Opini

Berpikir Kreatif

×

Berpikir Kreatif

Sebarkan artikel ini
Berpikir kreatif bukan seperti robot, mesin mekanis yang sudah didesain sesuai dengan keinginan ‘penguasanya’. Otoritarian, serba seragam, dan kesetiaan primordial adalah penghambat-penghambat kreativitas.
Ilustrasi AI

Berpikir kreatif bukan seperti robot, mesin mekanis yang sudah didesain sesuai dengan keinginan ‘penguasanya’. Otoritarian, serba seragam, dan kesetiaan primordial adalah penghambat-penghambat kreativitas.

Opini oleh Mohammad Nurfatoni, Direktur Penerbit Kanzun Book.

Tagar.co – Berpikir kreatif. Jenis berpikir seperti ini banyak diharapkan orang. Seorang pemimpin biasa ‘memarahi’ anak buah yang sedang buntu menghadapi masalah dengan ucapan, “Kreatif sedikit dong!”

Logika yang dibangun, orang yang susah menyelesaikan suatu persoalan yang sedang dihadapi, dengan alternatif lain, termasuk tidak kreatif. Karena itukah berpikir kreatif menjadi pilihan?

Berpikir kreatif, menurut James C. Coleman dan Coustance L. Hammen adalah thinking which pro-duces new methods, new concept, new under-standing, new invention, new work of art.

Berpikir yang mampu menghasilkan sesuatu yang baru: metode, konsep, pengertian, penemuan, atau seni kerja. Bagaimana kemampuan berpikir seperti ini harus dibangun?

Baca juga: Tirani Kepentingan

MacKinnon mensyaratkan tiga hal untuk bisa berpikir kreatif. Pertama, kreativitas melibatkan respon atau gagasan yang baru, atau yang secara statistik sangat jarang terjadi.

Tentu, kebaruan saja tidak cukup. Ada gagasan membangun rumah di bawah tanah untuk mengurangi kepadatan kota. Gagasan ini baru, tapi sulit dilaksanakan. Karena itu syarat kedua kreativitas adalah pemecahan masalah secara realistis.

Ketiga, kreativitas merupakan usaha untuk mempertahankan insight (ilham) yang orisinal, menilai, dan mengembangkannya sebaik mungkin.

Baca Juga:  Materi Bahasa Indonesia Kelas IX: Pengertian Teks Prosedur, Jenis, Struktur, dan Ciri

Tiga Faktor

Untuk mampu memenuhi syarat-syarat kreativitas itu, Colamen dan Hammen menunjuk pentingnya tiga faktor yang mampu melahirkan kreativitas seseorang.

Pertama kemampuan kognitif, termasuk di sini kecerdasan di atas rata-rata, kemampuan melahirkan gagasan-gagasan baru, gagasan-gagasan yang berlainan.

Kedua, sikap terbuka, meliputi kesiapan diri untuk menerima stimuli internal dan eksternal; minat yang beragam dan luas. Ini menghendaki dilakukannya penjelajahan terhadap berbagai sumber informasi. Akrab dengan sumber-sumber pengetahuan. Kreativitas menuntut samudra hikmah.

Baca jugaOrang Baik yang Jahat

Ketiga, sikap yang bebas, otonom, dan percaya diri. Kreativitas tidak akan muncul pada diri orang yang tertekan dan tidak merdeka. Kreativitas menghendaki ruang-ruang ekspresi. Ini sangat ditentukan oleh faktor situasional.

Sejarah membuktikan bahwa kreativitas hanya tumbuh di lingkungan yang terbuka, toleran terhadap ide-ide ‘gila’, dan memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk mengembangkan dirinya.

Lima Tahap

Lantas bagaimana melakukan proses berpikir kreatif? Para psikolog menyebutkan lima tahap berpkir kreatif. Pertama, orientasi, yaitu mendefinisikan masalah. Tahap pemusatan perhatian pada sesuatu hal. Itu dapat berupa produk yang akan diciptakan atau tulisan yang hendak dibuat.

Kedua, preparasi; pikiran berusaha mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang relevan dengan masalah.

Ketiga, inkubasi; mengistirahatkan pikiran sejenak ketika berbagai pemecahan berhadapan dengan jalan buntu. Pada tahap ini, proses pemecahan masalah berlangsung terus dalam alam bawah sadar kita.

Baca Juga:  Masihkah Indonesia sebagai Negara dengan Populasi Muslim Terbesar di Dunia?

Keempat, iluminasi, penemuan ide-ide. Masa inkubasi berakhir ketika diperoleh semacam ilham yang memecahkan masalah.

Kelima, verifikasi, menguji secara kritis pemecahan masalah yang diajukan pada tahap keempat.

Bagaimana dengan lembaga Anda? Tentu Anda membutuhkan pemikir-pemikir kreatif, karena dengan mereka, inovasi bisa dilakukan. Sedangkan inovasi diperlukan untuk menghadapi persaingan yang semakin keras. Menghadapi dan menyiasati stagnasi.

Untuk memenuhi harapan itu, maka tugas menciptakan lingkungan yang memberi ruang-ruang kelahiran kreativitas sangat diperlukan. Otoritarian, serba seragam, dan kesetiaan primordial adalah penghambat-penghambat kreativitas.

Sebab orang kreatif bukan robot, mesin mekanis yang sudah didesain sesuai dengan keinginan ‘penguasanya’. (#)