Telaah

Mitsaqan Ghalizhan, Tiga Perjanjian yang Kokoh

×

Mitsaqan Ghalizhan, Tiga Perjanjian yang Kokoh

Sebarkan artikel ini
Apa yang dimaksud mitsaqan ghalizhan? Dalam konteks apa konsep ini digunakan dalam Al-Quran? Konsekuensi apa yang akan diperoleh jika melanggarnya?
Akad nikah termasuk mitsaqan ghalizhan (foto internet)

Apa yang dimaksud mitsaqan ghalizhan? Dalam konteks apa konsep ini digunakan dalam Al-Quran? Konsekuensi apa yang akan diperoleh jika melanggarnya?

Oleh Ustaz Ahmad Hariyadi, M.Si, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam An-Najah Indonesia Mandiri (STAINIM). 

Tagar.co – Mitsaqan ghalizhan sebagaimana yang tertulis merupakan gabungan dari dua kata, yaitu mitsaq yang berarti perjanjian dan ghalizh yang berarti kokoh (kuat).

Jadi mitsaqan ghalizhan berarti perjanjian yang kokoh. Rangkain kata ini tertulis sebanyak tiga kali dalam Al-Qur’an, yaitu dalam surat An-Nisa’/4:21,154, dan Al-Ahzab/33:7.

Berikut ini konteks penggunaan kata mitsaqan ghalizhan di ketiga ayat tersebut:

Perjanjian para Nabi

“Dan ingatlah ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu sendiri, dari Nuh, Ibrahim, Musa dan lsa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka mitsaqan ghalizhan (perjanjian yang kokoh).” (Al-Ahzab/33:7)

Perjanjian yang kokoh di sini berisi kesanggupan para Nabi untuk menyampaikan agama kepada umatnya masing-masing. Penyebutan perjanjian yang kokoh oleh Allah, mengindikasikan bahwa isi perjanjian ini sangat penting dan dalam pelaksanaannya membutuhkan kesabaran dan keteguhan hati.

Baca juga: Istikamah, Ganjaran bagi yang Teguh Pendirian

Gambaran tentang beratnya cobaan para nabi terdapat dalam surat Al-Baqarah/2:214.
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh mala petaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan berbagai macam cobaan) sehingga berkatalah rasul dan orang-orang beriman bersamanya, “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.”

Baca Juga:  Kurban dan Kepedulian Sosial

Perjanjian Bani Israil

“Dan telah Kami angkat ke atas (kepala) mereka (Bani Israil) Bukit Thursina untuk menerima perjanjian yang telah Kami ambil dari mereka. Dan Kami perintahkan kepada mereka: ‘Masuklah pintu gerbang itu sambil bersujud’ dan Kanti perintahkan pula kepada mereka: ‘Janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari Sabtu. Dan Kami telah mengambil dari mereka mitsaqan ghalizhan (perjanjian yang kokoh).'” (An-Nisa’/4:154)

Pelanggaran terhadap perjanjian ini oleh Bani Israel telah menyebabkan mereka mendapat kutukan dari Allah, “Maka (Kanti lakukan terhadap mereka beberapa tindakan) disebabkan mereka melanggar perjanjian itu, dan karena kekafiran mereka terhadap keterangan Allah dan mereka membunuh para Nabi…” (An-Nisa’/4:155).

Perjanjian Akad Nikah

“Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang Iain sebagai suami isteri. Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu mitsaqan ghalizhan (perjanjian yang kokoh)”.

Dari ayat ini bisa dilihat bahwa Allah menyebut akad nikah sebagai mitsaqan ghalizhan yang diambil seorang istri dari suaminya. Sebagaimana penggunaan kata mitsaqan ghalizhan di dua kalimat yang lain, pada kalimat ini pun mengisyaratkan beratnya perjanjian yang dipikul seorang suami ketika dia melakukan akad nikah.

Para rasul telah menjaga perjanjiannya dengan kesabaran dan keteguhan hati sehingga mereka berhasil, sebaliknya sebagian Bani Israil telah mengingkari dan melalaikan perjanjiannya sehingga Allah mengutuknya.

Seorang suami pun, jika dia menginginkan berhasil menjaga perjanjiannya (akad nikah) maka dibutuhkan kesabaran dan keuletan.

Cobaan dalam kehidupan rumah tangga sudah pasti ada, seseorang yang membayangkan dalam bahtera keluarganya tidak ada cobaan sama dengan membayangkan berlayar di samudera tidak ada gelombang-

Baca Juga:  Taurat, Firaun yang Menolak Kebenaran 

Seorang suami yang melalaikan mitsaqan ghalizhan yang telah dilakukannya, dia akan mendapat tindakan dari Allah Swt, sebagaimana orang-orang yang telah melalaikan In sebelumnya. Walaupun jenis tindakan (kutukan) Allah barangkali berbeda, namun seringan apapun kutukan itu sudah tentu tidak kita inginkan! (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni