FeatureUtama

Salam Lintas Agama Bisa Menggores Akidah

×

Salam Lintas Agama Bisa Menggores Akidah

Sebarkan artikel ini
Ustaz Soejono di depan jemaah Pengajian Ahad Pagi Masjid At-Taqwa Menganti, Gresik, 3 November 2024 (Tagar.co/Amirul Mukminin)

Salam lintas agama sering diucapkan, termasuk oleh seorang Muslim, di mimbar-mimbar umum, terutama oleh pejabat dan calon pejabat yang sedang berkampanye. Padahal bisa menggores akidah.

Tagar.co – Salam lintas agama mendapat sorotan dari Ustaz Soedjono, M.Pd. Dia menyampaikannya dalam Pengajian Ahad Pagi di Masjid At-Taqwa Wisma Sidojangkung, Menganti, Gresik, Jawa Timur, Ahad (3/11/2024).

Mengenakan kemeja batik warna hitam dengan ornamen berwarna putih, serta celana dan peci hitam, ustaz yang punya julukan Dai Segudang Parikan itu menyampaikan materi selama satu jam.

Penyampaiannya santai, humoris, dan bertabur perikan sehingga membuat kritik keras terhadap salam lintas agama tetap terasa menyejukkan.

Mulanya dia menjelaskan tentang tradisi ucapan salam—assalamualaikum warahmatuhhai wabarakatuh—sebagai salah satu cara menjaga ukhuwah islamiah.

Baca berita terkaitDai Segudang Parikan Bikin Seisi Masjid Gergeran

Sebelumnya, Soedjono mengutip sabda Nabi Muhammad Saw yang mengatakan bahwa pada suatu ketika nanti umat Islam itu akan seperti sebuah hidangan di atas meja dan dikelilingi oleh orang-orang yang berada di sekitarnya yang siap untuk menyantap hidangan itu.

Mendengar prediksi Rasulullah seperti ini para sahabat kaget, lalu bertanya apakah pada saat itu jumlah umat Islam sedikit?

Rasulullah mengatakan tidak. Justru pada saat itu jumlah umat Islam sangat banyak bahkan mayoritas. Tapi kondisinya seperti buih di lautan yang mudah diombang-ambingkan oleh ombak dan mudah dipecah-belah oleh batu karang.

Mengapa seperti buih yang rapuh? Karena pada saat itu umat Islam terkena penyakit wahan yaitu hubbud dunya wakarahiyatul maut, cinta kepada dunia dan takut kepada mati.

Baca Juga:  Kabinet dan Jiwa Pemasaran

Menurut Soedjono salah satu cara untuk menguatkan posisi umat Islam agar tidak seperti buih adalah dengan memperkuat ukhuwah islamiyah.

Dia menjelaskan ada lima kewajiban Muslim pada Muslim lainnya sehingga dapat memperkuat ukhuwah islamiah. Yaitu menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengantar jenazah, memenuhi undangan, dan mendoakan orang yang bersin. Kelima kewajiban itu ada dalam hadis riwayat Bukhari-Muslim.

Dai Segudang Parikan Ustaz Soedjono dalam Pengajian Ahad Pagi di Masjid At-Taqwa Menganti Gresik, 3 November 2024 (Tagar.co/Amirul Mukminin)

Tiga Fungsi Salam

Ustaz Soedjono menerangkan salam memiliki tiga fungsi. Pertama sebagai doa. Semoga keselamatan, berkah, dan rahmat Allah selalu terlimpah kepadamu.

“Di mana ada salam di situ ada keselamatan. Di mana ada salam di situ ada rahmat Allah. Di mana ada salam di situ ada keberkahan,” jelas dia yang mengenakan surban putih yang dilipat dan ditaruh di pundak kiri.

Oleh karena itu, jika menjawab salam harus lengkap, jangan disingkat. Dia lalu memberi contoh salah-kaprah penulisan salam dalam chat WhatsApp. Misalnya disingkat ‘ass’. Padahal dalam bahasa Inggris artinya pantat.

Baca berita terkaitOrang yang Punya Utang Banyak Umurnya Lebih Panjang?

Fungsi salam yang kedua adalah sebagai siar Islam. “Dengan kita mengucapkan salam itu siar bahwasanya Islam itu adalah penyebar kedamaian,” katanya.

Oleh karena itu, lanjutnya salah besar kalau ada yang mengatakan Islam itu identik dengan teroris, kekerasan, anarkis, atau agama yang intoleran.

Sebagai siar, kata dia, salam jangan hanya diucapkan saat bertemu di masjid. Tapi di tempat-tempat umum lainnya seperti pasar jangan malu mengucapkan salam.

“Di mana saja siarkan Islam dengan mengucapkan salam,” pesannya.

Baca Juga:  Mahasiswa UMM Ciptakan Lilin Warna-warni dari Jelantah Ikan Asin
Dai Segudang Parikan Ustaz Soedjono dalam Pengajian Ahad Pagi di Masjid At-Taqwa Menganti Gresik, 3 November 2024 (Tagar.co/Amirul Mukminin)

Salam sebagai Identitas

Ketiga salam itu merupakan identitas. Dengan salam, kita menunjukkan identitas diri sebagai seorang Muslim. “Salam itu identitas makanya Bapak Ibu sekarang ini kadang-kadang kita bingung nggih mengucapkan salam disebut kabeh tuhane (semua Tuhannya),” ungkapnya.

Soedjono lalu menirukan salam yang dimaksud, yang menyandingkan semua agama: “Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, salam sejahtera bagi kita semua, shalom, om swastyastu, namo buddhaya, salam kebajikan.” 

Dadi sing ngrungokno Iki bingung sakjane wong iki agamone opo?” kata dia. Maksudnya yang mendengar ini bingung, sebenarnya orang yang mengucapkan salam seperti itu agamanya apa?

Video ceramah selengkapnya bisa disimak di sini

Sebab salam itu menggabungkan salam enam agama resmi di Indonesia. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh (Islam), salam sejahtera bagi kita semua (Katolik), shalom (Kristen), om swastyastu (Hindu), namo buddhaya (Budha), salam kebajikan (Konghucu). 

“Jujur, ngapunten pendapat pribadi saya kalau kita mengucapkan seperti itu saya khawatir nggih akidah Panjenengan tergores karena kita sudah jelas lailahailallah tiada Tuhan kecuali Allah,” jelasnya. (#)

Jurnalis Mohammad Nurfatoni

Feature

Smamuga Tulangan juara II Futsal Sumpah Pemuda kategori putra se-Kabupaten Sidoarjo. Mereka mengalahkan SMKN 3 Buduran di semifinal. Sedang di final mereka harus mengakui keunggulan SMK Trisakti Tulangan