FeatureUtama

Pembantu Warung Soto Itu Bisa Kuliahkan Anaknya di UGM

×

Pembantu Warung Soto Itu Bisa Kuliahkan Anaknya di UGM

Sebarkan artikel ini
Pembantu warung soto itu dijalaninya supaya bisa sekolah meski hanya sampai SMP. Kini dia bersyukur ada anaknya yang diterima kuliah di UGM.
Roro Iswati, kanan, bersama putrinya, Andien Ika Bela Safitri, di acara wisuda lulusan MA Al-Ishlah Sendangagung Paciran Lamongan. (Roro/Tagar co.)

Pembantu warung soto itu dijalaninya supaya bisa sekolah meski hanya sampai SMP. Kini dia bersyukur ada anaknya yang diterima kuliah di UGM.

Tagar.co – Kebahagiaan menyelimuti keluarga Roro Iswati warga Desa Sendangagung Kecamatan Paciran Lamongan.

Putri pertamanya, Andien Ika Bela Safitri, diterima di Universitas Gajah Mada Yogyakarta (UGM) Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Dia masuk dari jalur SNBT (Seleksi Nasional Berdasarkan Tes) yang diumumkan Kamis (13/6/2024) lalu. Andien lulusan MA Al-Ishlah Sendangagung.

“Saya sangat terharu dan bersyukur Andien diterima di UGM,” kata Roro Iswati, Jumat (19/7/2024).

”Kata orang, UGM itu sekolahnya orang-orang yang punya duit dan orang pinter. Saya tidak punya itu semua. Bismillah niat mencari kebaikan,” ujar Roro Iswati.

Dia sangat bersyukur anaknya bisa kuliah di universitas ternama. Sebab dia sendiri tidak pernah kuliah.

Dia menerawang jauh mengingat masa lalunya. Anak pasangan Thoyib dan Yasemi ini lahir di Lamongan, 23 November 1985 di Desa Sendangagung Kecamatan Paciran. Dia tiga bersaudara.

Ayahnya petani. Hanya memiliki dua kedok sawah. Sekitar 250 meter persegi.

Hidup  di keluarga sederhana, bahkan kekurangan, tidak membuat Roro Iswati rendah diri. Dia juga akrab bergaul dengan teman-temannya.

Kondisi itu memotivasinya untuk berprestasi. Saat kelas 4 MI Muhammadiyah 13 Sendangagung Paciran, umur 10 tahun, sudah bekerja supaya bisa memenuhi kebutuhan sendiri. Bekerja sebagai pembantu warung soto Wak Konah tak jauh dari rumahnya.

Baca Juga:  Di Tangan Fasilitator Andal, ToT Baitul Arqam Aisyiyah Jadi Luar Biasa

Baca juga Karbala, Terbunuhnya Husain Cucu Nabi

Upah yang tidak seberapa dikumpulkan untuk biaya sekolah dan keperluan sehari-hari. Dia sadar tidak bisa berharap banyak hasil tani orangtuanya  yang sudah menghidupi dua saudaranya.

“Lulus dari MIM 13, alhamdulillah saya bisa melanjutkan ke SMP Muhammadiyah 12 Sendangagung Paciran dengan biaya sendiri. Pagi sampai siang sekolah. Malam setelah Magrib saya bekerja sebagai pembantu Warung Soto Wak Konah,” cerita dia.

Menurut dia, seperti mimpi bisa melanjutkan  ke SMP waktu itu. Di sekolah ini banyak teman. Karena murid SMP juga santri Pondok Pesantren Al-Ishlah dari berbagai macam daerah.

Roro Iswati tergolong murid pintar. Sayangnya setamat SMP dia tidak mampu meneruskan ke Madrasah Aliyah. Dia hanya bekerja sebagai pembantu warung soto.

Bekerja di Warung Soto Wak Konah masih dijalani sampai usia 20 tahun. Di warung itu Roro Iswati bertemu jodohnya. Ali Mahyudi, pemuda Sendangagung yang bekerja sebagai kuli bangunan.

Mereka menikah dikaruniai dua putri, Andien Bela Safitri dan Adysta Nuril Fahmi.

Keluarga Roro Iswati. Bersama suami, Ali Mahyudi, dan dua putrinya. (Roro Iswati/Tagar.co)

Sejak menikah hidupnya sedikit berubah. ”Rezeki itu ada saja datangnya,” tuturnya.

Dia berprinsip anaknya harus lebih beruntung daripada dirinya. Jangan sampai anak-anaknya tak bisa bersekolah tinggi seperti dirinya.

Ketika anak pertamanya, Andien Ika Bela Safitri, minta mondok di Al-Ishlah, dia pun mengiyakan.

“Tidak apa-apa. Modalnya cukup bismillah. Saya hanya meminta kepada Allah agar anak-anak lebih baik nasibnya ketimbang orangtuanya,” harapnya.

Baca Juga:  Dua Ikwam Bertemu Saling Menjaga Silaturahmi

Menjadi marbot Masjid An-Nur, masjid milik Muhammadiyah di kampungnya juga dijalaninya.

”Saya juga berjualan secara online dan buka jastip (jasa titip),” lanjutnya.

Biaya pondok dan sekolah membutuhkan anggaran Rp 600 ribu per bulan.

”Biaya ini besar buat saya. Tetapi Alhamdulillah saya bisa membiayai Andien selama enam tahun di pondok,” ujarnya.

”Sebentar lagi adiknya menyusul. Juga butuh biaya sekolah seperti kakaknya,” sambungnya.

Baca juga Masjid Al-Jihad Situbondo Dilengkapi 25 Toilet

Dia bersyukur anak-anak pintar dan taat beribadah. Andien selalu masuk 10 besar mulai kelas 7 SMP hingga kelas 12 MA. Juga rajin salat dan puasa Daud. ”Semua itu menjadi kebanggaan saya ibunya,” katanya.

Dia menceritakan, setelah Andiens di Universitas Gajah Mada Yogyakarta, sekarang berusaha mencari beasiswa seperti KIP (Kartu Indonesia Pintar). ”Semoga dimudahkan supaya Andien kuliah hingga lulus,” harapnya.

Pada 27 Juli 2024 Andien berangkat ke Yogya. Tinggal menghitung hari. Dia menyertai doa semoga semuanya dimudahkan oleh Allah.

Dia teringat doa Kiai M. Dawam Saleh, pengasuh Ponpes Al-Ishlah Sendangagung, untuk para santrinya. Semoga semua urusan mereka lancar, menjadi pribadi yang baik, bersungguh-sungguh, jujur, dan bekerja keras sehingga sukses. (#)

Jurnalis Sri Asian Penyunting Sugeng Purwanto

Feature

Smamuga Tulangan juara II Futsal Sumpah Pemuda kategori putra se-Kabupaten Sidoarjo. Mereka mengalahkan SMKN 3 Buduran di semifinal. Sedang di final mereka harus mengakui keunggulan SMK Trisakti Tulangan