Tagar.co

Home » Al-Birr, Kebajikan dalam Perspektif Al-Qur’an
Apa arti al-birr? Bagaimana Al-Qur’an menjelaskan tentang al-birr? Apa konsekuensi orang yang mengajak melakukan al-birr?

Al-Birr, Kebajikan dalam Perspektif Al-Qur’an

Apa arti al-birr? Bagaimana Al-Qur’an menjelaskan tentang al-birr? Apa konsekuensi orang yang mengajak melakukan al-birr?
Menanam kebajikan (Ilustrasi freepik.com premium)

Apa arti al-birr? Bagaimana Al-Qur’an menjelaskan tentang al-birr? Apa konsekuensi orang yang mengajak melakukan al-birr?

Tafsir Kata Kunci Al-Quran oleh Ustaz Ahmad Hariyadi, M.Si, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam An-Najah Indonesia Mandiri (STAINIM).

Tagar.co – Birr artinya kebajikan. Kata ini disebut sebanyak 8 kali dalam Al-Qur’an, beberapa di antaranya: Al-Baqarah/2:44, 177, 189, Ali Imran/3: 92, Al-Maidah/5:2, dan Al-Mujadilah/58:9. Berikut ini konteks penggunaan kata tersebut dalam Al-Qur’an:

Mengapa kamu suruh orang lain melakukan al-birr (kebajikan) sedang kamu melupakan (kewajiban) dirimu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir? (Al-Baqarah/2:44)

Ayat ini memang merupakan peringatan kepada Ahlil Kitab. Qatadah (Tafsir Ibn Katisr) mengatakan bahwa Bani Israil suka menganjurkan orang berbuat taat, takwa, tetapi mereka sendiri menyalahinya. Walaupun demikian ayat ini berlaku umum artinya Allah menuntut orang yang mengajak kepada kebajikan agar pengajak itu tidak melupakan dirinya sendiri dari kebajikan yang diajakkannya.

Rasulullah SAW bersabda, “Kelak di Hari Kiamat akan dihadapkan seorang dan segera dilempar ke Neraka, maka keluar ususnya, maka ia terputar di dalam neraka sebagaimana berputarnya himar di penggilingannya, maka dikerumuni orang-orang di neraka dan bertanya, ’Ya Fulan mengapa Anda? Tidakkah Anda selalu menganjurkan kami supaya berbuat makruf dan mencegah dari yang mungkar?’ Jawabnya, ’Dahulu aku menganjurkan kamu supaya berbuat baik sedang aku tidak mengerjakannya, dan melarang kalian dari kemungkaran, tetapi aku melakukannya.’” (HR Bukhari)

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu (albirr) kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, Hari Kemudian, Malaikat-Malaikat, Kitab-Kitab, Nabi-Nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaja, mendirikan salat, dan menunaikan zakat; dan menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa (Al-Baqarah/2:177)

Dan bukanlah kebajikan (albirr) memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu- pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung (Al-Baqarah/2:189) 

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada al-birr (kebajikan yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (Ali Imran/3:92)

Ayat-ayat menjelaskan tentang pengertian albirr yang sekaligus merupakan bukti dari iman, dengan beramal dalam berbagai bidang. Salah satu penjelasan dari albirr itu adalah memberikan harta yang dicintainya. Pengertian harta yang dicintai adalah harta yang disayangi, harta itu diharapkan mengantarkan kepada kekayaan, dan menjauhkan dari kemiskinan. 

… Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan al-birr kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksanya. (Al-Maidah/5:2)

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Dan bicarakanlah tentang membuat al-birr (kebajikan) dan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan. (Al-Mujadilah/58:9)

Al-birr menuntut kesungguhan dalam melakukannya. Agar tidak bosan dalam melakukan al-birr, agar tidak terasa berat dalam melanggengkan al-birr yang dilakukan, sebaiknya kita bekerja sama dan saling membantu dalam mengupayakannya. Saling membantulah dalam al-birr agar kita dapat konsisten melakukannya! (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *