Pandangan Muhammadiyah soal Isu Ba’alawi
Pandangan Muhammadiyah soal isu Ba’alawi disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr. M. Saad Ibrahim, M.A. dalam pembukaan Silatnas LDK PP Muhammadiyah.
Tagar.co – Di Aula Mitra Nusantara BPMP DKI Jakarta, Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mengadakan Silaturahmi Nasional Dai Komunitas (Silatnas). Acara berlangsung dua hari Selasa-Rabu (12-13/11/2024).
Acara ini menjadi tempat berkumpulnya para dai dari seluruh penjuru Indonesia untuk berbagi semangat, memperkuat persaudaraan, dan memantapkan komitmen dalam dakwah yang penuh cahaya dan kemaslahatan.
Ketua LDK PP Muhammadiyah Muhammad Arifin, S.Ag., M.Ag., membuka acara dengan semangat yang menyala-nyala, Selasa (12/11/2024).
“Menjadi dai bukan sekadar menyebarkan agama, tapi juga menyalakan jiwa-jiwa,” katanya dengan semangat.
Ustaz Arifin, sapaannya, menekankan pentingnya ikhlas dalam setiap langkah dakwah, Dia mendorong para peserta untuk terus teguh di jalan Allah dengan hati yang suci.
Acara semakin hidup dengan kehadiran Dr. M. Saad Ibrahim, M.A., Ketua PP Muhammadiyah, yang menyampaikan pesan yang mendalam. Dengan karismanya, dia menegaskan bahwa dakwah Muhammadiyah adalah tentang pencerahan, kemajuan, dan kesejahteraan umat.
“Dakwah bukan tentang klaim kebenaran mutlak, tetapi tentang memberi cahaya dengan kerendahan hati,” ujarnya, mengingatkan para dai untuk selalu menghargai perbedaan.
Soal Ba’alawi
Saad juga menyinggung isu nasab Ba’alawi, Dia menyatakan Muhammadiyah lebih fokus pada perkembangan umat dan kemajuan bangsa. Menurutnya, hal-hal yang kurang substansial dianggap bukan prioritas.
Pandangan ini, kata dia, menegaskan prinsip Muhammadiyah dalam mengedepankan aspek-aspek yang benar-benar berdampak besar bagi umat, sebuah komitmen untuk selalu memprioritaskan kemaslahatan.
Dia juga berbagi cerita saat menyambut Paus Fransiskus di Masjid Istiqlal Jakarta September lalu. Saat mengungkapkan, meski secara lahiriah ia mengucapkan “Welcome to Indonesia,” dalam hati ia berdoa agar Allah memberi hidayah kepada Paus.
Menurutnya, sikap tersebut adalah cerminan ketulusan yang dibawa oleh seorang pemimpin Muhammadiyah: selalu mengutamakan nilai-nilai dakwah Islam, bahkan dalam interaksi lintas agama.
Pesan ini diharapkan menjadi teladan bagi para dai komunitas untuk tetap ikhlas, penuh doa, dan menghargai setiap perbedaan.
Silatnas LDK ini bukan sekadar kumpul-kumpul. Ini adalah momentum untuk memperkuat jaringan dakwah, menginspirasi para dai untuk menjadi pelita bagi umat dengan nilai-nilai Islam yang mulia, dan memajukan bangsa.
Muhammadiyah berharap, dari acara ini lahir generasi da’i yang penuh ilmu, tangguh, dan tulus dalam mengabdi kepada umat dan bangsa. (#)
Jurnalis Ach. Fawaid Penyunting Mohammad Nurfatoni