Feature

Musibah Petani Jagung di Hari Jumat

×

Musibah Petani Jagung di Hari Jumat

Sebarkan artikel ini
Musibah menimpa Suparlan (60) petani dari Dusun Tawang Desa Sumberbendo Kec. Pare Kabupaten Kediri di hari Jumat.
Petani Suparlan menunjukkan luka di tangan yang bengkak kena musibah di sawah. (Tagar.co/Dahlansae)

Musibah menimpa petani jagung asal Dusun Ketawang Pare di hari Jumat. Motor mogok saat mengangkut dua zak pupuk, lalu tangan menghantam seng hingga luka berdarah. Tiba di IGD rumah sakit disuruh berobat ke Faskes 1.

Tagar.co – Suparlan (60) adalah petani dari Dusun Tawang Desa Sumberbendo Kec. Pare Kabupaten Kediri. Sawahnya seluas 200 ru atau 2.800 meter persegi.

Di musim kemarau ini sedang menanam jagung. Tanam jagung setahun sekali setelah selesai panen padi di musim hujan. Di sela jagung juga ditanami terong dan cabai. Tanaman jagungnya sekarang sudah berumur 15 hari. Saatnya memupuk.

Pada hari Jumat (27/9/2024) sekitar pukul 05.30 WIB, Suparlan pergi ke toko pertanian dengan sepeda motor beat warna putih. Dia menuju toko NAA H Susilo Wahono Jl. HOS Cokroaminoto Desa Bringin Kec. Badas.

Sesampai di toko Pertanian dia membeli pupuk ZA dua karung seberat 1 kuintal. Pupuk itu langsung dia angkut di motornya. Lantas menyusuri jalan menuju persawahan Desa Banjarjo Kec. Plemahan.

Sawah itu warisan dari ibunya, Mbok Salekah, yang wafat tahun 2022 lalu. Jarak sawah dengan rumahnya 15 Km. Plemahan itu desa kelahirannya. Setelah menikah dia beli rumah di Dusun Tawang yang dekat Pasar Pare tempat dia berjualan.

Sesampainya motor melaju di Dusun Puhrejo Desa Sekoto  tiba-tiba motornya mogok. Sekitar pukul 07.00 WIB. Dia jadi bingung. Sebab pupuk ini ditunggu dua pekerja di sawah untuk menebar pupuk di pagi hari.

Baca Juga:  Menjaga agar Kelas Menengah Tak Tergelincir dalam Kemiskinan

Baca Juga Outbound, Lebih dari Sekadar Bermain

Suparlan mengecek bensin atau aki. Ternyata bensin masih penuh. Aki juga kondisi baik. Dua karung pupuk ZA dia turunkan. Kemudian dia memencet HP menelepon anak ketiganya, Qoimanbilqisthi AM, yang ada di rumah.

”Im, tolong bapak dibantu mengangkat pupuk dua zak. Sepeda motor bapak mogok,” serunya.

”Nggih, Pak,” jawab Qoimanbilqisthi di ujung handphone.

Sekitar pukul 07.40 WIB Qoimanbilqisthi sampai di lokasi dengan motornya. Dia mengangkat dua karung pupuk lalu menuju sawah Desa Banjarjo Kec. Plemahan. Sedangkan Suparlan menuntun motornya ke bengkel terdekat.

Pukul 08.00 WIB perbaikan sepeda motornya selesai. Lalu dia menyusul ke sawah. Sesampai sawah melihat tanaman jagung mulai tumbuh subur Suparlan melupakan musibah pagi tadi.

Dia segera membantu memupuk jagung bersama dua pekerjanya bernama Budi dan Yanto. Tanpa terasa jam di handphone menunjukkan pukul 10.30 WIB. Segera Parlan menuju kamar mandi di sawah untuk siap-siap shalat Jumat.

Dia nyalakan pompa diesel merek Alkon yang menyedot air sumur sawah ke kamar mandi. Pompa diesel itu pakai bahan bakar pertalite dan elpiji. Namun berkali-kali dia tarik starter mesin diesel itu tidak bisa menyala.

Dia ulangi lagi menarik tali untuk starter diesel dengan segenap kekuatannya. Begitu ditarik tiba-tiba tangan kanan menghantam pintu gubuk sawah yang terbuat dari seng gavalum. Braaang… Bunyi benturan begitu keras.

Sejurus kemudian darah segar mengalir dari punggung tangan kanan yang robek. Darah mengalir deras. Melihat itu Parlan langsung melepas kaosnya dipakai bebat tangan supaya darah berhenti mengalir. Rasa sakit mulai terasa. Pedih dan cekot-cekot.

Baca Juga:  Menjaga agar Kelas Menengah Tak Tergelincir dalam Kemiskinan

Dua pekerjanya dia panggil. Lalu dia beri uang untuk upahnya kerja memupuk. Parlan ingin urusan upah beres hari itu. Pekerjanya heran melihat luka di tangannya. “Kenapa, Pak,” tanyanya melihat musibah itu.

Parlan langsung pulang naik sepeda motor ke rumah Dusun Tawang sambil menahan cekot-cekot. Tiba di rumah, istrinya, Dewi Masitoh, dan anaknya, Qoimanbilqisthi, kaget menyaksikan kaos dan celana training penuh darah.

Baca Juga Silaturahmi para Tokoh Nasional Dibubarkan Sekolompok Orang secara Anarkis

Parlan bergegas mandi dan membersihkan luka. Lalu ganti baju dan berangkat sendiri ke RSUD Pelem Pare yang dekat rumahnya. Dia sanggup naik motor sendiri. Tak mau merepotkan anak istrinya yang hari itu juga harus ke Pasar Induk Pare untuk berdagang.

Tiba di RSUD, kepada juru parkir dia tunjukkan luka tangannya sambil bertanya,”Pak, kalau sakit semacam ini, di mana tempat mendaftarnya?”

”Oh langsung ke IGD, Pak,” jawab juru parkir.

Dia melangkah menuju loket IGD. Sampai di sana petugas meminta berobat ke Faskes 1 saja. Maklum pengguna BPJS. Tak bisa langsung ke RSUD.

Dengan menahan sakit, dia kembali ke tempat parkir ambil motor lantas berkendara ke Rawat Inap Pelayanan Medik Dasar KRIPMD Muhammadiyah Siti Fatimah BKIA Pare. Ini tempat Faskes 1 dia. Jaraknya 2 Km dari RSUD.

Pukul 11.00 WIB suara tarhim dari Masjid Taqwa Pare terdengar nyaring. Di IGD klinik Muhammadiyah ini, dr Irfan, sendirian sedang menangani pasien. Parlan harus sabar menunggu gilirannya. Pukul 11.55 belum juga selesai, padahal azan shalat Jumat telah berkumandang.

Baca Juga:  Menjaga agar Kelas Menengah Tak Tergelincir dalam Kemiskinan

Parlan berpikir kalau memaksakan diri menunggu pasien selesai, dia dan dr Irfan bisa terlambat shalat Jumat. Maka dengan luka menganga, Parlan menuju masjid untuk Jumatan. Ketika dipakai sujud darah mengalir di perban.

Sambil mulut komat-kamit berdoa menahan pedih, akhirnya shalat Jumat selesai. Parlan melangkah ke klinik Muhammadiyah lagi menemui dr Irfan.

”Saya bius ya pak, agar ketika dijahit tidak sakit,” kata dr Irfan.

”Baik, Dok. Terima kasih,” jawabnya.

Selesai operasi, Parlan bertanya,”Ada berapa jahitan, Dok?”

”Empat jahitan, Pak.”

”Terima kasih, Dok,” jawabnya.

”Opname, ya Pak Parlan?”

”Baik, Dok,” jawabnya.

Baca juga Kini Desa Giri Punya Keranjang Sampah Khusus Botol Plastik

Setelah masuk kamar inap di Ruang Marwah, Parlan merenung sebentar dengan musibah di hari Jumat ini. Tangannya mulai bengkak. Kemudian dia ambil HP kirim WA kepada Sekretaris Takmir Masjid Ruqoyah Tawang Sumberbendo Pare, Sudiono.

Dia berpesan, posisinya sekarang opname di Klinik Muhammadiyah. Dia minta tolong kajian rutin Sabtu malam Ahad diurus pembicara dan konsumsi.

Dion, panggilan Sudiono, merespon,”Inna lillahi wa inna ilaihi raajiuun, kecelakaan di mana, Pak? Siap mengemban tugas.”

Sehari Parlan opname di klinik. Dia tetap bersyukur kepada Allah atas musibah ini. (#)

Jurnalis Dahlansae Penyunting Sugeng Purwanto