Kisah Ustaz Fadlan Garamatan mengislamkan pendeta disampaikan dalam Silaturahmi Nasional (Silatnas) XI dan Tabligh Akbar yang digelar Pondok Pesantren Islamic Center Elkisi Mojokerto, Jawa Timur, Ahad (25/8/2028).
Tagar.co – Mengenakan jubah warna abu-abu dengan surban putih ala Pangeran Diponegoro, Ustaz Fadlan Garamatan berhasil ‘menghipnotis sekitar 5.000 orang, Ahad (25/8/2028).
Jemaah memadati Pondok Pesantren Islamic Center Elkisi Mojokerto, Jawa Timur, untuk mengikuti Silaturahmi Nasional (Silatnas) XI dan Tabligh Akbar, yang digelar Elkisi pagi hingga menjelang Zuhur.
Ustaz dari Papua Barat itu menjadi pembicara dalam tablig akbar. Pemaparannya membuat hadirin sering tersenyum karena jenaka.
Baca berita terkait: Silatnas Elkisi Diikuti 5000 Orang dari Papua hingga Surabaya
Dia mulai dari menyampaikan riwayat pendidikannya. Dari pendidikan dasar hingga lulus perguruan tinggi dia lalui dengan lancar.
“Semua ada ijazahnya,” kata Usadz Fadlan. Tentu, canda ustaz asli Papua itu disambut senyum dan tawa lebar hadirin.
Dia melanjutkan, lulus sekolah, dia mendaftar sebagai PNS. Apa itu? Dia menjelaskan, PNS itu ‘Pegawai Nabi Saw. Lagi-lagi, penjelasan lelaki tinggi besar itu mengundang senyum.
Mengislamkan Pendeta
Selanjutnya, hadirin terpukau dengan pengalaman berdakwahnya. Dia berpesan agar umat islam tidak pernah lelah berdakwah. Kapan dan di mana pun, teruslah berdakwah.
Dari banyak pengalamannya berdakwah, di acara itu dia sampaikan sekadar dua contoh. Pertama, berdakwah di atas pesawat. Kedua, mendakwahi pendeta di Papua.
Keduanya berakhir indah yaitu yang didakwahi masuk Islam. Hanya saja, untuk yang kedua butuh kesabaran luar biasa: sampai tiga bulan penuh proses dakwah yang dia lakukan, nyaris tanpa henti.
”Teruslah berdakwah. Aktivitas ini bergengsi. Teruslah berdakwah, karena yang berat bisa menjadi ringan atau mudah. Teruslah bersabar dalam berdakwah. Ini, karena terhadap batu yang keras tapi tetesan air yang turun terus-menerus bisa melubangi batu itu,” kata dia memberi tamsil yang menarik.
Setelah itu, dia memimpin doa. Hadirin mengamininya dengan khusyuk. (#)
Jurnalis M. Anwar Djaelani Penyunting Mohammad Nurfatoni