Apa makna syirik? Mengapa manusia dilarang berbuat syirik? Apa saja perilaku yang tergolong syirik? Apa yang dimaksud perbuatan syirik mencolok? Apa pula syirik kecil itu? Bagaimana sikap Allah terhadap perbuatan syirik?
Oleh Ustaz Ahmad Hariyadi, M.Si, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam An-Najah Indonesia Mandiri (STAINIM).
Tagar.co – Syirik berasal dari kata syaraka yang berarti sekutu atau persekutuan. Terdapat 36 kata dalam Al -Qur’an yang mempunyai akar kata yang sama dengan syirik. Seperti; musyrik, asyraka, syurakaa, tusyriku, dan lain-lain.
Secara istilah, syirik berarti mempersekutukan Allah, baik dalam zat, sifat, af’al (perbuatan), maupun ketaatan yang seharusnya dilakukan hanya kepada Allah Swt. Kata syirik—tanpa derivatnya—digunakan sebanyak empat kali dalam Al-Qur’an, yaitu: Lukman/31:13; Saba’/34:22, Fathir/35:40; dan Al-Ahqaf/46:4.
Allah telah memberi mandat kepada manusia untuk menjadi khalifah di bumi (Al-Baqarah/2:30). Untuk mendukung tugas kekhalifahan tersebut, segala yang ada di bumi dan di langit telah ditundukkan Allah SWT kepada manusia (AI-Jatsiyah/45:12-13; baca juga Al-Baqarah/2:29).
Jadi alam semesta sebenarnya dalam genggaman kehalifahan manusia. Jika terjadi sebaliknya—manusia berada atau tunduk kepada makhluk lain—berarti manusia telah menggadaikan derajat kemanusiaannya. Dan itu sebuah kezaliman yang besar. Allah berfirman: “Sesungguhnya syirik itu adalah kezaliman yang besar.” (Lukman/31:13).
Baca juga: Umat, Bukan Hanya untuk Menyebut Manusia dan Kaum Beriman
Allah telah melarang perbuatan syirik, baik yang mencolok mata maupun yang tidak. Termasuk syirik yang mencolok mata adalah: penyembahan berhala (An-Nisa’/4:117), penyembahan benda-benda langit (As-Sajdah/41:37; An-Najm/53:9), penyembahan jin (Al-An’am/6:100; Al-Jin/72:6); dan sebagainya.
Syirik yang tidak mencolok mata seperti: kepercayaan adanya dua atau tiga tuhan (An-Nahl/16:51; An-Nisa’/4:171), tuhan mempunyai istri/anak (Al-Baqarah/2:116; Al-An’am/6:100,101), atau menuhankan hawa nafsu (Al-Furqan/25:43, Al-Jaatsiyah/45:23).
Syirik yang tidak mencolok mata itu sangat dikhawatirkan oleh Rasulullah akan menimpa umatnya, sebagaimana sabdanya: ‘Sesungguhnya yang sangat aku khawatirkan terjadi pada kalian adalah syirik kecil (syirkul asghar).’ Ketika ditanya apa itu syirik kecil, beliau menjawab riya’. Riya’ adalah beramalnya seseorang bukan karena mencari keridaan Allah.
Pelanggaran Berat
Perbuatan syirik termasuk kategori pelanggaran terberat. Barang siapa yang melakukan perbuatan syirik, Allah mengharamkan surga baginya dan menyediakan neraka sebagai tempat kembalinya (Al-Maidah/5:71). Allah juga tidak akan mengampuni dosanya, tetapi mengampuni dosa selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya (An-Nisa’/4:48, 116).
Jadi secara singkat, syirik berarti mengadakan atau menjadikan sesuatu setara atau melebihi kedudukan Allah Swt. Jika seseorang enggan mengeluarkan zakat dengan alasan bahwa hartanya adalah miliknya sendiri, berarti dia telah menserikatkan Allah dalam hal kepemilikan.
Baca juga: Roh, Beragam Maknanya dalam Al-Qur’an
Jika ada sekelompok orang yang tidak memberlakukan syariat Allah karena merasa berkuasa untuk memberlakukan atau tidak syariat Allah, berarti mereka telah menserikatkan Allah dalam hal kepenguasaan.
Datangnya syirik (kecil) sangat halus dan jika menghinggapi seseorang sudah cukup untuk merusak nilai amalnya. Sangat tepat kiranya jika kita sering berdoa, sebagaimana diajarkan Rasulullah Saw: ‘Ya Allah aku berlindung kepadamu dari perbuatan menyekutukan-Mu yang aku ketahui, dan aku berlindung kepada-Mu dari apa-apa yang tidak aku ketahui.’
Syirik dalam berbagai bentuknya tidak akan pernah menguntungkan manusia. Jauhilah! (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni