Opini

Sportivitas Olahraga dan Kehidupan Nyata

×

Sportivitas Olahraga dan Kehidupan Nyata

Sebarkan artikel ini
Sportivitas jangan berhenti di olahraga. Nilai luhur itu hendaknya kita bawa ke dalam kehidupan sehari-hari.
Ilustrasi AI

Sportivitas jangan berhenti di olahraga. Nilai luhur itu hendaknya kita bawa ke dalam kehidupan sehari-hari.

Opini oleh Bening Satria Prawita Diharja, S.Or., M.Pd., Guru SMP Muhammadiyah 1 Gresik

Tagar.co – Olahraga bukan sekadar permainan. Ia adalah miniatur kehidupan yang mencerminkan nilai-nilai esensial dalam masyarakat.

Melalui olahraga, kita belajar disiplin, kerja sama, dan sportivitas—nilai-nilai yang pernah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW melalui aktivitas seperti memanah, berkuda, gulat, dan berenang. Aktivitas yang tidak hanya menjaga fisik tetapi juga melatih konsentrasi dan emosi.

Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam olahraga sejatinya juga merupakan nilai-nilai yang ada dalam kehidupan sehari hari.

Sepak Bola Indonesia

Sejak lolosnya tim nasional sepakbola Indonesia pada Putaran Ke-3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, tidak ada yang menyangka skuad asuhan coach Shin Tae Young (STY) asal Negeri Gingseng tersebut masuk dalam peta kekuatan sepakbola terutama di benua Asia.

Maklum beberapa tahun terakhir ini sepakbola di Indonesia terkesan jalan di tempat bahkan terbilang mengalami kemunduran. Peringkat 175 dunia pun pernah dicicipi oleh negara yang berpenduduk 185 juta jiwa ini.

Baca juga Bersepeda: Bukan Hanya Sehat, tapi Juga Filosofis

Namun saat ini eranya telah berubah. Sejak dipimpin oleh Erik Thohir, pelan-pelan timnas Indonesia mengalami transformasi yang meyakinkan dengan menempati peringkat 127 dunia pada tahun 2024 ini.

Baca Juga:  Profesionalisme

Dengan berbagai perbaikan ada perubahan besar dalam cara mereka menghadapi lawan-lawan yang dulunya hanya bisa mereka saksikan dari layar kaca, seperti melawan raksasa sepakbola Argentina.

Kini, Indonesia menjadi tim yang diperhitungkan oleh negara-negara langganan Piala Dunia seperti Arab Saudi, Australia, dan Jepang. Hal itu menciptakan euforia di seluruh penjuru Indonesia, dari yang tua hingga yang muda.

Tercoreng

Namun, euphoria ini kadang tercoreng oleh aksi-aksi tim lawan yang menghalalkan segala cara untuk mengalahkan tim Garuda, jauh dari esensi sportivitas.

Padahal olahraga lebih dari sekadar aktivitas fisik; itu adalah media untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi. Manusia digerakkan tidak hanya oleh biologi tapi juga oleh jiwa.

Di era modern, pengetahuan terfragmentasi: ilmu terpisah dari moral, dan seni dari ilmu, menyebabkan ketidakbahagiaan karena pemahaman yang tidak utuh menghasilkan individu yang tidak utuh.

Dalam olahraga, etika diajarkan melalui contoh dan perilaku, menjadikan pendidikan olahraga sebagai fondasi penting dalam membentuk manusia yang utuh, mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Olahraga mengajarkan cara berkompetisi yang adil dan terhormat, yang layak disebut sebagai juara.

Ungkapan fair play is the very essence of sport menegaskan bahwa olahraga tanpa sportivitas ibarat tubuh tanpa jiwa. Dalam olahraga, sportivitas adalah lambang kejujuran, nilai yang hanya dimiliki oleh mereka yang berhati bersih. Pendidikan seharusnya tidak hanya tentang pengetahuan tapi juga tentang kebajikan dan moral.

Baca Juga:  Orang Baik yang Jahat

Aksi kontroversial seperti yang terjadi saat melawan Bahrain, di mana sportivitas dipertaruhkan, memicu kemarahan. Wasit Ahmed Al Kaf menjadi pusat kontroversi, merusak harapan Indonesia untuk meraih tiga poin di kualifikasi Piala Dunia.

Ingatan tentang insiden di PON pun, di mana seorang pemain menyerang wasit, masih segar dan menjadi pelajaran buruk bagi sepakbola Indonesia.

Maka perlu diwaspadai ketika timnas Indonesia hendak melawan Cina pada macth day selanjutnya. Sebab panitia lokal menempatkan venue pertandingan letaknya harus dijangkau dalam delapan jam perjalanan dari pusat kota Shanghai ke stadion Qingdao Youth Football. Ini bisa mengganggu konsentrasi skuad garuda untuk melanjutkan tren positif pada kiprahnya di kualifikasi ini.

Namun coach STY sudah mengantisipasi hal tersebut dan mengatakan untuk siap meladeni tuan rumah di manapun berada. Sikap ini menunjukkan sportivitas tetap ditegakkan di mana pun tempatnya sekalipun di laga tandang.

Sportivitas tidak hanya meningkatkan rasa kebersamaan dan persatuan di antara para atlet dan penonton, tapi juga mempererat komunitas olahraga dengan semangat bermain yang adil dan saling menghormati. (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni