Ketika Burung-Burung Bangau Terbang Tinggi di Langit Smamsatu
Burung-burung bangau kreasi seni origami yang terbang tinggi di langit SMA Muhammadiyah 1 Gresik menandai puncak acara Inaugurasi Tahun Pelajaran 2024/2025 dan PPDB 2025/2026 bertema “Terbanglah Tinggi Sambut Tantanganmu”.
Tagar.co – Ruang berbentuk damar kurung, Senin 22 Juli 2024, pagi itu, tampak meriah. Ada 728 orang sedang duduk lesehan memenuhi ruang yang berada di lantai ketujuh gedung yang juga bergaya arsitektur damar kurung itu. Mereka adalah 196 siswa baru kelas X, 197 siswa kelas XI, dan 245 siswa kelas XII. Sisanya: 70 guru dan karyawan, 15 wali murid, dan 5 undangan.
Sehari-hari, tempat bernama Sport Indoor Smamsatu Gresik itu dipakai siswa-siswa SMA Muhammadiyah 1 (Smamsatu) Gresik untuk melakukan aktivitas olahraga: bola basket, badminton, dan lainnya. Tapi pagi itu, ruang dengan alas berlapis vinyl yang terbuat dari polyvinyl chloride alias PVC tersebut menjadi momen istimewa, terutama bagi siswa baru.
Pasalnya hari itu mereka resmi dikukuhkan sebagai warga sekolah dalam acara Inaugurasi Tahun Pelajaran 2024/2025 dan PPDB 2025/2026 bertema “Terbanglah Tinggi Sambut Tantanganmu”.
Secara simbolis—saya, orang tua siswa kelas X2: Zada Kanza Makhfiya Mohammad—yang ditunjuk mewakili wali murid diminta duo MC, Nafisha Aleyda dan Chiu Saraswati, untuk menyerahkan 196 siswa kepada sekolah yang diterima oleh Kepala Smamsatu Ainul Muttaqin.
Baca juga: Cara Belanja Bahan untuk Menulis Story Telling
Sebuah box terbuka dengan beberapa burung ‘origami’ bangau yang sedang terbang tinggi menjadi simbol resmi penyerahan itu. Dua siswi—Mikaluna Amelian Sitaba dan Yasmine Yusnita—dengan jaket almamater kuning warna ‘kebangsaan’ Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) memberikannya pada saya untuk saya serahkan kepada sang kepala sekolah.
Diiringi senyum dan jabat tangan erat, prosesi itu menandai secara resmi tahun ajaran baru sekaligus penyerahan siswa baru. Ruangan pun gemuruh oleh tepuk tangan hadirin. Ainul Muttaqin menerangkan, burung-burung bangau itu simbol siswa-siswi Smamsatu yang penuh kreativitas dan siap menghadapi tantangan ke depan.
Generasi Ulul Albab
Setelah prosesi itu, saya diminta memberi sambutan mewakili para wali murid baru. “Sesungguhnya tanggung jawab mendidik anak adalah tugas orang tua. Tetapi karena kami, para orang tua, tidak bisa Matematika, Fisika, atau Bahasa Arab, maka kami menitipkan pada SMA Muhammadiyah 1 Gresik,” kata saya.
Baca juga: Unisa Yogyakarta, Kampus Perempuan Pertama yang Buka Fakultas Kedokteran
Kami percaya, saya melanjutkan, Smamsatu yang sudah berusia 59 tahun mampu mengantarkan anak-anak kami menjadi pemimpin bangsa dengan karakter ulul albab seperti dijelaskan Surat Ali Imran 190-191:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.’”
Dari ayat tersebut, ada tiga ciri ulul albab. Yaitu, selalu ingat Allah dalam segala aktivitas (zikir); berpikir tentang penciptaan alam semesta (tafakur), dan merendahkan diri (tawaduk) di hadapan Allah seraya mengakui kemahasucian-Nya dan memohon perlindungan dari siksa Neraka.
Dengan karakter itu akan lahir ilmuwan-ilmuwan Islam. Ilmuwan yang jauh dari nilai-nilai sekularisme, yakni menjauhkan ilmu dari agama atau sebaliknya.
Keras pada Diri Sendiri
Harapan itu sejalan dengan Ketua Majelis Dikdasmen dan Pendidikan Non-Formal Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Gresik M. Fadloli Aziz. Dalam sambutan dia mengutip Surat Al-Mujadalah 11:
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: ‘Berlapang-lapanglah dalam majelis’, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: ‘Berdirilah kamu’, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Berpidato di atas panggung berukuran 2×3×0,5 meter berkarpet biru, Aziz berharap agar para siswa Smamsatu menjadi sosok beriman dan berilmu pengetahuan. Harapan itu setidaknya sudah terbukti dengan berbagai prestasi siswa Smamsatu. Misalnya tiap tahun selalu lolos olimpiade sains nasional tingkat provinsi.
Baca juga: Deklarasi Antikekerasan di Sekolah ala IPM Banten
Wakil Ketua PDM Kabupaten Gresik Muhammad Arfan Muammar memberi pesan pada para siswa agar belajar keras penuh disiplin. “Kalau kita keras terhadap diri kita, dunia akan lunak kepada kita, tapi bila kita lemah terhadap diri kita, dunia akan keras kepada kita,” katanya mengutip ungkapan populer Susilo Bambang Yudhoyono.
Sementara itu Pengawas SMA Smamsatu dari Cabang Dinas Pendidikan Jawa Timur Wilayah Kabupaten Gresik Priyandono mengajak warga sekolah menjadikan Smamsatu sebagai sekolah sehat.
Makna Origami Burung Bangau
Acara seremonial tersebut diselang-seling dengan hiburan. Ada tarian yang memadukan unsur Nusantara dan modern. Ada tampilan kelompok band siswa yang menyajikan lagu Laskar Pelangi dan Rumah Kita.
Uniknya saat membawakan lagu yang dipopulerkan God Bless Rumah Kita, Ainul Muttaqin didapuk untuk menyanyikannya. Dengan meminta ditemani beberapa guru, dia pun menyanyikan lagu tersebut dengan panduan teks yang dibaca dari layar handphone. Menurutnya lagu tersebut sesuai dengan karakter Smamsatu sebagai rumah bersama bagi keluarga besar siswa dan guru.
Acara dilanjutkan dengan membuat origami burung bangau dari kertas berwarna-warni. Seorang guru—Akhmad Yoni Risal—maju ke depan. Dia memandu ratusan siswa untuk membuat origami burung bangau dengan didampingi tiga anak dari Ekstrakurikuler Jepang. Yaitu Maulana ‘Aqiilah Fairuuz Pasha Al Habsyi, M. Zaki Wildan, dan Nurdin.
Habsyi mengaku di ekskul ini dikenalkan budaya Jepang, termasuk membuat origami yakni seni melipat kertas. Origami brasala dari kata ori yang berarti lipat, dan kami yang berarti kertas. “Di Jepang, burung bangau simbol keberuntungan,” kata dia.
Berbagai warna dan ukuran ‘burung bangau’ akhirnya terbentuk setelah melewati waktu hampir satu jam. Para siswa membuat origami dengan didamping Ekskul Senii Rupa Powert Art, selaian Ekskul Bahasa Sepang. Burung-burung itu pun lalu ‘diterbangkan’ dengan cara mencantolkan di jaring-jaring tali yang membentuk ‘langit’.
Baca juga: Cara Hancurkan Air tanpa Menyentuhnya Terkuak di Pashmina Goes to School
Koordinator Marketing Smamsatu Dewi Musdalifah menjelaskan, penggunaan burung dalam tema ini melambangkan harapan sayapnya akan membentang sempurna menyambut tantangan masa depan dengan akhlak, ilmu pengetahuan, berpikir, dan berzikir.
“Terbang tinggi, sambutlah tantangan dan raihlah sukses yang cemerlang,” katanya.
Kenapa berbahan kertas? Menurutnya bahan ini simbol bahwa butuh kehati-hatian dalam membentuknya. Perlu kasih sayang dan keterampilan yang mumpuni.
“Sedemikian rupa upaya bagaimana membentuknya mampu terbang tinggi, mencapai doa-doa terbaik yang dilangitkan kita semua kepada Allah SWT,” katanya.
Selamat terbang tinggi, di langit ilmu pengetahuan yang sangat luas, Nak! (#)
Jurnalis Mohammad Nurfatoni