Feature

Nasyiah Brondong Sulap Bau Amis Ikan Bernilai Rupiah

×

Nasyiah Brondong Sulap Bau Amis Ikan Bernilai Rupiah

Sebarkan artikel ini
Nasyiah Brondong menyelenggarakan pelatihan kewirausahaan, membuat kerupuk berbahan ikan. Mencoba membuka peluang bisnis yang bisa mendatangkan pundi-pundi rupiah.
Kader Nasyiah Brondong saat menunjukkan hasıl olasan ikan menjadi bonggolan(Tagar.co/Yuha A’yunina)

Nasyiah Brondong menyelenggarakan pelatihan kewirausahaan, membuat kerupuk berbahan ikan. Mencoba membuka peluang bisnis yang bisa mendatangkan pundi-pundi rupiah.

Tagar.co – Bau amis ikan mulai tercium saat satu per satu kader Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah (PCNA) Brondong menapak gedung MI Muhammadiyah 7 Sendangharjo, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. 

Tidak seperti pada pertemuan biasanya, kali ini mereka berangkat dengan menenteng segala peralatan dapur. Ada baskom, spatula, pisau, nampan dan lain-lain. Hari itu, Jumat (26/7/2024) PCNA Brondong menyelenggarakan Pelatihan Kewirausahaan, Membuat Kerupuk Berbahan Ikan. 

Hadir membersamai kegiatan adalah founder Kelompok Pengolahan dan Pemasaran (Poklahsar) Kartini Pangkahwetan, Ujungpangkah, Gresik, Afifatul Fariyah. Pengusaha kerupuk yang sudah malang melintang itu dengan ramah dan sabar menuntun 80an peserta yang hadir.

Baca juga: Ibu Negara Ini Ternyata Kader Nasyiah

“Terima kasih hari ini saya diberikan kesempatan untuk belajar bersama yunda-yunda Nasyiatul Aisyiyah Brondong. Kita akan belajar bersama, karena saya juga masih belajar,” ujarnya rendah hati. 

Sebelum praktik, kegiatan diawali dengan pembukaan. Hadir tepat pukul 08.50 WIB, Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Brondong, Drs. Mat Iskan. Segera panitia mempersilakannya duduk di deretan meja depan bersama narasumber dan Ketua PCNA Brondong, Musfiroh M.Pd.

Jangan Hanya Duduk Belajar

Dalam sambutannya, Musfiroh mengatakan, kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya menjawab rasa penasaran kader Nasyiah Brondong yang ingin belajar cara membuat kerupuk khas Sidayu, Gresik. 

“Selanjutnya, kita menginisiasi kegiatan ini sebagai flashback atas semangat pendiri Nasyiatul Aisyiyah yakni Bapak Sumodirjo. Dia berpikir, bahwa tidak cukup penerus Muhammadiyah dan Aisyiyah ini hanya duduk di kelas dan belajar. Tapi harus ada kegiatan di luar sekolah dan dibekali keterampilan,” katanya. 

Menurut Firoh, sapaan akrabnya, kegiatan hari ini mengikuti harapan Pak Sumo agar kader Nasyiah pintar ilmunya dan mumpuni di bidang lifeskill untuk mendukung dakwah. 

Baca juga: Nasyiah Besuk Pantai Gresik, Temukan Sampah dari Rusia dan Ukraina

“Seandainya hari ini kita sukses, maka akan kita follow up, kita kumpulkan kader untuk membentuk ide usaha untuk mendukung dakwah Nasyiah. Eksistensi kita harus bisa dirasakan masyarakat sekitar,” tandasnya.

Dia menambahkan, PCNA Brondong hari ini mulai mencanangkan kemandirian ekonomi sekaligus merespon jihad ekonomi bapak-bapak PCM yang melakukan gerakan mendirikan Tokomu. 

“Berarti kita punya peluang untuk berpartisipasi. Kita mengawali dan berharap tidak hanya di sini. Perempuan saat ini harus mandiri. Selain itu kita harus percaya bahwa setiap kebaikan yang kita lakukan sejatinya untuk kita sendiri,” ucapnya. 

Diapresiasi PCM Borndong

Sementara itu, Mat Iskan mengaku senang melihat Nasyiatul Aisyiyah Brondong sudah berpikir dan bertemu tentang wirausaha. Hal ini sebagai salah satu langkah untuk mengembangkan diri. 

“Ini penting karena ekonomi itu tidak bisa tidak. Sejak zaman Nabi ekonomi sudah penting. Kalau kita baca sejarah, setelah membuat masjid, nabi itu membuat pasar. Sehingga ada korelasi antara tujuan ukhrawi dan duniawi,” katanya. 

Dia menegaskan, orang muslim-muslimah yang sukses ekonominya juga banyak, dan berdampak positif terhadap dakwah. Selain itu, berwirausaha itu tidak menggantungkan pada orang lain, tapi saling berusaha memberi manfaat.

Baca juga: Udang Kreo dan Unagi yang Bikin Ketagihan

“Jadi jangan ada dikotomi antara ekonomi dan agama. Namun kadang-kadang kita itu dikotomis, seakan-akan agamawan itu kalau sudah terjun ke ekonomi menjadi tidak suci lagi,” katanya. 

Dia juga berpesan agar kegiatan ini tidak menjadi pertama dan terakhir, tapi harus ada produk yang dihasilkan, dipasarkan dan jangan berhenti. “Orang itu biasanya punya kemandirian kalau sudah selesai dengan dirinya sendiri. Dan jihad ekonomi ini adalah salah satu keputusan muktamar, sehingga harus kita laksanakan,” ucapnya. 

Praktik Membuat Kerupuk

Usai pembukaan, Afifatul Fariyah memandu dengan sabar tata cara membuat kerupuk. Di hadapan kader Nasyiah Brondong yang berseragam kuning gading, Ifa, sapaan akrabnya,mulai menghaluskan bawang putih dengan blender, memasukkan daging ikan yang sudah difilet, serta menambahkan garam, gula dan tepung tapioka. 

“Saya siap belajar dan ditanya-tanya. Jika dalam pelatihan ini belum jelas atau ada kendala, silakan chat saya pribadi,” imbuhnya. 

Salah satu peserta Ima Elviana bertanya, bagaimana tips menggoreng kerupuk Sidayu agar tidak keras dan bisa renyah. 

Baca juga: Balung Dinosaurus Bakar, Kuliner Yogyakarta yang Menggoda

Ifa pun berpesan, dalam membuat kerupuk ini, kader Nasyiah harus tahan dengan bau amis ikan, juga pandai-pandai bermain api. Karena dari situlah pundi-pundi rupiah dihasilkan. 

“Intinya adalah harus pandai bermain api. Jika kerupuk yang kita hasilkan kok belum maksimal, berarti ada salah di cara menggorengnya, atau bisa jadi apinya,” tutur perempuan kelahiran tahun 1986 ini. 

Kepada tagar.co Ifa mengaku, dalam sepekan ia bisa membuat 1 kuintal kerupuk ikan. Pemasaran juga sudah ia jalankan ke mana-mana, termasuk ke Nusa Tenggara Barat (NTB) maupun ke Nusa Tenggara Timur (NTT). (#) 

Jurnalis Lilik Maftuhatul Jannah Penyunting Nely Izzatul

Baca Juga:  Bertabur Suvenir di Lokakarya Ekoliterasi PWNA Jatim