Telaah

Insan, Sisi Psikologis Manusia

×

Insan, Sisi Psikologis Manusia

Sebarkan artikel ini
Apa arti kata insan? Mengapa Al-Qur'an membuat pembedaan dengan basyar untuk menyebut manusia? Dan sifat-sifat apakah yang melekat pada insan?
Ilustrasi Freepik.com premium

Apa arti kata insan? Mengapa Al-Qur’an membuat pembedaan dengan basyar untuk menyebut manusia? Dan sifat-sifat apakah yang melekat pada insan? 

Insan, Sisi Psikologis Manusia oleh Ustaz Ahmad Hariyadi, M.Si, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam An-Najah Indonesia Mandiri (STAINIM).

Tagar.co – Kata insan digunakan sebanyak 65 kali dalam Al-Quran, beberapa di antaranya: Yunus/10:12; Hud/11:9; Ar-Rahman/55:3 dan Iain-lain. Insan diterjemahkan bahasa Indonesia menjadi manusia. Persis seperti terjemahan basyar.

Padahal dengan memperhatikan konteks penggunaan kata insan dalam Al-Quran, akan terlihat perbedaan penekanan makna insan dengan basyar

Baca artikel terkait: Basyar, Nabi Juga Manusia 

Penggunaan kata insan dalam Al-Quran, menurut konteks kalimatnya dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok. Pertama, insan dikaitkan dengan keistimewaan manusia di atas makhluk-makhluk lainnya. Kedua, insan dikaitkan dengan kecenderungan sifat negatif manusia. Dan ketiga, insan dikaitkan dengan proses penciptaan manusia. 

Keistimewaan Insan

Ayat-ayat yang menjelaskan keistimewaan insan (manusia) antara lain: Allah telah memberi kemampuan kepada insan untuk berpikir tentang perbuatannya (An-Naziat/79:35); proses terbentuknya makanan (Abasa/80:24-36); dan proses penciptaannya (Ath-Thariq/86:5).

Baca jugaImraah, Wanita Bisa Cari Jalan Sendiri, ke Surga atau Neraka

Allah mengajar insan dengan perantaraan pena dan mengajarkan apa yang tidak diketahuinya (Al-Alaq/96:4-5). Kepada insan Allah telah memberikan amanah (Al-Ahzab/33:72); dan insan akan dimintai pertanggungjawaban tentang segala sesuatu yang telah diamanahkan Allah kepadanya (Al-Qiyamah/75:3,36). Insanlah yang dimusuhi setan (Al-Isra’/17:53 dan Al-Hasyr/59:16). 

Baca Juga:  Syafaat di Mata Orang Kafir

Sifat Negatif Insan

Ayat-ayat yang menjelaskan kecenderungan sifat negatif manusia antara lain: Sesungguhnya insan itu benar-benar pengingkar yang nyata (Az-Zukhruf/43:14). Sesungguhnya insan itu sangat zalim dan sangat mengingkari (Ibrahim/14:34). Dan adalah insan bersifat tergesa-gesa (Al-Isra’/17:11). Insan itu sangat kikir (Al-Isra’/17:100).

Baca jugaNisa, Wanita yang Bagaimana?

Dan insan adalah makhluk yang paling banyak membantah (Al-Kahfi/18:54). Sesungguhnya insan diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir (Al-Maarij/70:19). Insan itu sangat ingkar tidak berterima kasih kepada Tuhannya (Al-Adiyat/100:6). 

Proses Penciptaan Insan

Ayat-ayat yang menjelaskan proses penciptaan manusia antara lain: “Dia menciptakan insan dari tanah kering seperti tembikar.” (Ar-Rahman/55:14). “Dan sesungguhnya Kami menciptakan insan dari suatu sari pati (berasal) dari tanah.” (Al-Mukminun/23:12). “Dia telah menciptakan insan dari alaq.” (Al-Alaq/96:2). 

Dari beberapa penggunaan kata insan di atas (khususnya kategori pertama dan kedua) dapat dipahami bahwa pengertian insan lebih menekankan manusia dari sisi psikologis. Insan adalah makhluk Allah yang dibebani tanggung jawab mengemban amanah Allah Swt. 

Insan diberi kebebasan untuk menolak atau melaksanakan aturan-aturan yang diberlakukan kepadanya. Juga, insan diberi kemampuan untuk mengembangkan ilmu dan daya nalarnya. 

Berbeda dengan basyar yang menekankan pengertian pada sisi materi (fisik dan biologis), basyar secara otomatis tunduk kepada hukum Allah yang diberlakukan atas alam sebagaimana binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda lainnya. 

Baca jugaUnsa, Wanita sebagai Makhluk Pasangan Pria

Baca Juga:  Al-Marid, ketika Al-Qur’an Bicara tentang Penyakit

Dengan pengertian insan seperti di atas, kurang tepat jika kalimat “Kami menciptakan insan dengan sebaik-baik bentuk” (At-Tin/95:4) diartikan kelebihan manusia secara psikologis. Jika ada manusia yang berbicara, makan, minum, kawin, bertingkah laku seperti binatang (tidak mengikuti aturan-aturan yang diberlakukan Allah), dia bukanlah makhluk terbaik. Sebaliknya, manusia seperti itu lebih sesat dari binatang (Al-Araf/7:179). 

Setiap manusia berpeluang untuk tetap menjadi insan terbaik atau menjadi makhluk yang lebih sesat dari binatang, tergantung ke arah mana manusia mengaktualisasikan dirinya. Agar menjadi yang terbaik, tetaplah berada pada aturan-aturan Allah! (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni