Opini

Soedirman, Bukan Sekadar Jenderal Perang

×

Soedirman, Bukan Sekadar Jenderal Perang

Sebarkan artikel ini
Jenderal Soedirman meneladani kita dengan delapan karakter mulia. Panglima Besar TNI yang pertama itu bukan hanya dihormati karena kepemimpinannya di medan perang, tetapi juga karena nilai-nilai moral yang ia pegang teguh.
Jenderal Soedirman (foto internet)

Jenderal Soedirman meneladani kita dengan delapan karakter mulia. Panglima Besar TNI yang pertama itu bukan hanya dihormati karena kepemimpinannya di medan perang, tetapi juga karena nilai-nilai moral yang ia pegang teguh.

Opini oleh Nurkhan, seorang pendidik

Tagar.co – Tanggal 5 Oktober diperingati sebagai hari lahir Tentara Nasional Indonesia (TNI), meskipun nama TNI diresmikan oleh Presiden Sukarno tanggal 3 Juni 1947 berdasarkan tanggal pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Mendengar kata TNI, alam pikiran bawah sadar kita akan teringat sosok yang pembawaannya sederhana, tegas, berwibawa, dan mempunyai komitmen kuat untuk memperjuangkan Indonesia agar terbebas dari penjajah, yaitu Jenderal Soedirman.

Sebagai Panglima Besar TNI pertama, Jenderal Soedirman telah meletakkan dasar bagi militer Indonesia serta setia pada rakyat dan negara. Tanpa kepemimpinan dan keberaniannya, perjuangan mempertahankan kemerdekaan mungkin akan jauh lebih sulit.

Baca juga: Sejarah TNI: Panglima Besar Pertama Kader Muhammadiyah

Soedirman bukan hanya dihormati karena kepemimpinannya di medan perang, tetapi juga karena nilai-nilai moral yang ia pegang teguh. Dia juga sosok yang menjunjung tinggi prinsip perjuangan tanpa pamrih. Dalam hatinya ia berkeyakinan bahwa kemerdekaan adalah harga mati.

Bagi TNI, Jenderal Soedirman merupakan sosok teladan dalam menjaga integritas, loyalitas, dan kesetiaan pada bangsa dan negara.

Kiprahnya dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia menjadikannya simbol keteguhan, kepemimpinan, dan nasionalis yang kuat.

Baca Juga:  Kurikulum Antre di SMP Miosi: Pelajaran Hidup bagi Gen Z dan Alpha

Baca jugaJenderal Soedirman Kader Tulen Muhammadiyah

Hal itu ia buktikan saat setelah Agresi Militer Belanda II pada tahun 1948, Jenderal Soedirman memimpin perang gerilya selama tujuh bulan, meski kondisi kesehatannya memburuk akibat penyakit tuberkolosis.

Dalam kondisi yang sakit parah, ia tetap memimpin pasukannya berjuang dari hutan ke hutan di Pulau Jawa. Perang gerilya ini menjadi bukti keteguhan Jenderal Soedirman yang tidak mau menyerah meski di tengah kondisi yang sangat sulit.

Teladan Terbaik

Sebagai warga negara yang baik, dan generasi penerus bangsa, maka ada beberapa hal yang wajib kita contoh untuk meneladan Jenderal Soedirman.

Pertama, kepemimpinan yang inspiratif. Dia menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus mampu memotivasi dan menginspirasi orang lain, terutama dalam masa-masa sulit. Kita dapat belajar untuk menjadi pemimpin yang memberi contoh dan dukungan kepada orang lain.

Kedua, keteguhan prinsip. Jenderal Soedirman berpegang teguh pada prinsip-prinsip perjuangannya. Kita dapat meneladani komitmen pada nilai-nilai dan prinsip yang kita anut, serta tidak mudah goyah dalam menghadapi tantangan.

Ketiga, semangat juang yang tinggi. Meski menghadapi banyak rintangan, Jenderal Soedirman tidak pernah menyerah. Kita dapat meneladani semangat pantang menyerah dalam mencapai tujuan, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional.

Baca jugaKisah Penyamaran Jenderal Soedirman dalam Perang Gerilya

Keempat, sikap sederhana dan rendah hati. Soedirman adalah sosok yang sederhana dan tidak mengedepankan kepentingan pribadi. Sebagai warga negara yang taat, kita dapat belajar untuk tetap rendah hati, tidak sombong, dan selalu menghargai orang lain, apapun status atau jabatannya.

Baca Juga:  Tiga Pilar dalam Pembelajaran Deep Learning

Kelima, pengabdian kepada bangsa dan takyat. Ia menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi. Kita bisa meneladani sikap pengabdian ini dengan berkontribusi untuk masyarakat dan lingkungan sekitar, serta peduli pada kesejahteraan orang lain.

Keenam, disiplin dan tanggung jawab. Dalam kepemimpinannya, Jenderal Soedirman selalu menekankan pentingnya disiplin dan tanggung jawab. Seyogyanya kita harus meneladani sikap ini dengan bertanggung jawab atas tugas dan komitmen yang kita miliki.

Ketujuh, ketahanan mental dan fisik. Meskipun menderita penyakit, Jenderal Soedirman tetap berjuang untuk kemerdekaan. Kita dapat belajar untuk mengembangkan ketahanan mental dan fisik dalam menghadapi tantangan hidup.

Kedelapan, penghargaan terhadap kerja sama. Jenderal Soedirman sangat menghargai kerjasama antar anggota pasukannya. Kita bisa meneladani sikap ini dengan menghargai kolaborasi dan kerja tim dalam berbagai aspek kehidupan.

Dengan meneladani nilai-nilai ini, kita dapat membangun karakter yang lebih baik dan memberikan dampak positif bagi diri sendiri serta masyarakat. (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni