Nasyiah Besuk Pantai Gresik, temukan sampah plastik dari mancanegara. Ada bungkus susu asal Turki Süt, bungkus keripik kentang asal Rusia Stax, bungkus mi instan asal India Maggi, dan bungkus mi asal Ukraina Reeva.
Tagar.co – Ranting sepanjang 1 meter terjulur ke permukaan air laut yang berbatasan dengan darat. Sekitar 15 centimeter ujungnya basah karena berulang kali tercelup air laut.
Maftuchatus Saidah, S.Pd. (33) terus mengulurkan ranting itu ke bibir pantai. Kader Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Kabupaten Gresik ini berusaha mengambil sampah botol plastik 250 mililiter yang mengambang di sana.
Iid, panggilan akrabnya, sudah berdiri di pinggir dermaga kayu. Badannya pun sampai membungkuk 45 derajat ke laut. Meski dengan bantuan perpanjangan tangan ranting, ia masih kesulitan meraih sampah botol plastik tersebut.
Melihat rekannya kesulitan, Ian Ianah, S.Psi.–Alumnus Nasyiah yang kini aktif menjadi Kepala Sekolah Kelompok Bermain (KB) Walidah 1 Gresik–coba membantu.
“Ayo tak pegangi, tak pegangi dari belakang,” ujar Ian, sapaannya, sambil merangkul Iid.
Iid mencoba mengulurkan ranting lagi. Badannya semakin membungkuk. Sayangnya, riak ombak membuat sampah plastik itu tetap terombang-ambing di permukaan.
Baca juga: Kisah Sopir ‘Taksi Pajero’ Menyambung Hidup di Kawah Ijen
Usai tiga percobaan Iid meraih sampah botol gagal, Ian melangkah ke samping Iid. Di tepi dermaga, ia mengulurkan ranting juga untuk meraih sampah plastik itu. Lagi-lagi botolnya kian menjauh.
Panas matahari pagi tak menyurutkan semangat kader Nasyiah, sebutan untuk organisasi perempuan muda Muhammadiyah, itu. Ian dan Iid lanjut kompak mendayung air dengan ranting. Berharap si sampah botol mendekati mereka. Kerja sama mereka berhasil. Sampah botolnya mendekat. Senyuman langsung tampak di wajah Iid dan Ian.
Sambil duduk di tepi dermaga kayu, Iid meraihnya dengan tangan kanan lalu memasukkan ke kantong sampah guna ulang. Ya, kantong sampah khusus berbahan kain waterproof parasit 190T bertuliskan Merdeka Sampah Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) Jawa Timur. Tertera pula tulisan jenis dan gambar sampah. Warna berbeda menunjukkan jenis sampah berbeda.
Mereka tersenyum lega setelah berhasil mengambil sampah terakhir pada sisi kanan dermaga itu. Sudah 30 menit mereka bekerja sama mengais satu per satu sampah yang berenang di sana karena dibuang begitu saja oleh masyarakat sekitar yang kurang bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Wakil Ketua PWNA Jatim Bidang LHPB serta Pustaka, Informasi, dan Teknologi Digital (Pusintek) Zahrotul Jannah, S.Kom. MM langsung mengajak tim dokumentasi untuk memotret kondisi sesudah mereka membersihkan area itu. “Foto before afternya ya,” ujar Zahro, sapaannya. Ia ingin menunjukkan perbandingan kondisi setelah dibersihkan di mana sudah bebas sampah.
Edukasi Nelayan
Kelegaan mereka tak bertahan lama. Berselang semenit, Ria Tri Wulandari, S.Kep., Ns.–Kader PDNA Gresik sehari-harinya aktif bekerja di RS Muhammadiyah Gresik (RSMG)–yang berdiri di sisi kiri dermaga mengungkap, “Lho, sampahnya masih ada. Pindah sini.”
Mereka langsung balik badan. Tawa mereka tak tertahankan menghadapi fakta ternyata masih ada sebagian sampah yang justru mengalir ke sisi kiri dermaga. Mereka lanjut bahu-membahu membersihkan.
“Yang paling susah, ambil sampah sedotan plastik!” ungkap Wulan, sapaannya, sambil memegang ranting dan mengenakan rompi tim kesehatan RSMG.
Baca juga: Hafalan Haidar, Kolaborasi Indah Mugeb School dan Orang Tua
Di tengah proses itu, Iid juga sempat menegur dan mengedukasi salah satu nelayan yang spontan berencana membuang terpal ke laut. Dari perahunya, sang nelayan hampir melempar. Iid yang melihatnya langsung berteriak, “Pak, jangan dibuang ke laut!”
Pria berkaos lengan panjang biru dan bercelana selutut warna merah itu kembali menarik terpalnya. Dari dermaga, Iid menyodorkan tangannya, meminta terpal tersebut. Sang nelayan melemparkannya dengan hati-hati dari atas perahu.
“Jangan dibuang di laut lagi, ya Pak,” sambung Iid sambil kewalahan menangkap terpal yang cukup besar itu. Beberapa bagian sudah berlubang. Pantas dibuang.
“Iya, iya, iya. Iya maaf,” jawabnya lalu kembali masuk ke perahu.
Dengan bantuan Umayah–Anggota Majelis Lingkungan Hidup Penanggulangan Bencana (MLHPB) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik–Iid memasukkan terpal tersebut ke kantong plastik guna ulang warna kuning. Warna ini memang untuk menampung sampah anorganik.
Aksi Kolaborasi
Tak hanya Ian dan Iid yang berduet dalam membersihkan sampah-sampah mengapung di permukaan tepi laut. Umayah juga punya teman duet, Ketua Karangtaruna Kroman Vicky Firmansyah. Sambil mengais sampah, Vicky menyampaikan apresiasi terhadap aksi lintas agama dan komunitas yang digagas PWNA Jawa Timur di daerahnya.
“Saya terima kasih, sudah dibersihkan laut saya. Kalau lintas agama baru ini, kalau lintas komunitas dulu sekali pernah ada bersama OI, klub fansnya Iwan Fals,” ungkap Vicky yang sehari-harinya menjadi satpam di SD Muhammadiyah 1 GKB Gresik. Seingat Vicky, saat itu Bupati Gresik yang menjabat ialah Dr. Ir. H. Sambari Halim Radianto, ST, M.Si (periode 2010-2015 dan 2016-2021).
Apresiasi juga datang dari Umayah. Pensiunan pegawai Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gresik itu bersyukur agenda ini terlaksana di Gresik. Selama ia bergabung di kepemimpinan periode ini di PDM Gresik, aksi besuk pantai ini kali pertama ia temui.
Baca juga: Suvenir Belerang Unik Kawah Ijen, Simbol Shio sampai Patung Religi
Total sekitar 60 peserta Besuk Pantai yang mengalami keseruan mengais sampah di sana. Mereka terbagi di dua lokasi berdekatan, yakni di belakang Balai Keling Kroman dan Balai Gede Lumpur. Keduanya terletak di Kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Para peserta mayoritas dari kader Nasyiatul Aisyiyah se-Kabupaten Gresik. Mulai dari tingkat daerah, cabang, hingga ranting. Selain itu, hadir Wakil Ketua Bidang LHPB PDM Gresik Hilmi Aziz Hamim SAg MPdI dan Wakil Sekretaris MLHPB PWM Jatim Danny Sutedja.
Dari Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kabupaten Gresik, sang bunda, hadir Triwulandari Heppyani Kurniawati. Perwakilan PC Fatayat NU Gresik turut serta. Hadir pula perwakilan Ortom Muhammadiyah seperti PD Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Gresik yang menerjunkan personel Kokam untuk membantu pengamanan. PD IPM Kabupaten Gresik turut serta dalam aksi.
Dari jajaran pemerintah, hadir Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gresik serta Kepala Desa Kroman dan Lumpur. Peserta aksi Besuk Pantai juga dari komunitas pegiat lingkungan Ecoton, Trash Control Community (TCC), dan Generasi Muda Pecinta Alam (Gempa) SMAM 8 Cerme.
Turut serta Majelis Buddhayana Indonesia Kabupaten Gresik, Parisada Hindu Dharma Indonesia Kabupaten Gresik, Pemuda Katolik Gresik, Remaja Pemuda Persekutuan Gereja-Gereja Pantekosta Indonesia (PGPI), dan Ketua Klenteng TITD Kim Hin Kiong Gresik. Acara yang didukung Ecobhinneka ini memang melibatkan lintas komunitas. Meski dari komunitas yang berbeda tapi mereka kompak bekerja sama membesuk pantai.
Istilah membesuk nyatanya bukan hanya untuk menilik kondisi orang sakit. Membesuk di sini menilik kondisi lingkungan sekitar pantai. Zahro menerangkan, “Kita besuk bagaimana keadaannya, apakah lingkungan tersakiti oleh aktivitas kita? Karena keadaan sekitar kita memang sedang tidak baik-baik saja.”
Dalam perjalanan menuju titik lokasi pantai, rombongan berjalan kaki selama 5 menit. Mereka sambil memungut sampah yang berserakan di sana. Mulai dari kardus, bungkus makanan, sampai bungkus rokok.
Rombongan sempat tertipu tempat penampungan sementara (TPS) di bibir pantai. Usai memungut beberapa sampah di tepi jalan depan TPS, Umayah, Vicky, dan beberapa rombongan baru menyadari itu merupakan TPS.
Di sekelilingnya yang tepat berbatasan dengan laut, ada anyaman bambu yang menahan sehingga sampahnya tidak jatuh ke laut. Mereka lantas melanjutkan perjalanan ke dermaga yang kanan kirinya terdapat sampah mengambang.
“Kalau merujuk pada aturan terkait TPS tentu kurang ideal karena dapat mencemari perairan selain juga ada syarat-syarat tentang luas lahan dan sebagainya,” komentar Zahro menemui fakta tersebut, Jumat (5/6/2024).
Brand Audit
Usai membersihkan sampah, rombongan membawa 30 kantong sampah ke pelataran Balai Keling. Mereka menuangkan seluruh temuan sampah ke atas banner bekas.
Proses brand audit pun dimulai pada pukul 9.30 WIB. Sarung tangan latex masih melekat di tangan mereka. Jongkok di antara timbunan sampah, beberapa peserta memilah dan mengelompokkan sampah. Setelah terpilah, ada yang bagian membaca merek dan perusahaan, ada yang bagian mencatat.
Saat inilah peserta dari Ecoton dan Trash Control Community (TCC) Ziyadatur Rizqiyah, S.Si. bersama Alfin Fatwa M. Afifudin menemukan empat bungkus sampah plastik dari mancanegara. Ada bungkus susu asal Turki Süt, bungkus keripik kentang asal Rusia Stax, bungkus mi instan asal India Maggi, dan bungkus mi asal Ukraina Reeva.
Baca juga: Gresik Punya Rujak Legendaris, Cingurnya Melimpah
Adapun sekitar 200 merek lainnya merupakan produk lokal. Ada yang plastik selapis, ada yang terbuat dari beberapa bahan (multilayer). Sampah popok, botol kaca, hingga anyaman bambu ada semua.
Di antara sampah anorganik itu, mereka juga menemukan sampah organik berupa gajih. Melihat temuan ini, Zahro menjelaskan, “Gajih itu termasuk sampah organik. Sampah organik memang bisa terurai asal kita perlakukan secara tepat. Mungkin yang membuang berpikir gajih itu akan dimakan ikan, namun ternyata tidak ada ikan yang tertarik.”
Ia meyakini, kalau dikubur di tanah, gajih akan lebih cepat terurai dengan hewan-hewan yang ada di dalam tanah. “Akan berproses membusuk dan terdekomposisi lebih baik daripada di air,” imbuh Project Leader Merdeka Sampah itu.
Hingga kini, PDNA Gresik sedang merapikan pencatatan laporan brand audit di lapangan. Laporan itu selanjutnya akan diolah lebih lanjut oleh PWNA Jatim.
“NA akan merilis hasil temuan sampah yang mendominasi di area ini lalu akan kami sounding ke pelaku usaha, industri, pemerintah, dan masyarakat,” ungkap Zahro. (#)
Jurnalis Sayyidah Nuriyah Penyunting Mohammad Nurfatoni