam pasukan Tabuk karena tak punya bekal. Di zaman Nabi biaya perang ditanggung perorangan bukan oleh negara. Karena negara Madinah belum dibentuk tentara nasional. Setelah perang tiap orang mendapatkan ghanimah.
Karena Tabuk lokasinya sangat jauh, biaya perang perorang cukup tinggi. Terdiri kuda atau unta dan bekal makanan. Perang ini memakan waktu 50 hari. Perjalanan bolak-balik 30 hari dan berada di Tabuk 20 hari.
Menjelang pasukan berangkat tujuh orang ini menghadap Rasulullah Muhammad SAW meminta bekal supaya bisa ikut perang.
Namun Rasulullah dengan sedih mengatakan, tidak ada biaya untuk memberangkatkan mereka. Tujuh orang ini lalu menangis bercucuran air mata.
Peristiwa itu dikisahkan dalam tafsir surat At-Taubah ayat 92.
وَلاَ عَلَى الَّذِينَ إِذَا مَا أَتَوْكَ لِتَحْمِلَهُمْ قُلْتَ لاَ أَجِدُ مَا أَحْمِلُكُمْ عَلَيْهِ تَوَلَّواْ وَّأَعْيُنُهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ حَزَنًا أَلاَّ يَجِدُواْ مَا يُنفِقُونَ
Artinya, dan tiada berdosa atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata, aku tidak punya kendaraan untuk membawamu. Lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan.
Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir diceritakan, riwayat hadits dari jalan al-Aufi dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah memerintahkan orang-orang Islam agar berangkat berperang. Lalu datang sekelompok orang dari sahabat di antara mereka adalah Abdullah bin Ma’qil al-Muzani. Dia berkata,”Ya Rasululah, bawalah aku.”
Rasulullah menjawab, demi Allah aku tidak mempunyai kendaraan yang bisa membawamu. Maka mereka pun pulang sambil menangis, berat bagi mereka tidak bisa berangkat berjihad, karena mereka tidak memiliki biaya dan kendaraan.
Orang-orang yang tak bisa berangkat perang ini Bani Muqarrin dari kalangan Bani Muzayyanah. Mereka adalah Salim bin Auf, Harami bin Amr, Abdur Rahman bin Ka’b yang dipanggil Abu Laila, Fadlullah, Amr bin Atabah dan Abdullah bin Amr Al Muzani.
Nama orang ini ada perbedaan dalam kitab Sirah Nabawi Ibnu Ishaq. Sekelompok orang yang menangis tak bisa ikut Perang Tabuk terdiri atas sahabat Ansar dan lain-lainnya.
Mereka adalah Salim bin Umair, Ulayyah bin Zaid, Abu Laila Abdur Rahman bin Ka’b, Amr bin Hamam bin Jamuh, Abdullah bin Mugaffal al-Muzani, Harami bin Abdullah, dan Iyad bin Sariyah al-Fazzari.
Lain lagi dengan tiga orang muslim yang mangkir dari panggilan jihad karena mementingkan urusan pribadi. Mereka adalah Ka’b bin Mâlik, Hilal bin Umayyah, dan Murarah bin ar-Rabi’. Akibatnya tiga orang ini dikucilkan masyarakat sampai akhirnya bertaubat.
Peristiwa ini diceritakan dalam tafsir surat At-Taubah ayat 118.
وَعَلَى ٱلثَّلَٰثَةِ ٱلَّذِينَ خُلِّفُوا۟ حَتَّىٰٓ إِذَا ضَاقَتْ عَلَيْهِمُ ٱلْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ وَضَاقَتْ عَلَيْهِمْ أَنفُسُهُمْ وَظَنُّوٓا۟ أَن لَّا مَلْجَأَ مِنَ ٱللَّهِ إِلَّآ إِلَيْهِ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ لِيَتُوبُوٓا۟ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ
Terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa merekapun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepadaNya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah Yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (#)
Penyunting Sugeng Purwanto