Tagar.co

Home » Outbound, Lebih dari Sekadar Bermain
Tazkiyatun Nafs El-Hawa (memegang mik) memimpin sesi materi Merancang dan Praktik Outbound untuk peserta ToT tahap kedua (Tagar.co/Umi Latifah)

Outbound, otbon, atau outbond, penulisannya yang benar? Terlepas dari itu istilah ini adalah metode transformatif untuk pengembangan pribadi dan tim, menjadikannya komponen penting dalam setiap strategi pengembangan sumber daya manusia.

Kolom oleh Nurul Hidayah, Aktivis PWA Jatim

Tagar.Co – Ide untuk menuliskan tentang outbound telah mengisi pikiran saya selama sebulan terakhir. Meski demikian, rasa percaya diri untuk mengirimkannya belum sepenuhnya ada, terlepas dari usaha saya merangkai kalimat berulang kali.

Diskusi dengan seorang dosen bahasa Inggris membuka mata saya tentang penulisan outbound. Ia menjelaskan bahwa di Indonesia seringkali outbound ditulis tanpa ‘u’, padahal seharusnya tidak. Rasa penasaran ini membawa saya menjelajahi Google, mencari kejelasan lebih lanjut.

Dunia maya membawa saya ke Kaskus, tempat di mana topik hangat mengenai akun Fufufafa—yang diduga milik cawapres terpilih Gibran Rakabuming Raka—sedang ramai. Tapi, mari kesampingkan rumor politik tersebut dan fokus kembali kepada esensi outbound.

Baca juga: Di Tangan Fasilitator Andal, ToT Baitul Arqam Aisyiyah Jadi Luar Biasa

Di platform tersebut, pengguna bernama Hanespsycho mengangkat diskusi tentang outbound sejak 7 April 2014. Awalnya, pada 1904, Kurt Hahn dari Oxford mencari cara efektif untuk pengembangan sumber daya manusia, yang kemudian bersama Prime Maximilian, mendirikan Salem School di 1920 untuk mengasah soft skill melalui aktivitas luar ruangan.

Hingga pada 1941, kolaborasinya dengan Lawrence Holt melahirkan istilah outward bound’, yang menjadi populer dan di Indonesia muncul sebagai Outward Bound Indonesia pada 1990 oleh Djoko Kusumawidagdo.

Terlepas dari variasi penulisannya—outbound, otbon, atau outbond—semuanya mengacu pada pelatihan luar ruangan yang mengedepankan permainan, tantangan, dan kerja sama tim untuk mencapai tujuan khusus. Jadi, mari kita sepakati penggunaan outbound dalam diskusi ini.

Peserta ToT setelah sesi materi Merancang dan Praktik Outbound (Tagar.co/Umi Latifah)

Lebih dari Sekadar Bermain

Dalam setiap pelatihan, outbound selalu jadi bagian yang ditunggu-tunggu. Permainan yang tampak sederhana ini sebenarnya adalah alat pembelajaran yang kuat, menciptakan ikatan, meningkatkan rasa percaya diri, dan menumbuhkan kepemimpinan serta tanggung jawab. Outbound adalah tentang pengalaman, bukan hanya kesenangan.

Saya menyaksikan penerapan ini dalam Training of Trainer (ToT) Baitul Arqam oleh Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Timur pada awal September 2024.

Di sini, para peserta bukan hanya bermain; mereka merancang aktivitas outbound. Menggunakan item sehari-hari sebagai alat—seperti pulpen, pensil, kertas, buku, koran bekas, penggaris, gelas, hulahoop, bola dan tali—mereka menciptakan permainan yang tak hanya menyenangkan tapi juga mendidik.

Instruksinya adalah merancang kegiatan outbound yang meliputi perencanaan desain, alur pelaksanaan dan evaluasi berdasarkan pilihan benda yang telah disepakati masing-masing kelompok. Perencanaan desain meliputi penetapan nama, alur, tujuan, value dan refleksi.

Inilah nama–nama permainan outbound yang dihasilkan peserta tahap satu: Estafet Gelas, Bola keseimbangan, Sepanjang Jalan Kenangan, Sebrang Pulau, Tebak teman, Estafet Hulahoop, Hulahoop keliling.

Adapun permainan tahap kedua yaitu: Estafet Bola, Ular Berkepala Dua Keluar dari Sarangnya, River Crocodile, Menjaga batu, Estafet corong, Estafet Pensil, Estafet perkaderan, Estafet Hulahoop, Estafet Pensil, dan Pensil bergulir.

Keberhasilan sebuah outbound tak lepas dari pengalaman dan  keahlian trainer ataupun fasilitator, fasilitas pendukung dan konsep yang matang tentunya. Lalu, bagaimana mengukur keberhasilan itu?

Permainan seperti ‘Estafet Gelas’ atau ‘Bola Keseimbangan’ adalah medium pembelajaran interaktif yang mengajarkan kerja sama dan refleksi diri. Keberhasilan dari sesi-sesi ini bisa diukur dengan model evaluasi Kirkpatrick, yang menilai reaksi, pembelajaran, perubahan perilaku, dan dampak pada hasil bisnis.

Model Kirkpatrick, disandarkan pada Dr. Donald Kirkpatrick. Dia adalah sosok ahli yang sering dikaitkan dengan model evaluasi ini karena Ia adalah orang pertama yang secara sistematis menyusun dan mempublikasikan empat teknik evaluasi pelatihan dalam bukunya “Techniques for Evaluation Training Programs” pada tahun 1959.

Outbound, dengan demikian, lebih dari sekadar bermain. Ini adalah metode transformatif untuk pengembangan pribadi dan tim, menjadikannya komponen penting dalam setiap strategi pengembangan sumber daya manusia. (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *