Telaah

Sidik Lawan Pendusta

×

Sidik Lawan Pendusta

Sebarkan artikel ini
Sidik Lawan Pendusta (Ilustrasi AI)

Apa arti sidik? Dalam konteks apa saja Al-Qur’an menggunakan kata sidik? Mengapa Rasulullah Saw menekankan pentingnya sidik? Lawan sidik adalah pendusta.

Oleh Ustaz Ahmad Hariyadi, M.Si, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam An-Najah Indonesia Mandiri (STAINIM). 

Tagar.co – Sidik mempunyai beberapa arti seperti kebenaran, kejujuran, kenyataan, dan keutamaan. Kata sidik disebut tidak kurang dari 10 kali dalam Al-Qur’an, beberapa di antaranya: surat Yunus/10:3; Al-Isra’/17:80, dan Maryam/19:50.

Berikut ini beberapa penggunaan kata sidik dengan konteks yang berbeda:

a. Tempat/Kedudukan
“Dan sesungguhnya Kami telah menempatkan Bani Israel di tempat kediaman yang shidq (bagus) dan Kami beri mereka rizki dari yang baik-baik …” (Yunus/10:93).

b. Janji
“Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang shidq (benar) yang telah dijanjikan kepada mereka” (Al-Ahqaf/46:16).

c. Buah Tutur
“Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik (sidik) bagi orang-orang yang datang kemudian” (Asy-Syua’ara/26:84).

d. Kebenaran
“Maka siapakah yang lebih dzalim dari pada orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran (as-sidik) ketika datang kepadanya?…” (Az-Zumar/39:32).

Sidik dalam arti benar (baik dalam ucapan maupun perbuatan) merupakan keharusan bagi setiap Muslim. Ketika Hiraklius bertanya kepada Abu Sufyan tentang apa yang diperintahkan Nabi Muhammad Saw, Abu Sufyan menjawab, “Beribadahlah kepada Allah saja, jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, tinggalkan ajaran nenek moyangmu! Juga Nabi menyuruh kami mengerjakan shalat, benar (dalam perbuatan dan perkataan), menjaga kehormatan diri dan silaturrahmi” (lihat hadis Bukhari-Muslim).

Baca Juga:  Jahil, Bermacam-macam Kebodohan Menurut Al-Qur’an

Baca juga: Almas, Hukum Menyentuh Lawan Jenis

Rasulullah Saw menjelaskan tentang perolehan yang akan diterima orang-orang yang benar sebagaimana hadits berikut: “Sesungguhnya kejujuran (kebenaran) itu membawa kebaikan, dan kebaikan itu membawa ke surga, dan sesungguhnya orang-orang yang membiasakan dirinya benar akan dicatat oleh Allah sebagai sidik (orang yang selalu benar).

Sedang kedustaan itu membawa kepada penyelewengan dan penyelewengan itu membawa mereka ke neraka dan orang-orang yang membiasakan berdusta itu akan dicatat oleh Allah sebagai kazib (pendusta).” (lihat hadis Bukhari).

“Tinggalkan apa yang engkau masih meragukannya kepada apa yang engkau sudah tidak meragukannya karena sesungguhnya benar itu membawa ketenangan sedang dusta itu membawa keraguan” (lihat hadis riwayat Tirmizi).

Sidik Lawan Pendusta

Semua orang mempunyai peluang untuk melakukan ketidakjujuran. Ketika seorang karyawan melakukan kesalahan dan ditanya atasannya tentang penyebab kesalahan itu dilakukan, maka peluang melakukan dusta itu cukup besar.

Begitu juga ketika seorang pemimpin melaporkan hasil kerjanya kepada atasannya, maka peluang membuat laporan yang tidak benar cukup besar. Oleh sebab itu sangat wajar jika setiap kita berhati-hati (takut) pada kedustaan.

Kebiasaan berlaku benar akan menjadikan kita dicatat sebagai as-sidik, sebuah gelar yang disandang oleh sahabat Abu Bakar. Sebaliknya kebiasaan berdusta akan menjadikan kita dicatat sebagai kazib, sebuah gelar yang disandangkan kepada Musailamah—seorang pembohong besar yang mengaku sebagai Nabi—kita pilih sahabat Abu Bakar bukan? (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni