Siswa kelas V SD Muhammadiyah 1 GKB Gresik bekerja sama membuat tempe karakter. Kalau pada umumnya berbentuk balok, kali ini mereka bikin tempe berbentuk daun dan hewan lucu.
Tagar.co – Sekelompok siswa menjajakan tempe karakter ke berbagai ruang di lingkungan SD Muhammadiyah 1 GKB Gresik (SD Mugeb). Mereka adalah siswa kelas V yang sedang menjalankan tugas Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
“Assalamualaikum Ustadzah, permisi, kita menjual tempe. Mau beli?” ujar Firaz Dzaka Manggala, sang ketua kelompok. Dzaka, panggilannya, tidak sendirian. Ia ditemani keenam anggotanya yang berdiri sejajar di sisinya, Jumat (23/8/2024) pagi. Mereka mencoba menjajakan tempe di ruang bimbingan konseling.
Tempe berbentuk dedaunan dan hewan lucu itu dikemas dalam pastik, lalu diangkut pakai baskom stainless steel. Ada yang berbentuk penguin, lumba-lumba, anjing laut, dan beruang.
Di antaranya ada pula tempe berbentuk daun dengan ukuran 4×2,5 centimeter dan pohon kelapa berukuran 4,5×3 cm. Ada pula yang berbentuk persegi biasa berukuran 8×8 cm. Totalnya ada 15 biji.
Sepaket tiga biji tempe karakter unik dijual seharga Rp 3 ribu rupiah. Harganya sama dengan tempe berbentuk persegi. Jika hanya membeli sebuah tempe karakter yang dibungkus plastik klip, maka harus membayar seharga Rp 2 ribu rupiah.
Baca juga: Santri Ponpes Salimul Ummah Menjual Singkong Hasil Panen Sendiri
Proses Membuat
Salah satu pengajar proyek Sary Nadhifah Choirunnisa, S.Hum., mengungkap, “Pembuatan dan penjualan tempe mentah karakter itu agar ada inovasi, menambah nilai jual dan nilai keindahan.”
Di kelompok tersebut, ide bentuk karakternya datang dari Nathifa Azzalea, salah satu anggota kelompok di kelas V Engine. “Biar tempenya lucu, nggak kotak seperti biasanya,” ujar perempuan yang kerap dipanggil Alea.
Ia menerangkan, kelompoknya membuat tempe unik dengan berbekal cetakan puding. “Cetakannya punyaku dan Ziva,” imbuhnya. Endita Zivara Hendrastono yang duduk di seberangnya pun mengangguk, mengiyakan.
Baca juga: Saat Menko PMK Menjadi Inspektur Upacara di Daerah 3T
Dzaka lantas mengungkap proses pembuatan yang mereka lalui pada Rabu (21/8/2024). Pertama, mereka menyiapkan kedelai lalu mengupas kulit arinya.
“Cuci kedelainya sampai benar-benar bersih. Pisahkan kedelai yang bagus dengan yang jelek,” terang Dzaka.
“Kita lanjut rebus sekitar 10 menit. Tujuannya untuk mensterilkan kedelai. Lalu kita tiriskan sampai kering. Baru dikasih ragi dan diaduk merata,” ujarnya.
Terakhir, lanjutnya, mereka masukkan ke cetakan karakter dan tutup dengan plastik. “Kita berikan lubang-lubang kecil pada plastik untuk memberikan sedikit udara,” tuturnya.
Wirausaha Kreatif
Kerja sama mereka membuahkan hasil. Hari ini mereka berjuang bersama menjual tempe bikinan mereka. Selain Dzaka, Alea, dan Ziva, di kelompok itu juga ada M. Finza Alkhalifi S., Valdo Alaric Zeroun, Tsabita Dyah Maharani, dan Callysta Aftani Nadjih.
Proyek ini mengundang komentar positif dari Dr. Moh. Agung Surianto, S.E., M.SM., CSRS., Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG). Pagi itu Agung sedang sedang menemui Kepala SD Mugeb Mochammad Nor Qomari, S.Si. di depan ruang tamu SD Mugeb.
“Program yang sangat kreatif! Saya menangkap ada value wirausaha yang ditanamkan dalam proses pembelajaran sejak dini. Para siswa antusias menjelaskan proses produksi dan menawarkan produk yang telah dibuat. Kreatif dan keren P5nya!” ujarnya.
“Karena wirausaha tidak cukup sebatas teori text book, harus dipraktikkan,” imbuhnya. (#)
Jurnalis Sayyidah Nuriyah Penyunting Mohammad Nurfatoni