Surat Al-Buruj 1-10 menjelaskan tentang sejarah Ashabuluhdud. Pada zaman tertentu di mana penguasa saking bencinya kepada umat Islam sampai membunuh umat Islam dengan cara dibakar.
Tagar.co – Al-Buruj merupakan surat ke-85 di juz ke-30. Merujuk kitab Tafsir Ibnu Katsir, di mukadimah tafsir Surat Al-Buruj ini, Ibnu Katsir menyebutkan satu hadis. Menurut Abu Huraira, Rasulullah Saw ketika mengimami salat Isya, beliau pernah membaca Al-Buruj. Jadi kalau salat Isya, Nabi sering membaca surat ini dan surat At-Thariq.
Bukan berarti hadis-hadis ini dimaknai bahwa Nabi selalu membaca surat ini. Yang didengar oleh Abu Hurairah tidak menunjukkan selalu. Tapi ketika Abu Hurairah salat Isya, dia mendengar Nabi mengimami dan surat yang dibaca pas surat ini. Inilah salah satu hadis yang berbicara tentang keutamaan atau fadilah Surat Al-Buruj.
Al-Buruj artinya banyak. Ada yang mengartikan bintang, ada yang mengartikan gedung yang menjulang tinggi. Maka di Dubai, Uni Emirat Arab, ada gedung yang dibangun di atas laut itu bernama Burj Khalifa.
Ada juga yang menerjemahkan al-Buruj itu planet-planet yang besar di langit, di ruang angkasa. Seperti Matahari, Bulan, dan lain-lain.
Baca juga: Tafsir Surat Al-Insyirah: Satu Kesulitan Beragam Jalan Keluar
Ayat Pertama
وَالسَّمَآءِ ذَاتِ الۡبُرُوۡجِۙ
Nah, kita akan lihat penjelasan para ulama tentang tafsir surah al-Buruj ini. Wasama pada ayat pertama artinya demi langit. Jadi huruf ‘w’ itu bisa disebut huruf ataf (kata sambung) yang artinya “dan”.
Ada juga wawu alqasam. Artinya, wawu di situ Allah sedang bersumpah. Nah, tandanya apa? Kalau setelah wawu itu kata benda, terus huruf terakhirnya di harakat kasrah, berarti itu Allah sedang bersumpah. Contoh, wasyamsi, walqamari, wanajmi.
Nah, di ayat pertama ini Allah bersumpah, demi langit yang memiliki bintang-bintang, planet-planet, besar. Jadi Allah bersumpah dengan ciptaannya sendiri.
Ayat Kedua
وَالۡيَوۡمِ الۡمَوۡعُوۡدِۙ
Setelah itu, ayat kedua artinya, demi hari yang telah dijanjikan. Hari yang dijanjikan di situ maksudnya adalah Hari Kiamat. Disebut hari yang dijanjikan karena hari kiamat itu adalah hari yang datangnya pasti. Tidak perlu diramal, datang-datang sendiri. Sudah banyak ramalan kapan hari kiamat dan semuanya keliru.
Memang Nabi saja tidak tahu hari kiamat itu kapan waktunya. Hanya Allah yang tahu dan hanya Allah yang memberi tanda-tandanya melalui ayat Quran maupun melalui hadis-hadis Nabi. Allah tidak memberi tahu kiamat itu kapan tapi Allah memberitahu tanda-tandanya kiamat.
Ada tanda-tanda Kiamat yang disebut sugra. Di mana munculnya tanda dengan kiamat masih ada waktu agak jauh. Paling awal, kata Nabi, “Saya diutus menjadi Nabi ya itu berarti kiamat sudah dekat .”
Baca juga: Tafsir Surat Al-Asr: Islamisasi Tak Boleh Merusak
Selain itu, tandanya, banyak bencana alam. Mulai dari banjir, gunung meletus, dan gempa bumi. Apalagi ilmuwan sudah memperkirakan akan terjadi megathrust. Wallahualam. Juga banyaknya berbuat maksiat, minum-minuman keras, berzina, mencuri, dan membunuh.
Ada pula tanda kiamat yang disebut kubra. Yakni antara munculnya tanda dan kiamatnya tiba tidak ada jeda waktu. Tanda-tandanya, sepertinya, dengan keterbatasan ilmu kita, belum terjadi. Contohnya, Matahari terbit dari arah barat. Saat itulah pintu tobat tidak lagi dibuka. Nabi kita mengatakan, pintu tobat itu selamanya dibuka kecuali dua waktu. Pertama, kalau orang itu sudah sakaratulmaut, nyawanya sudah ada di tenggorokan. Kedua, kalau matahari sudah terbit dari tempat tenggelamnya.
Ayat Ketiga
وَشَاهِدٍ وَّمَشۡهُوۡدٍؕ
Pada ayat ketiga ini Allah bersumpah dengan dua hal. Pertama, yang syahid (menyaksikan). Semua ahli tafsir mengatakan, wasyahidin itu demi hari Jumat.
Kenapa Allah sampai bersumpah dengan hari Jumat? Pasti Jumat punya kemuliaan dibanding dengan hari-hari lain. Kalau di dalam hadis disebut Jumat itu sayidulayam, tuannya hari-hari. Artinya, kalau Sabtu sampai Kamis itu hari-hari biasa, pemimpin atau hari yang paling mulia dalam satu pekan itu adalah hari Jumat.
Ada sunah yang Nabi kita tentukan untuk hari Jumat yang tidak disyariatkan di hari-hari lain. Kalau ibadah salat sama hari yang lain, kecuali salat Jumat. Kalau mendengarkan ceramah di hari-hari lain biasa tapi khotbah Jumat wajib. Pada khotbah Jumat, imamnya khotbah, makmumnya diam.
Kalau pengajian biasa, boleh sambil buka HP atau omong-omong sedikit. Kalau saat khotbah Jumat tidak boleh. Selain itu, disunahkan pakai wangi-wangian yang laki-laki. Bersih, wangi, kukunya dipotong, bulu ketiak dicabut, bulu kemaluan dicukur, dan menipiskan kumis. Ibadah di hari Jumat juga dilipatgandakan amalnya.
Pada ayat ini pula, Allah bersumpah, wamasyhud, demi masyhud yang disaksikan. Di sini ada perbedaan pendapat beberapa ulama. Salah satunya, hari Arafah. Kalau hari Arafah kaitannya dengan ibadah haji.
Jadi ada tiga hari yang Allah bersumpah dengan hari-hari itu: kiamat, Jumat, Arafah. Kalau Allah bersumpah maka kita harus benar-benar perhatian dengan apa yang dijadikan Allah sumpah.
Ayat Keempat
Setelah empat kali Allah bersumpah lalu Allah mengatakan pada ayat keempat.
قُتِلَ اَصۡحٰبُ الۡاُخۡدُوۡدِۙ
Ini dimaknai dilaknat oleh Allah. Siapa yang dilaknat? Ashabul-uhdud.
Ashabul-uhdud ini tidak dijelaskan di dalam Al-Quran maupun hadis, siapa namanya, jumlahnya berapa. Tapi yang diceritakan di tafsir hanya terjadi setelah masa Nabi Isa. Jeda antara Nabi Isa dan Nabi Muhammad, di situlah zaman di mana Ashabuluhdud di surat ini terjadi.
Mereka sekelompok masyarakat yang masuk Islam, agama Allah, dengan dibimbing oleh seorang rahib. Mereka masuk Islam tapi disuruh kembali oleh penguasanya mengikuti agama mereka. Mereka tidak mau. Akhirnya mereka disiksa dengan cara digali tanah, bikin lubang besar, dinyalakan api yang besar, kemudian satu per satu dimasukkan dan dibakar.
Dikatakan juga ada seorang ibu yang menggendong bayinya. Ketika mendekat ke api, berhenti dan berpikir, “Kalau saya mati, anak saya bagaimana?”
Justru anaknya bicara, “Bu, Jenengan niki tiang ingkang sae, agami Jenengan agami ingkang leres.” (Bu, Anda orang baik dan agamu agama yang benar)
Kemudian, sang ibu melompat dan terbakar. Sementara penguasa itu membuat tempat duduk di sekitar “api unggun” tersebut. Mereka menyaksikan orang Islam dilempar lalu terbakar. Mereka tertawa. Orang-orang penguasa zalim yang menyiksa orang-orang yang bertahan dengan keislamannya itulah yang disebut dengan Ashabuluhdud, orang-orang yang memiliki lubang besar tadi.
Ayat Kelima
النَّارِ ذَاتِ الۡوَقُوۡدِۙ
Pada ayat selanjutnya disebutkan, mereka ini dilaknat api yang memiliki bahan bakar besar. Api yang menyala-nyala.
Ayat Keenam
اِذۡ هُمۡ عَلَيۡهَا قُعُوۡدٌ ۙ
Ketika ada orang muslim yang dilemparkan ke dalam api itu, mereka di atas lubang itu duduk-duduk di situ.
Ayat Ketujuh
وَّهُمۡ عَلٰى مَا يَفۡعَلُوۡنَ بِالۡمُؤۡمِنِيۡنَ شُهُوۡدٌ ؕ
Mereka duduk di tempat yang tinggi sambil menyaksikan apa yang dilakukan oleh anak buahnya terhadap orang-orang Mukmin. Dari sini kita bisa melihat bahwa zaman itu, penguasa-penguasa zalim itu tinggal memerintah saja kepada anak buahnya, “Itu bunuh! Siksa itu! Tangkap, bunuh itu!” Sementara sang penguasa itu hanya kongko-kongko saja. Mungkin ngopi-ngopi sambil ngerokok ya. Yang melaksanakan perintahnya ya orang-orang di sekitarnya.
Ayat Kedelapan
وَمَا نَقَمُوۡا مِنۡهُمۡ اِلَّاۤ اَنۡ يُّؤۡمِنُوۡا بِاللّٰهِ الۡعَزِيۡزِ الۡحَمِيۡدِۙ
Dan mereka tidak melakukan itu semua kecuali karena mereka beriman kepada Allah yang maha perkasa, maha terpuji. Jadi ada orang-orang yang membenci kepada umat Islam bukan karena apa-apa, karena mereka Islam itu saja. Orang Yahudi dan Nasrani tidak akan merasa senang kepadamu sampai kamu mengikuti agama mereka. Itu saja.
Apakah kalau orang Zionis Israel itu menguasai, misalnya mencaplok Gaza, terus sudah selesai memusuhi Islam? Tidak juga. Akan terus sampai orang Islam mau tunduk kepada mereka. Jadi kebencian orang-orang kepada Islam itu bukan karena iri hartanya, tidak. Ada negara-negara di mana kekayaan alamnya itu tidak seberapa tapi tetap akan diincar oleh orang-orang nonmuslim karena Islamnya.
Ayat Kesembilan
الَّذِىۡ لَهٗ مُلۡكُ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِؕ وَ اللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَىۡءٍ شَهِيۡدٌ ؕ
Allah itu memiliki kerajaan langit dan bumi. Dan Allah menjadi saksi atas segala sesuatu.
Ayat Kesepuluh
اِنَّ الَّذِيۡنَ فَتَـنُوا الۡمُؤۡمِنِيۡنَ وَ الۡمُؤۡمِنٰتِ ثُمَّ لَمۡ يَتُوۡبُوۡا فَلَهُمۡ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمۡ عَذَابُ الۡحَرِيۡقِؕ
Sesungguhnya orang yang memfitnah, mengganggu, menyakiti, membunuhi, dan merampas hartanya orang mukmin dan mukminat, kemudian tidak bertobat, maka bagi mereka siksa Neraka Jahanam. Dan bagi mereka siksa yang sangat panas.
Ayat 1-10 ini pada intinya menjelaskan tentang Ashabuluhdud yaitu tentang sejarah pada zaman tertentu di mana penguasa saking bencinya kepada umat Islam sampai membunuh umat Islam dengan cara dibakar. Wallahu a’lam bishawab. (#)
Jurnalis Sayyidah Nuriyah Penyunting Mohammad Nurfatoni
Materi tafsir Surat Al-Buruj 1-10 ini disampaikan oleh Ustaz Farid Dhofir, Lc., M.Si. pada Kajian Tafsir Quran Juz 30, Kamis (5/9/2024), di Masjid Taqwa Muhammadiyah GKB.