Feature

Lomba untuk Belajar atau Belajar untuk Lomba?

×

Lomba untuk Belajar atau Belajar untuk Lomba?

Sebarkan artikel ini
Lomba yang sesungguhnya untuk apa? Wakil Ketua PDM Gresik Dr. Arfan Muammar, M.Pd.I. mengungkapnya saat sambutan di penutupan babak final Festival Faqih Usman Ke-8 Tahun 2024.
Wakil Ketua PDM Gresik Dr. Arfan Muammar, M.Pd.I. menyampaikan lomba untuk belajar. (Tagar.co/Mohammad Nurfatoni)

Lomba yang sesungguhnya untuk apa? Wakil Ketua PDM Gresik Dr. Arfan Muammar, M.Pd.I. mengungkapnya saat sambutan di penutupan babak final Festival Faqih Usman Ke-8 Tahun 2024.

Tagar.co – Kira-kira pulang membawa piala berapa? Cukup nggak mobilnya untuk membawa piala?

Senyum para juara maupun finalis mengembang ketika mendengar pertanyaan ini terlontar dari Wakil Ketua PDM Gresik Dr. Arfan Muammar, M.Pd.I.

Sebelum menutup ajang Festival Faqih Usman (FFU) Ke-8, Arfan menyampaikan rasa syukurnya. “Alhamdulillah acara kita hari ini berjalan lancar. Semoga tahun depan FFU Ke-9 bisa terlaksana lebih meriah dan lebih banyak diikuti oleh peserta,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Arfan menegaskan, lomba itu untuk belajar. “Jangan belajar untuk lomba,” ungkap bapak kelahiran 03 November 1984 itu.

Kalau yang belajar untuk lomba, kata Arfan, setelah lomba tidak belajar. “Sama seperti ujian. Ujian itu untuk belajar, bukan belajar untuk ujian,” imbuhnya di hadapan 138 finalis beserta guru pendamping.

Menurut Arfan, kompetisi itu untuk fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan). “Dari kompetisi itu tumbuh kepedulian,” harap Arfan.

Ia juga berpesan, berprestasilah tidak hanya di sekolah tapi juga di masyarakat. “Kehidupan sesungguhnya di masyarakat. Prestasi sekolah ini bawalah juga untuk berprestasi di masyarakat,” ajaknya di Hall Sang Pencerah Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG).

Baca juga: Juara Umum dan Favorit Festival Faqih Usman Ke-8

Para finalis memenuhi Hall Sang Pencerah UMG. (Tagar.co/Mohammad Nurfatoni)

Taxonomy Bloom

Ia lantas menganalisis sembilan cabang lomba yang ada di FFU 2024 itu berdasarkan tingkatan ekonomi Taxonomy Bloom. “Pertama, C1, mengingat. Di sini ada cabang lomba tahfiz Qur’an,” ungkapnya, Sabtu (16/11/2024).

Baca Juga:  Cinta Produk Lokal dengan Melukis Jonegoroan

Kedua, C2, memahami. “Di sini ada pidato Bahasa Arab, Bahasa Inggris dan duta sekolah. Walaupun ya semi menghafal. Kalau nggak paham, susah menghafalnya,” terang Kaprodi Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya ini.

Tingkat selanjutnya, C3, mengaplikasikan. Pada FFU ini ada best practice kepala sekolah. “Bagaimana pengetahuan yang didapat diaplikasi di sekolah,” terangnya.

Berikutnya, C4, menganalisis. Ada lomba karya ilmiah. “Bagaimana menganalisis masalah lalu mencari solusi,” jelas Arfan.

Nah, pada tingkat C5, mengevaluasi, ia belum menemukan cabang lomba yang sesuai. Adapun pada tingkat C6 (mencipta), ada lomba menulis profil sekolah dan video pembelajaran inovatif.

Menurutnya, ada satu cabang lomba yang tidak masuk C1-6 itu. Yakni lomba Tilawah Qur’an. “Kemungkinan masuk psikomotorik, keterampilan mengasah suara dan nada,” imbuhnya.

Akhirnya, dengan mengucap hamdalah, ia menutup FFU Ke-8. (#)

Jurnalis Sayyidah Nuriyah Penyunting Mohammad Nurfatoni