Tagar.co

Home » Muhammadiyah Tidak Anti Maulid Nabi
Muhammadiyah tidak anti Maulid Nabi disampaikan oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta, Prof. Ma’mun Murod, M.Si. dalam pengajian yang diselenggarakan Majelis Tabligh dan Ketarjihan PDA Kota Depok.
Muhammadiyah tidak anti Maulid Nabi disampaikan oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta, Prof. Ma’mun Murod, M.Si. dalam pengajian yang diselenggarakan Majelis Tabligh dan Ketarjihan PDA Kota Depok.
Prof. Ma’mu Murod, M.Si. saat menyampaikan ceramah dalam rangka Peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan oleh PDA Kota Depok. (Tagar.co/Istimewa)

Muhammadiyah tidak anti Maulid Nabi disampaikan oleh Rektor UMJ Prof. Ma’mun Murod, M.Si. dalam pengajian yang diselenggarakan Majelis Tabligh dan Ketarjihan PDA Kota Depok.

Tagar.co – Ahad, 15 September 2024 Masehi bertepatan dengan tanggal 11 Rabiul Awal 1446 Hijriah, di ruang Masjid Al Furqon Meruyung, Limo, Depok, Jawa Barat, berkumpul ratusan kader Aisyiyah untuk mengikuti kajian rutin yang diselenggarakan oleh Majelis Tabligh dan Ketarjihan Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kota Depok, Jawa Barat. 

Di dalam ruangan yang teduh dengan lapisan karpet berwarna hijau itu, tampak suasana hangat dan penuh kekhusyukan. Ibu-ibu terlihat serius dan seksama mendengakan tausiah oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta, Prof. Ma’mun Murod M.Si. 

Sembari bersila, mereka juga mendengarkan sambutan Ketua Majelis Tabligh dan Ketarjihan PDA Kota Depok, Titin Upit Kartinah. Dia menyampaikan, Muhammadiyah pada dasarnya tidak anti kepada maulid, yang tidak diperbolehkan adalah merayakannya secara berlebihan.

Baca juga: Nenek Moyang Nabi Muhammad dan Keistimewaan Keluarganya

“Pengajian ini diselenggarakan secara bergilir dari cabang ke cabang, dan Cabang Aisyiyah Limo Cinere lah yang saat ini bertindak sebagai tuan rumah. Pengajian ini diselenggarakan bertepatan dengan bulan Maulid Nabi Muhammad Saw dengan mengangkat tema Menguatkan Semangat Beribadah sesuai Tuntunan Rasul,” tuturnya. 

Dia juga mengatakan, seperti pengajian yang biasa dilaksanakan, pengajian di Aisyiyah selalu diawali dengan kultum terlebih dahulu, tujuannya adalah agar kader belajar untuk berpidato atau berceramah di depan umum. 

Yang bertidak sebagai pengkultum kali ini adalah Ustadzah Erni Nurmayanti. Dia menjelaskan, bahwa di bulan Rabiul Awal ini, kita tidak hanya mengingat tentang kelahiran Nabi Muhammad Saw, tetapi juga hijrah nabi dari Mekah ke Madinah, dan juga wafatnya Nabi Muhammad Saw. 

“Di setiap bulan Rabiul Awal, kita diingatkan kembali tentang perjalanan Nabi Muhammad Saw, agar kita mengenal lebih dekat dengan nabi, semakin mencintai nabi, dan meneladani sifat-sifat Nabi Muhammad Saw,” ucapnya lantang.

Anggota PDA Kota Depok yang mengikuti pengajian. (Tagar.co/Istimewa)

Muhammadiyah Tidak Anti Maulid

Setelah itu, acara dilanjutkan pengajian oleh Prof. Ma’mun Murod, M.Si., Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). 

Di awal ceramahnya, Ma’mun menyampaikan bahwa sebenarnya dia tidak suka berbicara tentang fikih, karena kajian itu berpotensi memecah belah.

“Fikih adalah produk dari usul fikih. Karena fikih adalah produk dari usul fikih, maka terjadi banyak perbedaan tergantung ulama yang menafsirkannya. Seperti tentang peringatan maulid nabi. Ada yang membolehkan, ada yang tidak membolehkan. Di Muhammadiyah sendiri, tidak anti dengan maulid, karena Islam itu logis,” ucapnya. 

Baca jugaSebelum Jadi Rasul, Muhammad Meneladani 8 Kepribadian Ini

Menurutnya, kalau peringatan Maulid Nabi itu dalam rangka mengingat perjalanan Nabi Muhammad Saw, yang membuat kita mengenal lebih dekat tentang nabi, dan tumbuh penghormatan dan kecintaan pada nabi dan meneladani sifat-sifat nabi, maka itu diperbolehkan. 

“Yang tidak diperbolehkan adalah kita menghambur-hamburkan uang untuk perayaan Maulid,” jelasnya.

Ia pun mengkritisi beberapa penceramah yang membandrol harga puluhan juta untuk sekali mengisi ceramah maulid. “Nah yang seperti ini lah yang tidak diperbolehkan,” ujarnya. 

Prof. Ma’mu Murod (kedua dari kanan) berama tokor Muhammadiyah Depok. (Tagar.co/Istimewa)

Ujian bagi Umat

Menurut Ma’mun, perbedaan ini adalah ujian bagi umat Islam, agar kita bisa saling menghargai, tidak merasa paling benar sendiri. 

“Jika kita belum mampu menghargai perbedaan, maka kita tidak bisa mengklaim sebagai orang yang bertakwa. Apapun perbedaan yang ada, persatuan dan kesatuan yang harus diutamakan,” tandas alumnus Fisipol Universtitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini.

Baca jugaGambaran tentang Fisik Nabi Muhammad SAW

Setelah menyampaikan materi, ia pun mengajukan beberapa pertanyaan kepada hadirin. Salah satu peserta, yakni Nashihatud Diniyah berhasil menjawab pertanyaan dari sang penceramah.

Pertanyaan yang dia ajukan kepada peserta adalah, bacakan bunyi ayat yang menjelaskan tentang pentingnya persatuan dan kesatuan. 

Dini—panggilan akrab Nashihatud Diniyah, yang juga alumnus IMM Malang ini, dengan cepat bisa menjawab pertanyaan dari sang penceramah. Da pun merasa beruntung karena mendapatkan hadiah dari penceramah. (#) 

Jurnalis Nashihatud Diniyah Penyunting Nely Izzatul

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *