Merawat Budaya lewat Lomba Hadrah dan Rebana

Merawat budaya dilakukan SMA Muhammadiyah Toboali Bangka Selatan dengan cara menggelar lomba hadrah dan rebana. Ini juga sebagai upaya untuk menghilangkan stigma bahwa Muhammadiyah antimaulid Nabi. — Salah satu grup yang tampil dalam lomba (Tagar.co/istimewa)

Merawat budaya dilakukan SMA Muhammadiyah Toboali Bangka Selatan dengan cara menggelar lomba hadrah dan rebana. Ini juga sebagai upaya untuk menghilangkan stigma bahwa Muhammadiyah antimaulid Nabi.

Tagar.co – Pagi itu, Senin (30/9/2024) halaman SMA Muhammadiyah Toboali Bangka Selatan tampak berbeda dari biasanya. Jika pada hari biasa hanya siswa-siswi yang lalu lalang, kali ini banyak orang ‘asing’ dengan baju seragam kebesarannya masing-masing.

Mereka adalah grup hadrah dan rebana dari berbagai sekolah maupun desa yang ikut berkompetisi dalam gelaran lomba yang diadakan SMA Muhammadiyah Toboali. Lomba hadrah dan rebana itu dilaksanakan dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw 1446 Hijrah.

Kegiatan yang berlangsung di halaman sekolah ini dibuka oleh Kepala SMA Muhammadiyah Toboali Bangka Selatan, Supiandi, S.Pd. M.Pd.

Menurut Supiandi, tujuan diselenggarakannya kegiatan ini adalah untuk silaturahmi dan memelihara budaya musik tradisional, serta upaya menghilangkan stigma bahwa Muhammadiyah antimaulid.

“Dengan kegiatan ini, kita sebagai umat Nabi Muhammad diharapkan semakin mencintai Nabi kita, Rasul kita, Muhammad Saw,” ungkap Supiandi.

Menurutnya, Maulid Nabi menjadi momentum yang sangat berharga bagi seluruh umat Islam. Perayaan ini menjadi ajang untuk mengenang jasa-jasa serta ajaran-ajaran yang telah ditinggalkan oleh Nabi Muhammad SAW.

“Melalui perayaan ini, seluruh umat Islam diingatkan untuk menjadikan Nabi Muhammad saw sebagai teladan dan petunjuk dalam menjalani kehidupan di dunia,” imbuhnya.