Waktu menghadap HP orang Indonesia rata-rata 6 jam sehari. Sebagian besar waktu itu digunakan untuk mengakses konten hiburan. Padahal Surat Al-Asr mengajarkan kita untuk tak menyia-nyiakan waktu.
Oleh M. Anwar Djaelani, penulis buku Menulislah, Engkau Akan Dikenang dan sebelas judul lainnya
Tagar.co – Setiap orang Indonesia menghabiskan waktu rata-rata sekitar 6,05 jam setiap harinya untuk bermain smartphone. Demikian, hasil sebuah riset tahun 2023. Hasil itu, sungguh memprihatinkan.
Lebih lengkap bacalah berita ini, Riset: Orang Indonesia Rata-rata Main HP 6 Jam Sehari” (www.kompas.com 12/01/2024). Bahwa, waktu yang dihabiskan pengguna Indonesia di atas rata-rata 20 negara yang dianalisis, di mana angkanya hanya sekitar 5 jam per hari.
Masih dari riset itu, sepanjang 2023 saat bermain handphone (HP), orang Indonesia juga tercatat paling banyak menghabiskan waktu menikmati konten hiburan. Itu, didapatkan mereka di layanan atau aplikasi video pendek yakni hingga 15 miliar jam dalam setahun.
Menunduk!
Hasil riset itu, perlu kita renungkan. Ini, karena sangat boleh jadi memang seperti itulah performa kita. Bahwa, masyarakat seperti tak bisa lepas dari HP.
Selanjutnya, hasil riset itu harus bisa menjadi pengingat agar kita berbenah. Berbenah? Berbenah dari apa?
Lihatlah perilaku di sekitar kita, misalnya. Di meja makan, ada yang masih memegang HP. Saat bertamu, masih sempat menengok HP. Bahkan, sesaat setelah mengakhiri shalat dengan salam, membuka HP untuk sesuatu yang tak ada hubungan langsung dengan ibadah.
Sekali lagi, lihatlah hasil penelitian itu, sehari enam jam ber-HP. Sementara, waktu yang dipinjamkan Allah kepada kita dalam sehari 24 jam. Artinya, 25 persen hidup kita habis bersama HP.
Kita bersyukur, jika yang kita dapatkan dari enam jam ber-HP itu semuanya baik. Misal, membuka dan membaca Al-Qur’an yang ada di dalam HP. Bisa juga, membuka dan membaca berbagai materi ilmu pengetahuan keislaman. Pun, memperkuat silaturrahim dan keimanan dengan sesama.
Sayang, di penelitian itu, orang-orang paling banyak menghabiskan waktu menikmati konten hiburan. Adakah ilmu di materi hiburan? Adakah peluang memperkuat keimanan di materi hiburan?
Mari menunduk. Bagaimana pula jika HP yang kita buka terhubung dengan yang maksiat, baik yang ”tersembunyi” maupun yang terang-terangan? Maksiat yang ”tersembunyi”, misalnya, ada di grup percakapan. Maksiat, jika di dalamnya ada perbantahan yang mengarah kepada terbukanya perselisihan pendapat yang tajam dan berakhir dengan ”putus”-nya silaturahmi. Tentang ini, kita bisa menemukan beberapa grup percakapan yang pecah karena sebagian anggotanya lalu membentuk grup baru.
Sekarang, yang maksiat langsung. Misalnya, jika kita dengan sengaja mengakses materi yang tak senonoh. Jika mau, begitu mudah kita dapatkan tulisan dan gambar yang tak baik. Begitu juga, video yang ”rusak” gampang dicari.
Demikianlah, HP sebagai alat dia bermuka dua seperti sebilah pisau. Satu sisi, yang positif, kita bisa mendapatkan aneka manfaat. Satu sisi yang lain, yang negatif, kita bisa mendapatkan banyak mudharat.
Nasihat Emas
Jauh sebelum mendirikan Muhammadiyah, Ahmad Dahlan mengajarkan Surat Wal ‘Asr cukup lama, sekitar 8 bulan. Artinya, ini lebih lama dari ketika Ahmad Dahlan mengajarkan Surat Al-Ma’un yang sekitar 3 bulan.
Ahmad Dahlan mengajarkan Surat Al-‘Ass di mana-mana. Itu, selalu diulang-ulang kepada murid-muridnya. Sampai-sampai di Pekalongan, dulu, Ahmad Dahlan dikenal dengan sebutan “Kiai Walasri” (https://tabligh.id/riwayat-pengajian-walashri-kh-ahmad-dahlan/).
Perhatikanlah Al-Asr: 1-3, ini: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran”.
Al-Asr pendek, hanya tiga ayat. Hanya saja, Surat itu memiliki kandungan yang luar biasa. Mari kita seksamai.
“Demi masa”. Masa itu padanannya adalah waktu / zaman. Berputarlah dunia ini dan berbagai masa kita lalui. Ada suka dan duka. Ada naik dan turun. Ada masa muda dan masa tua. Ada masa hidup, kemudian mati.
Allah mengambil masa menjadi sumpah. Allah memilih masa menjadi sesuatu yang mesti diingat-ingat. Kita hidup di dunia ini adalah melalui masa. Setelah itu kita pun akan pergi, mati. Saat mati, habislah masa yang kita pakai dan yang telah lalu tidaklah dapat diulang lagi.
Demikianlah, diperingatkanlah masa itu kepada kita dengan sumpah agar jangan disia-siakan. Masa atau waktu, jangan diabaikan. Sejarah kemanusiaan ditentukan oleh edaran masa (Hamka, 1982: 257).
Usaha dan Doa
Agar tidak merugi, perhatikanlah apa yang selalu ditekankan oleh Ahmad Dahlan di banyak kesempatan. Sang Pencerah itu selalu mengingatkan agar kita bisa mengamalkan kandungan Surat Al-‘Asr. Ditekankan, supaya kita serius mengamalkan empat pegangan berharga diAl-‘Asr.
Empat hal itu, adalah: 1) Jadilah orang-orang yang beriman. 2) Jadilah orang beriman yang beramal shalih. 3) Selalu nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran. 4) Selalu nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.
Alhasil, mudah-mudahan Allah mudahkan semua urusan kita. Semoga Allah kuatkan kita dalam menghadapi ”godaan” HP. Sungguh, hanya kepada Alah kita selalu berharap bahagia di dunia dan akhirat.
Mari, gunakan HP seperlunya. Manfaatkan HP sesuai proporsinya. Atur waktu ”menghadap” HP agar kita tak termasuk kalangan yang merugi. (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni