Feature

Pesan Muhammadiyah untuk Presiden Prabowo

×

Pesan Muhammadiyah untuk Presiden Prabowo

Sebarkan artikel ini
Pesan Muhammadiyah disampaikan Haedar Nashir untuk Presiden Prabowo yang dilantik di depan sidang paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI)
Pelantikan Presiden Prabowo Subianto di depan sidang paripurna MPR di Jakarta, Ahad, 10 Oktober 2024.

Pesan Muhammadiyah disampaikan oleh Haedar Nashir untuk Presiden Prabowo Subianto yang dilantik di depan sidang MPR.

Tagar.co – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan selamat kepada Presiden Prabowo Subianto dan Wapres Gibran Rakabumimg Raka yang dilantik di depan sidang paripurna  Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI) di Jakarta, Ahad (20/10/2024).

Haedar Nashir berharap Presiden Prabowo dan Wapres Gibran dapat menjalankan mandat rakyat, bangsa, dan negara selama lima tahun ke depan sejalan isi sumpahnya.

Pesan Muhammadiyah yang disampaikan Haedar ini memuji Presiden Prabowo atas keterbukaan dan ajakan untuk jujur menghadapi realitas dan masalah Indonesia.

“Para pejabat diingatkan bahwa kunci segala hal berada pada para pemimpinnya dan jangan sampai terjadi seperti pepatah ikan busuk dimulai dari kepala,” kata Haedar yang juga guru besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Baca Juga Presiden Prabowo: Ikan Busuk Dimulai dari Kepala

Dia berharap pemerintahan baru di bawah Presiden Prabowo dapat mewujudkan kemajuan Indonesia sejalan dengan delapan misinya. Yaitu (1) Memperkokoh ideologi Pancasila, demokrasi, dan hak asasi manusia (HAM); (2) Memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau, dan ekonomi biru; (3) Meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas, mendorong kewirausahaan, mengembangkan industri kreatif, dan melanjutkan pengembangan infrastruktur; (4) Memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM), sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, serta penguatan peran perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas; (5) Melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri; (6) Membangun dari desa dan dari bawah untuk pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan; (7) Memperkuat reformasi politik, hukum, dan birokrasi, serta memperkuat pencegahan dan pemberantasan korupsi dan narkoba; dan (8) Memperkuat penyelarasan kehidupan yang harmonis dengan lingkungan, alam, dan budaya, serta peningkatan toleransi antarumat beragama untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur.

Baca Juga:  Stigma Wong Muhammadiyah, Santuy Saja 

Haedar menilai perhatian Presiden Prabowo atas prinsip-prinsip kedaulatan Indonesia agar dapat terus dijaga dan menjadi komitmen politik yang berkesinambungan dalam memimpin Indonesia Raya.

Sikap menghargai kepada pihak mana pun untuk tidak mengganggu Indonesia, sebagaimana Indonesia tidak akan menggangu pihak luar, merupakan wawasan sekaligus sikap kesatria berjiwa prajurit pejuang dalam menjaga NKRI yang bersatu dan berdaulat.

“Kami berharap pula agar pengelolaan sumberdaya alam, investasi, dan kerjasama dengan pihak luar tetap bertumpu di atas prinsip Indonesia berdaulat. Seluruh penjuru tanah air dan rakyat Indonesia benar-benar harus dilindungi dari segala bentuk intervensi dan praktik neokolonialisme yang merugikan masa depan Indonesia,” ujar Haedar.

Dia menyampaikan pentingnya menjaga dan mengonsolidasikan demokrasi substantif agar benar-benar menjadi agenda penting dalam penegakkan sistem politik Indonesia sehingga terdapat ruang yang semakin terbuka dalam mengekspresikan pandangan-pandangan kritis yang bertanggungjawab demi menjaga checks and balances dalam kehidupan bernegara. Menjaga demokrasi dari kriminalisasi politik atas pemikiran-pemikiran yang berbeda di ruang publik.

Baca Juga Prabowo Subianto: Pemimpin Bekerja bukan untuk Kerabat

“Diharapkan pikiran-pikiran kritis dari para elite maupun publik disampaikan secara objektif, argumentatif, dan elegan serta tidak disertai caci maki dan menebar kebencian sehingga dapat terjadi ruang dialog yang sehat dalam kehidupan berdemokrasi di Indonesia,” harap Haedar.

Dia menyebut tentang perguruan tinggi mesti direkonstruksi atas segala praktik plagiasi dan kecurangan akademik yang menggambarkan pragmatisme dan oportunisme demi meraih prestasi secara tidak etik. 

Baca Juga:  Muhammadiyah, antara Bank dan Tambang

”Pemberian gelar-gelar akademik yang merusak tatanan dunia akademik penting ditertibkan untuk menjaga martabat akademik dunia pendidikan tinggi Indonesia. Jadikan lembaga pendidikan betul-betul sebagai institusi strategis bagi usaha mencerdaskan kehidupan bangsa menuju cita-cita nasional,” jelas Haedar.

Haedar berharap kepemimpinan nasional lima tahun ke depan menjadi kekuatan yang memimpin Indonesia dengan jiwa dan visi kenegarawanan tertinggi untuk menjaga persatuan, kemakmuran, keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia, serta menjadi suri teladan bagi seluruh rakyat Indonesia.

”Kabinet terpilih benar-benar dapat membantu sepenuhnya kepemimpinan presiden dan wakil presiden yang bekerja dan berkhidmat seutuhnya untuk kepentingan bangsa dan negara Indonesia,” tandas dia menutup pesan Muhammadiyah untuk presiden.

Jurnalis Dahlansae  Editor Sugeng Purwanto