Empat hal yang perlu dicontoh dari seorang pahlawan dikupas oleh Ustaz Soedjono dalam Kajian Ahad Pagi di halaman SD Muhammadiyah 1 Menganti, Gresik, Jawa Timur.
Tagar.co – Suasana mendung tidak menyurutkan ratusan warga Muhammadiyah Menganti Gresik untuk menghadiri Kajian Ahad Pagi yang diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Menganti di halaman SD Muhammadiyah 1 Menganti, Ahad 10 November 2024.
Kajian kali ini mengangkat tema Pahlawan Sejati dalam Perspektif Islam dengan pemateri Dai Segudang Parikan, Soedjono, M.P.d.
“Bapak Ibu yang di rahmati Allah, kira-kira kita ini termasuk pahlawan atau tidak?” tanyanya di awal tausiahnya.
Dia menjelaskan bahwa pahlawan menurut KBBI adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, pejuang yang gagah berani.
“Jadi siapapun yang mempunyai keberanian dan punya pengorbanan disebut sebagai pahlawan,” lanjutnya.
“Lalu bagaimana menurut Islam?” pertanyaan retoris dia lontarkan. Menurut Islam, pahlawan adalah orang islam yang berjuang menegakkan kebenaran dalam rangka mencari rida Allah.
“Siapapun itu jika dia berjuang untuk menegakkan kebenaran, maka dia adalah pahlawan,” terangnya. Jadi bukan hanya orang yang ikut berperang saja,” jelasnya.
Baca juga: Dai Segudang Parikan Bikin Seisi Masjid Gergeran
Pada kesempatan ini, Ustaz Jono, sapaannya, menyampaikan agar bisa disebut sebagai pahlawan, seseorang tidak hanya sekadar memiliki keberanian, namun harus bisa Ing ngarsa sung tulada (di depan memberikan contoh), ing madya mangun karsa (di tengah membangun motivasi), dan tut wuri handayani (di belakang memberikan dorongan semangat).
“Artinya, seorang pahlawan bukan hanya gelar, namun harus bisa dijadikan sebagai contoh,” ungkap dai yang selalu mengenakan baju batik saat berdakwah ini.
Menurutnya, seorang pahlawan harus memiliki empat hal yang bisa dijadikan contoh dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:
Akidah
Menurut Ustaz Jono, seorang pahlawan harus memiliki akidah yang kuat. Dengan akidah yang kuat, maka saat dia berjuang pikirannya hanya satu yaitu mencari rida Allah. Tidak untuk mencari jabatan atau embel-embel yang lain.
Akidah dan keyakinan total dengan kalimat tauhidnya La ilaha illallah (tiada tuhan selain Allah). Dia pasrahkan hidupnya hanya untuk Allah.
Ustaz Jono kemudian menyitir ayat dalam Al-Qur’an surat Al-An’am 162 yang berbunyi, Inna salati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi rabbil alamin (sesungguhnya salatku, ibadahku, hidup, dan matiku hanya untuk Allah).
“Seorang mujahid sejati ketika berperang melawan kemungkaran pedomannya hanya dua, yaitu hidup mulia atau mati syahid,” ungkapnya.
Kita semua juga bisa menjadi pahlawan, lanjutnya. Di Muhammadiyah, ada ajakan untuk menjadi pahlawan melalui Qur’an surat Ali Imran 104 yang berbunyi, Waltakum mingkum ummati yad’uuna ilal-khairi wa ya`muruuna bil-ma’rufi wa yan-hawna ‘anil-mungkar (Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar).
“Jadi apabila Bapak Ibu aktif di Muhammadiyah berarti sudah mengikrarkan diri sebagai pahlawan,” tuturnya. “Tidak dihargai orang tidak apa-apa, yang penting Allah menghargai kita, lanjutnya.”
Menurutnya kita hidup jangan bergantung pada orang. Jika hidup bergantung dan berharap pada orang maka suatu saat kita akan mengalami kekecewaan. Tapi jika kita berharap hanya kepada Allah, kita tidak akan pernah mengalami kekecewaan, sambungnya.
“Jika sudah tidak ada bahu untuk bersandar, masih ada sajadah untuk kita bersujud,” pesannya kepada para jemaah yang hadir.
Ibadah
Seorang pahlawan, apapun yang di lakukan harus bernuansa ibadah, mulai dari bangun tidur sampai dengan tidur kembali.
Sebelum tidur membaca doa, Bismika Allahumma ahya wabismika amut (dengan menyebut nama Allah aku hidup dan dan dengan menyebut namamu ya Allah aku mati).
“Jika kita tidur kemudian tidak bangun lagi namun pindah ke alam kubur, insyaallah kita meninggal dalam keadaan husnul khatimah karena sebelum kita tidur kita menyebut nama Allah”, terang Ustaz Jono.
Sesudah bangun tidur, juga membaca doa, Alhamdulillahil lazi ahyana ba’da ma amatana wailaihin nusyur (segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami kembali setelah mematikan kami, dan kepada Allah kami dibangkitkan).
Doa yang kita ucapkan, lanjutnta, adalah sebagai ungkapan rasa syukur karena sudah mendapatkan nikmat umur, sebagaimana dalam Al-Qur’an Surat Ar-rahman yang berbunyi Fabiayyi ala irabbikuma tukadziban (maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan). Kalimat ini diulang sampai 31 kali menandakan bahwa kita selalu bersyukur kepada Allah atas segala kenikmatan yang diberikan oleh Allah.
“Masalahnya sekarang banyak yang bangun tidur tidak membaca doa tapi langsung memegang HP,” ujarnya.
Saat keluar rumah, kita niatkan ibadah dengan berdoa, Bismillahi tawakkaltu ‘alallah, la hawla wa laa quwwata illa billah (dengan menyebut nama Allah, yang tiada daya serta kecuali dengan pertolongan Allah).
“Kita akan dijaga oleh Allah selama dalam perjalanan, insyaallah kita dijaga oleh Allah” tegasnya.
Ketika keluar rumah, menaiki kendaraan juga didahului dengan membaca doa, Subhaanalladzi sakhoro lana hadza wa ma kunna lahu muqrinin, wa innaa ilaa rabbina lamunqolibuun (Maha suci Allah yang memudahkan ini (kendaraan) bagi kami dan tiada kami mempersekutukan bagi-Nya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami).
Muamalah
“Jangan sampai menjadi seorang pahlawan tapi memiliki hubungan yang tidak baik dengan sesama manusia, suka menyakiti hati tetangga”, terang Ustaz Jono, menjelaskan poin ketiga.
Selanjutnya dis mengutip sebuah peribahasa dalam bahasa jawa yang berbunyi, Sjining rogo soko busono ajining diri siko lathi ajining awak Soko tumindak (kita dihargai secara fisik dari busana kita, tapi kepribadian kita, diri kita dihargai itu dari kemampuan kita bertutur kata dan bertindak), “Ucapanmu menunjukkan kualitas dirimu, ucapnya.
“Kalau ucapan kita baik, berkesan, bermakna maka kita akan dihargai”, pesannya. Tapi kalau pak totok gak klompenan, kapur barus sak lemari, omong tok gak temenan, nggedabrus gak mari-mari, maka kita tidak akan dihargai oleh orang lain”, tuturnya dengan melontarkan parikan.
Akhlak “Seorang pahlawan harus bisa menjaga akhlaknya,” kata dai berkacamata ini.
Di akhir tausiahnya, Ustaz Jono menyampaikan kepada para jemaah bahwa seorang pahlawan sejati harus memiliki prinsip yaitu kairunnas anfauhum linnas (sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia).
“Hidup sekali harus berarti hidup sesaat harus bermanfaat hidup sebentar harus berada di jalan yang benar,” ucapnya menerangkan poin keempat. (#)
Jurnalis Nadhirotul Mawaddah Penyunting Mohammad Nurfatoni