Telaah

Allah Memerdekakan Bangsa Ini tapi Tagut Merampasnya

×

Allah Memerdekakan Bangsa Ini tapi Tagut Merampasnya

Sebarkan artikel ini
Allah memerdekakan dan memuliakan manusia---mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya. Namun tagut tak tinggal diam. Mereka berupaya merampas kemerdekaan itu dengan segala cara, termasuk dengan siasat kotor.
Allah memerdekakan bangsa Indonesia Ilustrasi freepik.com premium

Allah memerdekakan manusia, termasuk bangsa ini dari zaman kegelapan. Namun tagut tak tinggal diam. Mereka berupaya merampas kembali kemerdekaan itu dengan segala cara, sekalipun dengan politik kotor.

Telaah oleh Muhammad Hidayatulloh, Staf Pengajar Pondok Pesantren Islamic Center Elkisi Mojokerto.

Tagar.co – Telaah ini diangkat dari Surat Al-Baqarah 257.

ٱللَّهُ وَلِيُّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ يُخۡرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَوۡلِيَآؤُهُمُ ٱلطَّٰغُوتُ يُخۡرِجُونَهُم مِّنَ ٱلنُّورِ إِلَى ٱلظُّلُمَٰتِۗ أُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ  

Allah pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah tagut (setan), yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. 

Azulumat berbentuk jamak yang berarti banyak, sehingga yang namanya kejahatan atau kesesatan itu jumlahnya sangat banyak sekali. Sedangkan kata an-nur berbentuk mufrad atau tunggal. Karena an-nuradalah Al-Islam sebagai agama yang diridai oleh Allah Subhanahuwataala.

Baca juga: Makna Ayat Terakhir yang Diturunkan dalam Al-Quran

Itulah sebabnya tidak ada paksaan dalam memasuki agama Islam, karena agama Islam hanya dimasuki oleh orang-orang yang siap untuk tunduk dan patuh kepada Allah saja. Nafsunya tidak lagi dominan sehingga target seluruh aktivitasnya hanyalah rida Allah Subhanahuwataala.

Dan itulah makna merdeka yang hakiki, yaitu ketika seorang hamba tidak lagi memiliki kepentingan dalam setiap aktivitasnya. Semua kebaikan yang dilakukannya semata-mata karena Allah saja.

قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ  

Katakanlah: “Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-An’am 162)

Kemerdekaan Dirampas Tagut

Itulah manusia yang merdeka. Dengan kalimat tauhid lailahaillallah, tiada tuhan kecuali dia, Allah memerdekakan setiap insan (manusia). Akan tetapi tidak semua manusia memahami hal ini, sehingga ia merasa asyik terjajah oleh nafsunya sendiri, karena begitu asyiknya jika ia dapat memuaskan nafsunya sendiri.

Baca Juga:  Firaun, Simbol Penguasa Sewenang-wenang

Jika ia punya jabatan maka bagaimana dengan jabatan itu ia menjadi orang yang dapat berkuasa penuh, tidak boleh ada seorang pun yang boleh menyamai kedudukannya.

Bila perlu dalam rangka menunjukkan kekuasaannya itu ia harus tekan orang lain maka akan ia lakukan itu, baik secara mental bahkan secara fisik sekalipun. Segenap pikiran dan tenaganya ia daya gunakan untuk kepentingan nafsunya itu, karena ia merasa dialah superpower pemegang kekuasaan secara penuh dan utuh.

Kalau ia ingin kekayaan maka ia akan lakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkannya, tidak lagi peduli dengan penderitaan orang lain, kalau toh memberikan bantuan kepada orang lain hal itu dilakukan dalam rangka mempertahankan jati dirinya sendiri.

Pendek kata, orang-orang yang tidak terbimbing kalimat tauhid maka ia akan menjadi manusia yang tidak tahu diri secara benar, yang ia tahu adalah dia manusia super dan hebat.

وَلَقَدۡ كَرَّمۡنَا بَنِيٓ ءَادَمَ وَحَمَلۡنَٰهُمۡ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ وَرَزَقۡنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلۡنَٰهُمۡ عَلَىٰ كَثِيرٖ مِّمَّنۡ خَلَقۡنَا تَفۡضِيلٗا  

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (Al-Isra 70)

Manusia Dimuliakan

Allah telah memuliakan setiap anak Adam, Allah yang telah menciptakan semua umat manusia dan Allah memuliakan semuanya. Allah mengehendaki ada yang berbeda warna kulit, budaya, dan lain sebagainya.

Baca Juga:  Makna Merdeka Menurut Buya Hamka

Ada yang diberi kecerdasan ada yang tidak, ada yang diberi kekayaan ada yang tidak. Semua itu dalam rangka memberikan keseimbangan dalam kehidupan umat manusia. Tetapi bagi manusia yang sombong, orang-orang kebanyakan tidaklah semulia dirinya. Hanya orang-orang tertentu saja yang memiliki level yang sama dengannya. Itulah penyakit hati yang mengasyikkan bagi yang memeliharanya.

Allah telah memerdekaan setiap insan tetapi tagut merampasnya. Tagut tidak rela berdiri sejajar dengan orang kebanyakan, karena perasaan mereka adalah orang yang memang berbeda dengan orang kebanyakan.

Padahal ia hidup tidak bermodal sama sekali, seratus persen modal hidupnya dari Allah, akan tetapi ia ingin merampas anugerah Allah itu menjadi seolah miliknya pribadi, semua anugerah dari Allah ia akui sebagai karena kehebatan dirinya sendiri. Mereka bagai kacang lupa kulitnya. 

Hidupnya selalu mengharapkan fasilitas dalam rangka melayani umat, karena seolah itulah hak dirinya yang hebat itu dan umat membutuhkan dirinya, sehingga kewajiban orang lain harus memperlakukannya dengan baik dan memuliakannya. Yang ia tahu adalah haknya, sedangkan kewajibannya kepada Allah ia abaikan, yakni ia juga seharusnya memuliakan kepada orang lain tanpa merendahkan dan meremehkannya. 

Bangsa yang Merdeka

Bangsa yang merdeka itu jika dikelola oleh orang-orang yang telah merdeka jiwanya, maka kepentingan pribadi dan keluarga serta kelompoknya tidak lebih dominan daripada kepentingan bangsa dan negaranya.

Dengan demikian negeri itu akan menjadi negeri yang akan dapat mencapai kemakmuran bagi seluruh rakyatnya tanpa kecuali. Itulah jiwa dan semangat tauhid yang telah merasuk dalam jiwanya, dan itulah yang telah dicontohkan oleh the founding father negeri ini. 

Baca Juga:  Tawakal pada Allah

Mereka adalah orang-orang yang berjiwa objektif sebagai dampak dari jiwa dan semangat tauhidnya. Tidak ada kepentingan kecuali jika hal itu terkait kepentingan bangsa dan negaranya.

Mereka tidak membedakan warga negara berdasar suku, ras, agama, dan lain-lainnya, semua akan diperlakukan secara adil tanpa kecuali. Sehingga sila kelima Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dapat tercapai. Bukankah adil itu merupakan inti dari ajaran agama ini?

Tegakkan Keadilan

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُونُواْ قَوَّٰمِينَ لِلَّهِ شُهَدَآءَ بِٱلۡقِسۡطِۖ وَلَا يَجۡرِمَنَّكُمۡ شَنَئَانُ قَوۡمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعۡدِلُواْۚ ٱعۡدِلُواْ هُوَ أَقۡرَبُ لِلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ  

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Maidah 8)

Jika masing-masing kelompok, organisasi, partai politik dan semua komponen yang ada di negeri ini masih berbicara kepentingan masing-masing, maka yang terjadi adalah sandiwara dan kemunafikan. Sandiwara perebutan kue kekayaan negeri yang dilakukan tanpa malu-malu, karena mereka mungkin sudah kehilangan rasa malu. 

Padahal malu—melakukan keburukan, kesombongan, keangkuhan dan ke-sewenang-wenangan—itu adalah bagian dari iman. Maka jika rasa malu itu sudah hilang masihkah mereka punya iman? 

Semoga di negeri ini akan segera tampil pemimpin-pemimpin yang berjiwa dan bersemangat tauhid, yang benar-benar dapat memerdekakan dirinya dari belenggu kepentingan nafsu duniawi dan pada akhirnya dapat mengantarkan bangsa ini merdeka dalam arti yang hakiki.  (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni