Surat Terbuka untuk Menteri Pendidikan yang Baru

0
Surat Terbuka untuk Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah: Menyelamatkan Generasi dengan Kebijakan Pendidikan Bermutu

Seorang guru menulis surat terbuka keada menteri (Ilustrasi AI)

Surat Terbuka untuk Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah: Menyelamatkan Generasi dengan Kebijakan Pendidikan Bermutu
Seorang guru menulis surat terbuka (Ilustrasi AI)

Surat Terbuka untuk Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah: Menyelamatkan Generasi dengan Kebijakan Pendidikan Bermutu

Kepada Yth.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah
Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Dengan hormat,

Melalui surat terbuka ini, kami selaku pendidik dan bagian dari masyarakat yang peduli terhadap masa depan bangsa, ingin menyampaikan keprihatinan mendalam terkait arah kebijakan pendidikan di negeri ini, khususnya Kurikulum Merdeka yang telah diterapkan dalam beberapa tahun terakhir.

Kami menyadari bahwa setiap kebijakan bertujuan baik. Kurikulum Merdeka dihadirkan dengan semangat memberikan kebebasan kepada siswa dalam mengeksplorasi minat dan bakat mereka.

Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa implementasi kurikulum ini telah jauh bergeser dari tujuan yang diharapkan.

Kebebasan yang diberikan kepada siswa, sering kali ditafsirkan oleh mereka sebagai kebebasan untuk “tidak belajar”. Anak-anak kita semakin jauh dari disiplin akademik dan kehilangan etika serta adab dalam proses pembelajaran.

Saat ini, para siswa lebih sibuk dengan dunia maya (TikTok, Instagram, dan permainan daring seperti PUBG Mobile, Roblox, Mobile Legends, dan Garena Free Fire) daripada memperdalam pelajaran mereka.

Saat diminta belajar matematika, sebagian yang berkata “Saya tidak tertarik dan tidak berminat.”

Saat diajarkan akhlak, mereka bertanya, “Untuk apa?”

Siswa-siswa kita telah kehilangan arah, karena mereka merasa tidak ada tuntutan untuk belajar hal-hal yang tidak mereka sukai.

Namun, apakah mereka memahami bahwa di dunia nyata, ilmu pengetahuan dasar dan etika adalah fondasi penting untuk meraih kesuksesan?

Kami melihat dengan jelas, lulusan-lulusan yang tidak siap menghadapi dunia kerja karena dasar-dasar pembelajaran tidak lagi menjadi prioritas dalam kehidupan sekolah mereka.

Banyak yang tidak mampu melakukan hitungan dasar ketika bekerja di supermarket atau pompa bensin. Tidak hanya itu, degradasi moral dan hilangnya sikap hormat kepada guru juga semakin parah.

Perilaku kasar dan tidak santun, termasuk berbicara jorok dan merendahkan otoritas guru, telah menjadi hal yang biasa di kalangan siswa.

Bapak Menteri baru yang kami hormati, kami sangat berharap bahwa di bawah kepemimpinan Bapak, kebijakan ini dapat dievaluasi secara serius.

Kurikulum yang memberikan terlalu banyak “kemerdekaan” kepada siswa, tanpa diimbangi dengan tanggung jawab dan disiplin, hanya akan menciptakan generasi yang tidak siap menghadapi tantangan di masa depan.

Pendidikan yang seharusnya menjadi pilar peradaban kini justru menjadi arena eksperimentasi kebijakan yang akhirnya merugikan anak-anak kita.

Baca juga: Menteri Abdul Mu’ti soal Kesejahteraan Guru, Zonasi, hingga Kurikulum Merdeka

Dengan hormat, kami mengusulkan agar:

  1. Hendaknya untuk dipertimbangkan lagi, agar Kurikulum Merdeka direvisi secara komprehensif, dengan tetap memberikan ruang kreativitas tanpa mengorbankan pentingnya penguasaan ilmu dasar.
  2. Lebih ditekankan kembali pentingnya disiplin akademik dan nilai-nilai etika. Anak-anak perlu dibekali dengan keterampilan dan nilai-nilai yang membentuk mereka menjadi pribadi yang cerdas, tangguh, dan bermoral.
  3. Adanya evaluasi terhadap kebijakan yang meminimalkan keterlibatan guru dalam menuntun siswa. Jangan hanya memposisikan guru sebagai fasilitator dan pendamping diskusi siswa belaka. Guru adalah pilar utama pendidikan, dan mereka perlu diberikan otoritas yang lebih untuk mendisiplinkan dan mengarahkan siswa agar tidak tersesat dalam kebebasan yang kebablasan.
  4. Penguatan pendidikan karakter yang lebih nyata dan terukur, sehingga kita tidak hanya mencetak siswa yang pintar, tetapi juga berbudi pekerti luhur. Dalam bahasa pesantren yang disampaikan Gus Nizar (Pengasuh Pesantren Tebu Ireng Jombang di Ruang KH Yusuf Hasyim pada tanggal 21 Okt 2024): ”Yang penting kita didik sejatinya dari santri itu bukan hanya kepalanya, tapi juga hatinya. Santri itu nurut (taat) bukan kepalanya tapi soal hatinya.”
  5. Kami percaya, dengan semangat baru yang Bapak bawa, pendidikan di Indonesia dapat kembali menjadi sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun, hal ini hanya bisa terwujud jika kebijakan-kebijakan yang diluncurkan benar-benar berdasarkan kebutuhan riil siswa, masyarakat, dan bangsa.

Semoga surat terbuka ini dapat menjadi masukan yang berarti untuk kemajuan pendidikan di Indonesia.

Kami menaruh harapan besar kepada Bapak Abdul Mu’ti sebagai pemimpin pendidikan yang baru, untuk membawa perubahan positif dan substansial yang dapat menyelamatkan generasi masa depan bangsa.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Hormat Kami,
Sujarwa, S.Th.I., pendidik di SMK Sunan Giri Menganti, Gresik, Jawa TImur

Penyunting Mohammad Nurfatoni

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *