MI Mutwo merayakan Milad Ke-112 Muhammadiyah, 18 November 2024, dengan sederhana namun penuh makna.
Tagar.co – Di bawah sinar matahari pagi yang cerah, halaman MI Muhammadiyah 2 Campurejo Panceng, Gresik, dipenuhi oleh suara langkah-langkah kaki yang kompak.
Hari ini bukan hari biasa bagi MI Mutwo—sebutan lain madrasah ini—sedang merayakan Milad Ke-112 Muhammadiyah, sebuah momen refleksi dan motivasi untuk masa depan.
Acara dimulai dengan upacara bendera yang diatur dengan ketat dan penuh khidmat. Moh Zamroni, Wakil kepala Sekolah MI Mutwo, memimpin upacara dengan penuh kewibawaan.
Saya, sebagai kepala madrasah, berperan menjadi pembina upacara. Uswatun Hasanah, guru berbakat dalam bahasa Inggris dan Arab, menjadi protokol upacara. Dia bertugas dengan elegan.
Pengibaran bendera dilakukan oleh Nur Lailatul Hikmah, dengan Evi Syafi’ah dan Ratna Sri Handayani mendampinginya di sisi kanan dan kiri. Komandan peleton, Luthfiati dan Tadzkiroh Muhafiq, wali kelas 4 dan 6, memimpin barisan dengan semangat.
Muzdalifah, wali kelas 3, membaca Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dengan suara yang jelas, sementara Sunakha membawa teks Pancasila, dan Moh Ayub, guru Al-Islam, menutup dengan doa yang menyentuh.
Tak Sekadar Upacara
Upacara dengan pelaksana yang berasal dari para guru itu tak sekadar memperingati hari jadi Muhammadiyah. Namun momen untuk mengingat kembali perjuangan dakwah Islam, memperkuat iman, ketakwaan, dan cinta Tanah air.
Ini adalah saat untuk mempererat ikatan keislaman di antara anggota dan simpatisan Muhammadiyah, serta mengingatkan masyarakat tentang sumbangan besar Muhammadiyah di berbagai bidang.
Dengan seragam biru yang dihiasi garis putih dan batik bunga kuning, anak-anak MI Mutwo tidak hanya memperingati hari lahir Muhammadiyah, tetapi juga menanamkan semangat keislaman dan nasionalisme. Upacara ini adalah teladan perjuangan dan semangat pembaharuan yang masih relevan hingga hari ini.
Baca juga: Refleksi Milad Ke-112 Muhammadiyah
Di sini, di MI Mutwo, anak-anak belajar tentang sejarah dan perjuangan para pendahulu, terutama tokoh-tokoh Muhammadiyah yang berjuang mengusir penjajah. Ini adalah momentum untuk merefleksikan perjalanan organisasi dan meneguhkan komitmen untuk terus berkontribusi dalam pembangunan umat dan bangsa.
Dengan semangat ini, MI Mutwo tidak hanya membangun siswa yang berprestasi, tetapi juga penerus yang penuh semangat dan tanggung jawab terhadap agama dan negara. (#)
Jurnalis Nurkhan Penyunting Mohammad Nurfatoni