Opini

Profesionalisme

×

Profesionalisme

Sebarkan artikel ini
Profesionalisme tak hanya berhubungan dengan sebuah profesi. Dia juga menuntut kesungguhan untuk mendalami, menerapkan, dan bertanggung jawab atas sebuah profesi.
Ilustrasi AI

Profesionalisme tak hanya berhubungan dengan sebuah profesi. Dia juga menuntut kesungguhan untuk mendalami, menerapkan, dan bertanggung jawab atas sebuah profesi.

Opini oleh Mohammad Nurfatoni, Direktur Penerbit Kanzun Book.

Tagar.co – Profesional? Mungkin itulah konsep yang seringkali diinginkan pada setiap sumber daya manusia yang kita miliki. Tapi bagaimana sebenarnya profesional itu?

Seringkali terjadi kerancuan dalam memahami konsep ini. Misalnya profesional sekadar dihubungkan dengan disiplin keilmuan.

Baca juga: Brainstorming

Pemahaman seperti ini membawa implikasi pada munculnya asumsi, misalnya, bahwa setiap lulusan FKIP adalah seorang profesional di bidang pendidikan dan pengajaran. Atau kebalikan dari itu, seorang yang menggeluti sebuah bidang garap yang tidak sesuai dengan disiplin keilmuannya, dikatakan tidak profesional.

Kenyataan di lapangan, menunjukan hal yang bisa kontradiktif terhadap pemahaman seperti itu? Misalnya profesi wartawan. Banyak generasi wartawan kini yang sangat profesional, meskipun mereka bukan lulusan akademi wartawan, melainkan berasal dari disiplin ilmu lain: teknik, ekonomi, atau sosial.

Definisi Profesional

Profesional atau profesionalisme, menurut Ginandjar Kartasasmita, adalah pencerminan sikap seseorang terhadap profesinya, kesungguhan hati untuk mendalami, menerapkan dan bertangung jawab atas profesinya.

Sedangkan profesi adalah suatu aktivitas yang memerlukan specialized knowladge yang sering memerlukan waktu dan persiapan akademis yang panjang dan intensif.

Wartawan adalah sebuah profesi. Untuk menjadi wartawan, memang diperlukan pengetahuan yang cukup tentang dunia kewartawanan. Meskipun dunia ini bisa diselami secara mendalam tanpa melalui jalur akademis ‘resmi’, semacam akademi wartawan tadi.

Baca Juga:  Soekarno atau Sukarno?

Baca jugaBerpikir Kreatif

Seorang bisa menjadi wartawan, jika dia mengetahui seluk beluk profesi ini. Akan tetapi untuk menjadi wartawan profesional, itu saja tidak cukup.

Mengacu pada pengertian Ginandjar, profesionalisme menuntut kesungguhan wartawan untuk mendalami, menerapkan dan bertanggung jawab atas profesinya. Jadi wartawan dikatakan profesional jika pekerjaannya memiliki standar teknis atau etika profesi wartawan.

Kompetensi

Karena itu profesionalisme erat kaitannya dengan kompetensi, yaitu suatu keadaan yang seseorang dapat dipercaya berdasarkan kemampuannya.

Kompetensi menunjuk pada kadar penguasaan suatu profesi atau bidang tanggung jawab. Seseorang yang rendah kadar penguasaan atau pengetahuan atau tanggung jawabnya, tidak dapat dikatakan kompeten untuk bidang yang bersangkutan.

Seorang guru, misalnya, walaupun lulusan FKIP, tidak bisa disebut profesional jika dia tidak menguasai atau bertanggungjawab atas profesinya.

Ini berarti bahwa kompetensi menuntut dilakukannya secara terus-menerus pendalaman terhadap masing-masing bidang profesi atau sebuah garapan tanggung jawab. Yang ini sangat mendesak dilakukan oleh manusia atau lembaga yang ada di sini.

Mengapa? Ingat, persaingan di era pasar bebas ini sangat kompetitif, termasuk persaingan profesi. Dokter-dokter luar negeri akan masuk ke Indonesia. Manager-manager andal bangsa asing akan meramaikan dunia manajemen di Indonesia. Oleh karena itu peningkatan sumber daya manusia, tidak bisa diabaikan.

Yang tak kalah penting dalam profesionalisme adalah komitmen. Komitmen adalah suatu sikap pribadi dan sikap moral, yang ditandai oleh kesetiaan, loyalitas, dan tanggung jawab terhadap suatu pekerjaan. Komitmen sangat esensial dalam profesionalisme karena akan menentukan kualitas output.

Jadi kompetensi yang dimiliki tidak akan mendukung profesionalisme jika tanpa dilandasi kesetiaan untuk menghasilkan sesuatu yang terbaik. Sebagai dokter spesialis, misalnya, tidak menjamin Anda menjadi dokter profesional jika dalam menangani pasien, Anda sangat sembrono dan meremehkan.

Baca Juga:  Kabinet dan Jiwa Pemasaran

Di bidang garap apapun Anda bisa profesional, jika kedua unsur di atas bisa Anda penuhi. Tentu, sekali lagi, ini menuntut terjadinya peningkatan-peningkatan: keilmuan, ketrampilan, wawasan, sikap mental, dan penghargaan terhadap bidang yang Anda geluti. Ya, mengapa tidak? (#)