Roh, apa makna yang terkandung dalam kata ini? Benarkah roh sekadar bermakna nyawa (nafs)? Benarkah Jibril disebut roh. Apakah wahyu dan spirit juga termasuk makna roh?
Oleh Ustaz Ahmad Hariyadi, M.Si, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam An-Najah Indonesia Mandiri (STAINIM).
Tagar.co – Kata roh (baca ruh) disebut dalam Al-Qur’an tidak kurang dari 12 kali. Beberapa di antaranya: Al-Baqarah/2:87; An-Nahl/16:2; Al-Isra’/17:85. Roh sering diterjemahkan dengan nyawa, tetapi terjemahan ini akan terasa kurang memadai jika melihat konteks penggunaannya dalam Al-Qur’an.
Baca juga: Ikhlas, Setan pun Tak Berdaya
Ketika kata roh disandari al-quds, para ulama mengartikannya dengan Malaikat Jibril (Al–Qur’an dan Terjemahannya, Depag RI, anotasi terhadap Al-Baqarah/2:87). “…Dan Kami berikan kepada Isa putra Maryam bayyinat (mukjizat). Serta Kami perkuat dia dengan Ruh Al-Quds …” (Al-Baqarah/2:253, baca juga Al-Baqarah/2:87; Al-Maidah/5:110; An-Nahl/16:102).
Makna yang sama juga diberikan pada roh yang dirangkai dengan al-amin. “Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar difirmankan Tuhan Semesta Alam, dia dibawa turun oleh Roh Al-Amin (Jibril).” (Asy-Syura/26:192-193).
Makna Lain Roh
Makna roh bisa berarti wahyu yang diberikan kepada orang-orang tertentu, sebagaimana firman-Nya: “Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadah kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya. Dia Yang Maha Tinggi derajatnya, yang mempunyai Arsy, yang memberikan roh atas perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki di antara hamba-hambaNya supaya dia memperingatkan tentang hari pertemuan.” (Al-Mu’min/40:45).
Roh bisa berarti kekuatan batin (spirit) yang diberikan Allah kepada orang-orang yang beriman, sebagaimana firman-Nya: “Kamu tidak akan mendapati kaum yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara, atau keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan roh dari-Nya.” (Al-Mujadilah/58:22).
Baca juga: Yatim, Dua Kewajiban Kita kepadanya
Roh sering juga diartikan dengan nyawa, sesuatu yang diberikan Allah kepada setiap manusia. Makna ini merujuk pada firman Allah dalam surat As-Sajdah/32:7-9. “Yang menciptakan segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ruh-Nya …” (baca juga Al-Hijr/15:29).
Roh inilah yang menyebabkan manusia sempurna. Manusia disebut dengan khalqan akbar atau makhluk unik (Al-Mu’min/23:14). Jika ruoh diterjemahkan dengan nyawa, maka makhluk lain pun mempunyai nyawa, padahal roh hanya diberikan kepada manusia.
Dinisbahkan pada Allah
Dari serangkaian penggunaan kata roh seperti tersebut di atas, dapat dilihat bahwa roh senantiasa dinisbahkan kepada Allah SWT. Roh disifati dengan sifat yang tinggi, yang dengannya manusia menampilkan kebaikan dan keindahan.
Baca juga: Nabi Zakaria dan Keajaiban Itu
Berbeda dengan nafs, roh tidak merasakan kematian (Ali Imran/3:18). Roh penuh dengan sifat-sifat yang baik, sementara nafs berpeluang jatuh dalam kesesatan (Yusuf/12:18)
Pertanyaan tentang apa dan bagaimana substansi roh, Allah sendiri—lewat Al-Isra’/17:85—yang menjawabnya. “Mereka bertanya kepadamu tentang roh, katakanlah roh itu urusan Tuhanmu, dan tidaklah aku diberi ilmu kecuali sedikit.” (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni