Mencapai Target (Politik) secara Sehat
Mencapai target penting direalisasikan dengan cara-cara yang sehat, fair, dan jujur. Target jangan jadi tujuan, karena bisa jatuh dalam upaya menghalalkan segala cara. Termasuk target politik!
Opini oleh Mohammad Nurfatoni, Direktur Penerbit Kanzun Book.
Tagar.co – Dalam manajemen modern, perencanaan kerja, termasuk membuat target kerja, menjadi syarat penting tercapainya sebuah keberhasilan. Dengan merencanakan target, pihak manajemen bisa menyiapkan langkah-langkah—baik strategis maupun taktis—secara lebih sistematis.
Penetapan target-target yang disertai dengan perumusan kebijakan pencapaiannya sekaligus memudahkan dilakukannya evaluasi. Tercapaikah target yang dicanangkan?
Jika tercapai, maka langkah-langkah yang ditempuh tersebut layak untuk dikembangkan pada periode kerja berikutnya. Sebaliknya jika tidak tercapai, maka evaluasi bisa diarahkan pada komponen-komponen penyebab kegagalan pencapaian target. Hasil evaluasi akan menjadi bahan penting untuk memperbaiki kinerja manajemen.
Baca opini terkait: Menghalalkan Segala Cara
Sayangnya, target seringkali menjadi momok. Menjadi hantu yang menakutkan. Orang menjadi dikejar-kejar target. Akhirnya, orang menjadikan target sebagai tujuan.
Karena sebagai tujuan, maka segala daya kekuatan dikeluarkan untuk mencapainya—termasuk melalui energi-energi negatif. Tak heran jika demi target, muncul kiat menghalalkan segala cara.
Jadi konsep yang semula diidealkan mampu meningkatkan kinerja, kini berbalik menjadi bumerang, meruntuhkan nilai-nilai positif sebuah manajemen.
Jangan Halalkan Segala Cara
Target tentu sangat penting. Untuk mencapainya memerlukan perjuangan. Menjadi tidak berarti jika demi target, segala cara kita halalkan. Padahal akan sangat terhormat dan kesatria jika target kita capai dengan cara-cara sehat, fair, dan jujur; dengan perjuangan sejati.
Banggakah kita jika mampu mencapai target, bahkan melampauinya dengan “menginjak” dan mengorbankan rakyat; dengan melanggar hak-hak berdemokrasi dan konstitusi?
Demi target dinasti politik, kita selundupkan aturan yang bisa memuluskan target itu, kita ubah konstitusi. Demi menang di pilkada, kita sogok rakyat. Dan sebagainya.
Merujuk pada sabda Nabi Muhammad saw bahwa barang haram yang kita makan akan menjadi daging haram, maka pandai-pandailah merenung, bahwa cara-cara haram yang kita lakukan juga akan mendarah daging dan, bisa jadi, terwariskan dalam kepribadian anak cucu kita.
Bukankah kualitas gen akan berpengaruh pada keturunan? Dan tegakah kita melihat keturunan kita pandai menghalalkan cara? (#)