Tagar.co

Home » Baiat, Janji Setia pada Nabi Muhammad
Apa arti baiat? Apa yang dimaksud baiatunnisa? Apa isinya? Apa pula maksud baiatulharbi? Bagaimana sejarah baiat para sahahat kepada Nabi Saw? Masih relevankan baiat kini?

Baiat, Janji Setia pada Nabi Muhammad

Apa arti baiat? Apa yang dimaksud baiatunnisa? Apa isinya? Apa pula maksud baiatulharbi? Bagaimana sejarah baiat para sahahat kepada Nabi Saw? Masih relevankan baiat kini?
Ilustrasi freepik.com premium

Apa arti baiat? Apa yang dimaksud baiatunnisa? Apa isinya? Apa pula maksud baiatulharbi? Bagaimana sejarah baiat para sahahat kepada Nabi Saw? Baiat Aqabah termasuk baiat apa? Bagaimana isi Baiat Aqabah? Masih relevankan baiat kini?

Oleh Ustaz Ahmad Hariyadi, M.Si, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam An-Najah Indonesia Mandiri (STAINIM).

Tagar.co – Baiat berasal dari kata baya, yubayiu, baiah yang artinya janji setia atau pengakuan. Kata baiattidak ditemui dalam Al-Qur’an. Yang bisa ditemui adalah fiil mudarik-nya (kata kerja bentuk sedang atau akan) sebanyak empat kali, yaitu dalam surat: Fath/48: 10 (dua kali), 18; Mumtahanah/60:12. 

Berdasarkan isinya, baiat pada masa Rasulullah Saw dikelompokkan menjadi dua yaitu: baiatunnisa dan baiatulharbi

Baiatunnisa adalah baiat yang isinya tidak mencantuamkan tentang perang dan jihad. Sedangkanbaiatulharbi isinya memuat tentang perang dan jihad. 

Baitul Aqabah Pertama

Salah satu contoh baiatunnisa adalah Baiat Aqabah yang pertama. Baiat ini terjadi pada tahun ke-12 setelah kenabian di Aqabah. Diikuti oleh 12 orang laki-laki dan seorang perempuan penduduk Madinah. 

Inilah penuturan Ubadah bin Shamit (salah seorang yang ikut berbaiat) tentang materi baiat tersebut: “Kami berbaiat dengan Rasulullah pada malam Akabah yang pertama bahwa: kami tidak akan mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun, tidak akan mencuri (korupsi), tidak akan berzina (prostitusi), tidak akan membunuh anak-anak (menggugurkan kandungan), tidak akan menyiarkan berita bohong di antara sesama kami, dan tidak akan mendurhakainya (rasul) dalam hal yang makruf.” (Rahmat Taufiq H, Khazanah Istilah Al-Qur’an, Mizan, 1990). 

Baca jugaSyariat Universal

Setelah itu Rasulullah Saw menegaskan: ”Jika kalian memenuhi janji itu niscaya memperoleh surga. Tetapi jika kalian mencederai janji itu, maka persoalannya kembali kepada Allah. Jika Allah menghendaki, Allah akan menyiksa atau memberi ampunan menurut kehendak-Nya.” 

Baiatunnisa telah mengharuskan pembaiatnya: mengesakan Allah sehingga tidak ada seorang pun yang pantas dikultuskan, menghargai hak milik orang lain sehingga tidak ada lagi perampokan secara tersembunyi atau terang-terangan, menjunjung tinggi martabat wanita sehingga tidak terjadi lagi pelecehan seksual, memberikan hak untuk hidup sehingga tidak terjadi lagi kesewenang-wenangan, dan menjunjung tinggi kejujuran sehingga tidak ada lagi manipulasi informasi. 

Setiap Muslim berkewajiban untuk melaksanakan ikrar yang telah dilakukan para sahabat dalam Baitulakabah yang pertama. 

Baiat Aqabah Kedua

Adapun contoh dari baiatulharbi adalah Baiat Aqabah yang kedua. Baiat ini terjadi pada tahun ke-13 setelah kenabian, diikuti oleh 73 orang laki-laki dan 2 orang wanita penduduk Madinah. 

Rasulullah menjelaskan bahwa materi baiat-nya adalah sebagai berikut: 

  1. Berjanji taat dan setia baik dalam keadaan sibuk maupun senggang. 
  2. Berinfak baik dalam keadaan longgar atau sempit. 
  3. Menegakkan amar makruf dan nahi mungkar. 
  4. Teguh membela kebenaran Allah tanpa rasa takut dicela orang. 
  5. Tetap membantuku (Nabi Saw) dan akan tetap membelaku bila aku berada di tengah-tengah kalian, sebagaimana kalian membela diri, anak, dan isteri kalian. 

Kesetiaan para pembaiat ini tidak hanya bertepuk sebelah tangan, sebab Rasulullah pun setia kepada mereka. Ketika Rasulullah Saw diseru: ‘Wahai Rasulullah, kami terikat oleh suatu perjanjian dengan orang-orang Yahudi, dan perjanjian itu akan kami putus! Kalau semua itu telah kami lakukan, kemudian Allah memenangkan Anda, apakah Anda akan kembali kepada kaum Anda dan meninggalkan kami?”

Rasulullah Saw tersenyum dan bersabda: “Darah kalian adalah darahku, negeri kalian negeriku, aku dari kalian dan kalian dari aku. Aku akan berperang melawan siapa saja yang memerangi kalian dan aku akan berdamai dengan siapa saja yang berdamai dengan kalian.” 

Dengan Baiatulharbi mereka bersedia menjadi pasukan khusus–yang rela mengorbankan harta dan jiwanya–demi tegaknya negara Madinah.

Sejarah telah mencatat bahwa terbentuknya masyarakat Islam Madinah didahului oleh terjadinya baiatulharbi. Mungkinkah masa kejayaan Islam akan diraih kembali tanpa didahului terjadinya baiatulharbi? (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *