Sejarah

Belajar pada Tiga Sahabat Perempuan Terpelajar yang Tangguh

×

Belajar pada Tiga Sahabat Perempuan Terpelajar yang Tangguh

Sebarkan artikel ini

Tiga Sahabat Nabi SAW terpelajar dari kalangan perempuan adalah Sumayyah, Asma binti Abu Bakar, dan Ummu Sulaim. Mereka tangguh dalam perjuangan Islam.

Kolom oleh M. Anwar Djaelani, penulis buku Ulama Kritis Berjejak Manis dan sebelas judul lainnya

Tagar.co– Kata terpelajar punya makna “telah mendapat pelajaran (di sekolah)” (https://kbbi.web.id/ajar). Perhatikan, oleh KBBI, kata “sekolah” ditulis di antara dua kurung. Artinya, yang disebut terpelajar tidak harus lulusan sekolah.

Dengan demikian, siapapun yang bisa mengambil pelajaran (berupa ilmu atau kebaikan) dari sumber manapun, tergolong terpelajar. Terkait hal ini, tiga Sahabat Nabi SAW dari kalangan perempuan yaitu Sumayyah, Asma binti Abu Bakar, dan Ummu Sulaim juga terpelajar.

Mereka, setelah mendapat pelajaran tentang Islam, lalu mengamalkannya. Bahkan, mempertahankan keyakinannya itu, yang jika perlu sampai harus ditebusnya dengan nyawa.

Sumayyah, Syahidah Pertama!

Ini kisah di masa permulaan Islam. Sumayyah seorang hamba sahaya. Dari hasil pernikahannya dengan Yasir, dia dikaruniai putra bernama Ammar.

Di awal-awal Muhammad SAW datang membawa Islam, tanpa ragu-ragu Ammar termasuk yang segera bersyahadat. Kedua orang tuanya kemudian mengikuti jejak sang anak memeluk Islam. Sementara, kala itu, kebanyakan orang Quraisy justru menolak bahkan memusuhi Islam.

Baca juga: Piagam Madinah, Perjanjian Menjadi Satu Umat

Mengetahui Sumayyah dan keluarganya masuk Islam, murkalah  orang-orang musyrikin, terutama Bani Makhzum yang selama ini “menguasai” mereka. Teror dan siksaan mulai mendera keluarga itu. 

Kaum musyrikin memaksa Sumayyah bersama suami dan anaknya melepas keyakinan mereka. Tersebab ada di posisi sosial yang rendah, tak ada pilihan lain bagi keluarga Sumayyah selain harus tabah menghadapi tekanan dan siksaan. Mereka hanya bisa memohon pertolongan kepada Allah. 

Saat tahu kekejaman yang dialami Sumayyah dan keluarganya tapi kala itu tak mampu memberi bantuan, Rasulullah Saw lalu berkata, “Bersabarlah wahai keluarga Yasir karena sesungguhnya tempat kembali kalian adalah surga” (H.R. Al-Hakim).

Baca Juga:  Para Bintang dari Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta

Sumayyah yang terpelajar, semakin tegar dan sabar demi mendengar perkataan Nabi SAW itu. Selanjutnya, dia ulang-ulang kalimat ini: “Aku bersaksi bahwa engkau Muhammad adalah Rasulullah dan aku bersaksi bahwa janjimu adalah benar.”

Baca juga: Muwalat, Hukum Menjadikan Nonmuslim sebagai Pemimpin

Berikutnya, Sumayyah dengan penuh keberanian menantang Abu Jahal (pemimpin Quraisy yang ditakuti). Abu Jahal murka mendengar seorang perempuan menantangnya. Dia lalu membunuh Sumayyah dengan cara yang keji, demi menutupi rasa gengsinya yang telah ditantang seorang perempuan. Sumayyah pun gugur sebagai syahidah pertama karena membela agama Allah.

Asma, Pemberani!

Asma binti Abu Bakar, putri Sahabat Nabi Abu Bakar Ash-Shiddiq. Perempuan mulia ini salah satu warga Makkah yang awal-awal masuk Islam.

Pengorbanan Asma membela Islam besar dan banyak. Oleh Rasulullah SAW dia digelari ”Dzatun Nithaqaini” (Wanita Pemiliki Dua Ikatan). Hal itu terkait dengan peristiwa hijrah. Bahwa, memenuhi titah Allah, Rasulullah Saw harus hijrah dari Makkah ke Madinah.

Saat berangkat, Nabi SAW ditemani Abu Bakar RA. Ketika mempersiapkan bekal di perjalanan, Asma memotong kain selendangnya menjadi dua. Satu untuk mengikat bungkusan bekal, satu lagi dipakainya kembali. Oleh karena itulah, dia mendapat sebutan Pemilik Dua Ikatan.

Baca Juga Baiat Aqabah, Perjanjian Rahasia yang Menggerakkan Hijrah

Selanjutnya, di tengah pengejaran kaum kafir Quraisy, Rasulullah SAW dan Abu Bakar RA sempat berlindung di Gua Tsur untuk beberapa waktu. Atas situasi itu Asma rajin mengirim makanan ke Gua Tsur, sebuah aktivitas yang sangat beresiko.

Sungguh, Asma itu pejuang dan pemberani. Dia ikut dalam Perang Yarmuk bersama suaminya, Zubair. Atas performanya, Umar bin Khattab RA sangat menghormati Asma RA.

Baca Juga:  Ismail Haniyeh Terus ‘Hidup’, Isyarat Surat Ali Imran yang Dia Baca

Asma terpelajar. Dia meriwayatkan puluhan Hadits. Masya Allah, ini karunia Allah yang besar.

Tentu, banyak fragmen menggugah lainnya dari sisi-sisi kehidupan perempuan dermawan dan pemberani ini. Sejumlah buku merekamnya. Salah satunya, “Kisah-Kisah Indah Rasulullah Bersama Asma binti Abu Bakar”.

Ummu Sulaim, Cerdas!

Ummu Sulaim yang warga Madinah, memeluk Islam. Suaminya, Malik, tetap kafir. Mereka punya anak, Anas bin Malik.

Ummu Sulaim terpelajar. Dia mengajak suaminya masuk Islam, tapi Malik malah marah. Si suami lalu memberikan pilihan, ikut suami atau tetap Islam. “Saya pilih agama Muhammad,” tegas Ummu Sulaim.

Pindah fragmen. Anas bin Malik (anak Ummu Sulaim) menceritakan: “Ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah, aku baru berumur delapan tahun. Waktu itu ibu menuntunku menghadap Rasulullah SAW, seraya berkata: ‘Wahai Rasulullah, tak tersisa seorang Anshar-pun kecuali datang kepada Anda dengan hadiah istimewa. Namun, aku tak mampu memberi Anda hadiah kecuali puteraku ini. Maka, ambillah dia dan suruhlah dia membantu Anda kapan saja diinginkan’.”

Baca juga: Gambaran tentang Fisik Nabi Muhammad SAW

Anas bin Malik beruntung karena setelah itu dia didoakan oleh Nabi SAW: “Yaa Allah, perbanyaklah harta dan keturunannya, serta panjangkanlah usianya.”

Waktu bergerak. Doa itu dikabulkan Allah. Anas bin Malik tumbuh menjadi salah salah seorang Sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis.

Sekarang, fragmen lain lagi. Kala itu, di masa awal-awal Anas bin Malik sudah bersama Rasulullah SAW. Suatu saat, datanglah Abu Thalhah. Dia pemuda kaya, tampan, dermawan, dan baik hati. Berkali-kali dia melamar Ummu Sulaim yang cantik, tetapi selalu ditolak karena dia kafir.

Baca jugaMuwalat, Hukum Menjadikan Nonmuslim sebagai Pemimpin

Baca Juga:  Kasihani Penguasa!

“Ini pernyataan terakhir saya untukmu, wahai laki-laki tampan dan kaya. Jika engkau melamar saya dengan agama Muhammad, saya tak akan minta apa-apa lagi setelahnya,” kata Ummu Sulaim.

Tak ada pilihan lain, Abu Thalhah lalu memeluk Islam. Terjadilah pernikahan Abu Thalhah dan Ummu Sulaim. Maharnya, keislaman dari Abu Thalhah.

Setelah Anas bin Malik sukses menjadi pendakwah, kini giliran Abu Thalhah yang didorong oleh Ummu Sulaim ikut dalam barisan Rasulullah SAW mendakwahkan Islam. Ummu Sulaim berusaha keras, agar sang suami benar-benar dekat dengan Rasulullah SAW.

Kehidupan terus berjalan. Di Perang Uhud, Abu Thalhah turun ke gelanggang jihad. Dia memasang badannya bak perisai bagi Rasulullah SAW. “Wahai Rasulullah, tidak akan saya biarkan satu panah-pun menembus dirimu,” kata Abu Thalhah.

Baca juga: Karbala, Terbunuhnya Husain Cucu Nabi

Saat Perang Uhud berakhir, orang-orang menemukan jenazah Abu Thalhah. Dia syahid dengan 17 tusukan pedang di dadanya dan ada beberapa anak panah di punggungnya. Itu, demi menjaga Rasulullah SAW.

Siapa yang mendidik dan mengarahkan Anas bin Malik RA sehingga menjadi ulama Besar? Ummu Sulaim, sang ibu! Siapa pula yang mendidik dan menyemangati Abu Thalhah sedemikian rupa menjadi pejuang Islam yang tangguh? Ummu Sulaim, sang istri!

Tentu, banyak fragmen menggetarkan lainnya dari sisi-sisi kehidupan perempuan cerdas itu. Sejumlah buku mendokumentasikannya. Salah satunya, “Ummu Sulaim; Shahabiyah Kesayangan”.

Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari tiga perempuan terpelajar, Sahabat Nabi SAW, itu. Untuk hal tersebut, kita perlu membaca lebih lengkap biografi mereka. Bacalah riwayat mereka sambil menghayati ayat ini: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal” (Yusuf/12: 111). (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni