Telaah

Nas, Manusia sebagai Makhluk Sosial

×

Nas, Manusia sebagai Makhluk Sosial

Sebarkan artikel ini
Apa arti kata nas? Dalam konteks apa Al-Qur'an menggunakan kata nas? Apa perbedaan antara nas dengan basyar dan insan? 
Nas Manusia sebagai Makhluk Sosial (Ilustrasi freepik.com premium)

Apa arti kata nas? Dalam konteks apa Al-Qur’an menggunakan kata nas? Apa perbedaan antara nas dengan basyar dan insan

Oleh Ustaz Ahmad Hariyadi, M.Si, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam An-Najah Indonesia Mandiri (STAINIM).

Tagar.co – Kata nas disebut dalam Al-Quran sebanyak 241 kali, beberapa di antaranya: Al-Baqarah/2:44, Ali-Imran/3:41, An-Nisa/4:37 dan lain-lain.

Lebih istimewa dari basyar, insan dan nas menjadi nama surat dalam Al-Quran. Insan menjadi nama surat yang ke-76 dan nas menjadi nama surat yang terletak dalam nomor urut terakhir (An-Nas surat ke-114). 

Sebagaimana basyar dan insan, kata nas juga diterjemahkan bahasa Indonesia menjadi manusia. Namun, dengan memperhatikan penggunaan kata nas, akan terlihat perbedaan kata nasbasyar, dan insan.

Penggunaan Kata Nas di Al-Quran 

1. Nas dikaitkan dengan penciptanya (Allah Swt). “Hai nas, sembahlah Tuhanmu yang menciptakanmu dan orang-orang sebelummu agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah/2:21). Baca juga An-Nisa’/4:1; Lukman/31:33; dan Fathir/35:3. Allah telah menurunkan Kitab untuk mengeluarkan nas dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang (Ibrahim/14:1). Allah telah membuat setiap perumpamaan dalam Al Quran agar nas (manusia) bisa mengambil pelajaran (Az-Zumar/39:27). 

Baca artikel terkait: Insan, Sisi Psikologis Manusia

2. Nas dikaitkan dengan pemanfaatan alam. “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi nas …” (Al-Baqarah/2:164). Kerusakan akan muncul di daratan dan di lautan disebabkan tangan-tangan nas (Ar-Rum/30:41). 

Baca Juga:  Ashabuljanah, Delapan Golongan Penghuni Surga

3. Nas dikaitkan dengan nas lainnya. “Hai nas, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikanmu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal…” (Al-Hujurat/49:13).

Beragam Karakter Nas

Allah menjelaskan bahwa dari kalangan nas ini: banyak yang tidak berilmu/tidak mengetahui (Ar-Rum/30:6,30; Al-Jaatsiyah/45:26); banyak yang tidak bersyukur (Al-Baqarah/2:243, Yusuf/12:38, dan Al-Mukmin/40:61); banyak yang tidak beriman (Hud/11:17, Yusuf/12:103, dan Ar-Ra’du/13:1); banyak yang fasik (Al-Maidah/5:49); banyak yang kafir (Al-Isra/17:89, Al-Furqan/25:50); banyak yang akan menerima adzab (Al-Haj/ 22:18); dan banyak pula yang melalaikan ayat-ayat Allah (Yunus/10:92).

Sebagian di antara mereka (manusia/nas): ada yang mengatakan beriman padahal tidak beriman (Al-Baqarah/2:8); ada yang menyerikatkan Allah (Al-Baqarah/2:165); ada yang hanya memikirkan kehidupan dunia (Al-Baqarah/2:200); ada yang ucapannya tentang kehidupan dunia cukup memesona, padahal sebenarnya dia penentang kebenaran yang paling keras (Al-Baqarah/2:204);

Ada yang menentang Allah tanpa pengetahuan, tanpa petunjuk, dan tanpa Kitab (Al-Hajj/22:3,8 dan Lukman/31:20); ada yang menyembah Allah dengan iman yang lemah (Al-Hajj/22:11 dan Al-Ankabut/29:10).

Baca artikel terkaitBasyar, Nabi Juga Manusia 

Dan ada yang menggunakan lisannya untuk mengolok-olok Allah dan menyesatkan manusia dari jalan Allah tanpa pengetahuan (Lukman/31:6). Selain itu ada juga sebagian manusia yang rela mengorbankan dirinya untuk mengharapkan keridaan Allah. 

Dengan memperhatikan penggunaan kata nas di atas (khususnya kata nas dikaitkan dengan nas lainnya) dapat dilihat bahwa kata nas lebih menekankan kepada manusia sebagai makhluk sosial.

Baca Juga:  Allah Memerdekakan Bangsa Ini tapi Tagut Merampasnya

Ayat-ayat di atas memperlihatkan bahwa nas adalah kelompok-kelompok sosial manusia dengan berbagai karakteristiknya. Hal ini berbeda dengan basyar yang menekankan manusia pada aspek materi (fisik, biologis) dan insan yang menekankan manusia pada aspek psikologis. 

Sebagai makhluk sosial, maka berlaku pulalah hukum-hukum sosial pada manusia. Siapa yang rekayasa sosialnya lebih baik, maka dialah yang akan mewarnai kehidupan umat manusia. (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni