Telaah

Masjid, Bukan Hanya Tempat Salat dan Zikir

×

Masjid, Bukan Hanya Tempat Salat dan Zikir

Sebarkan artikel ini
Mengapa masjid termasuk bangunan strategis dalam Islam? Apa saja fungsi masjid pada zaman Rasulullah Saw? Bagaimana fungsi masjid kini? Apa yang dimaksud dengan Masjid dirar?
Salah satu masjid indah di Malaka. Masjid, Bukan Hanya Tempat Salat dan Zikir (Ilustrasi freepik.com premium)

Masjid, mengapa termasuk bangunan strategis dalam Islam? Apa saja fungsi masjid pada zaman Rasulullah Saw? Mengapa masjid berbeda dengan bangunan lain? Bagaimana fungsi masjid kini? Apa yang dimaksud dengan masjid dirar?

Oleh Ustaz Ahmad Hariyadi, M.Si, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam An-Najah Indonesia Mandiri (STAINIM).

Tagar.co – Masjid berasal dari kata sajadaSajada—sujud—berarti tunduk dengan penuh hormat dan takzim. Secara istilah sujud berarti meletakkan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki ke bumi. 

Masjid—tempat sujud—adalah bangunan yang dipergunakan untuk berkumpul dan mengerjakan salat. Kata masjid digunakan sebanyak 22 kali; 15 kali di antaranya Masjidilharam (seperti: At-Taubah/9:27; Al-Fath/48:27; atau Al-Baqarah/2:196); 1 kali tentang Masjidilaqsha (Al-Isra’/17:1); dan 6 kali tentang masjid pada umumnya (Al-A’raf/7:29, 31; At-Taubah/9:107; dan Al-Isra’/17:7). 

Sedangkan kata masajid (bentuk jamak dari masjid) disebut sebanyak 6 kali, yaitu: Al-Baqarah/2:114, 187; At-Taubah/9:17,18; Al-Hajj/22:40; dan Al-Jin/72:18. 

Baca juga: Jihad yang Relevan setelah Perang Melawan Penjajah

Masjid yang pertama didirikan di Madinah adalah Masjid Quba, di masjid inilah  kali pertama Rasulullah Saw memimpin salat jemaah (Ensklopedi Islam Indonesia, Djambatan, 1992). Setelah itu didirikanlah Masjid Nabawi. 

Dalam sejarah pendirian masjid, terdapat masjid yang didirikan atas dasar takwa dan ada yang didirikan dengan motivasi lain. Masjid model inilah yang oleh Al-Qur’an disebut dengan masjid dirar, yaitu masjid yang didirikan untuk menimbulkan kemudaratan bagi umat Islam dan memecah-belahnya (At-Taubah/9:107).

Baca Juga:  Jahil, Bermacam-macam Kebodohan Menurut Al-Qur’an

Strategis

Masjid, adalah salah satu bangunan strategis. Karena itu ketika Rasulullah Saw hijrah ke Madinah, langkah pertama yang dilakukan adalah membangun masjid. Masjid ini tidak saja dijadikan tempat shalat melainkan juga menjadi balai pendidikan, tempat kaum muslim belajar agama, dan ilmu lainnya (Syaikh Munir M. Ghadban, Manhaj Haraki, Pustaka Mantiq, 1994). 

Dalam Al-Qur’an dijelaskan fungsi masjid adalah tempat zikir (Al-Hajj/2:40) dan tempat pembinaan prihadi dan jemaah Islam (At-Taubah/9:108-109). Tapi masjid bukan hanya tempat salat dan zikir. Rasulullah Saw membenarkan dilakukannya kegiatan produktif-islami (selain salat) di masjid. 

Ketika Rasululah Saw lewat di depan orang yang sedang latihan bela diri di masjid, beliau malah memerintahkan kegiatan tersebut diteruskan agar orang Yahudi dan Nasrani tahu bahwa di dalam agama Islam ada kelonggaran (Ibnu Hamzah, Asbabul Wurud, Kalam Muli, 1996). 

Baca jugaUmat, Bukan Hanya untuk Menyebut Manusia dan Kaum Beriman

Secara rinci Quraysh Syihab menjelaskan fungsi masjid di zaman Rasulullah Saw adalah: tempat ibadah (salat dan zikir), tempat konsultasi dan komunikasi masalah ekonomi-sosial-budaya, tempat pendidikan, tempat santunan sosial, tempat latihan militer dan persiapan alat-alatnya, tempat pengobatan para korban perang, tempat perdamaian dan pengadilan sengketa, aula dan tempat menerima tamu, tempat menawan tahanan, dan pusat penerangan atau pembelaan agama (Wawasan Al Qur’an, 1996).

Sebagai tempat suci, masjid memiliki nilai yang berbeda dengan bangunan lainnya. Misalnya kita diperintahkan memasukinya dengan menggunakan kaki kanan sambil berdoa: “Ya Allah bukakanlah bagiku semua pintu rahmat-Mu” (HR Muslim), lalu melakukan shalat tahiyatul masjid (H.R. Bukhari Muslini) dan keluar dengan menggunakan kaki kiri sambil berdoa: “Ya Allah aku mohon kepada-Mu, karunia-Mu.” (H.R. Muslim). 

Baca Juga:  Ikhtilaf, Melihat Perbedaan Pendapat para Sahabat Nabi

Kini, di pelbagai tempat sudah berdiri masjid-masjid megah, tetapi sayang belum berfungsi sebagaimana fungsi masjid pada zaman Rasulullah Saw. Kemauan dan kemampuan pengelola (takmir) masjid menjadi taruhan berfungsi tidaknya masjid sebagaimana mestinya.(#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni