Bung Karno diklaim Pemkab Jombang lahir di Desa Rejoagung, Kecamatan Ploso pada 6 Juni 1902. Dalam catatan sejarah Sukarno lahir di Pandean IV/40 Surabaya pada 6 Juni 1901. Mana yang benar?
Tagar.co – Bung Karno atau Ir Sukarno diklaim Pemkab Jombang Jawa Timur lahir di Desa Rejoagung, Kecamatan Ploso pada 6 Juni 1902.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Pemkab Jombang dan Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Jombang menyampaikan temuan itu ke Universitas Bung Karno (UBK) dan Yayasan Pendidikan Soekarno di Jakarta, Jumat (28/6/2024) lalu.
Pemkab Jombang meminta dimediasi bertemu dengan Pemkot Surabaya yang sudah mengklaim presiden pertama RI itu lahir di kampung Pandean IV/40 Peneleh Surabaya untuk mendiskusikan kembali masalah bukti sejarah ini.
Mengutip Radar Jombang, pemerhati sejarah Jombang, Binhad Nurohmat, menjelaskan, di Desa Rejoagung ada bekas rumah yang pernah ditinggali keluarga R. Soekeni Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai Srimben.
Sukarno lahir di desa ini pada 6 Juni 1902. Waktu itu R. Soekeni menjadi mantri guru di Tweede Inlandsche School Ploso pada 28 Desember 1901. Bekas sekolah ini berada di Gang Tio, Dusun Losari Krajan, sudah hancur.
Baca juga: Presiden RI yang Terabaikan, Sjafruddin Prawiranegara
Dia juga menjelaskan, putri Bung Karno, Sukmawati, pada tahun 2010 pernah bercerita kepada Kuswartono, cucu ayah angkat Bung Karno di Ploso bernama RM Soemosewojo, bahwa Bung Karno sebenarnya lahir di Jombang.
Putri Bung Karno lainnya, Rahmawati, saat itu berkunjung ke Ponpes Majma’al Bahroin Shiddiqiyyah Losari Ploso tahun 2019 mengatakan, Bung Karno lahir di Ploso Jombang.
Hidup Berpindah
Masa kecil Bung Karno hidup berpindah-pindah mengikuti tugas guru ayahnya. Semula R. Soekeni pernah bertugas mengajar di Singaraja, Bali.
Di sinilah dia bertemu istrinya Ida Ayu Nyoman Rai Srimben. Anak pertama perempuan Soekarmini lahir di Singaraja, 29 Maret 1898.
Lalu pindah ke Surabaya tahun 1900 mengajar di Eropeesche Lagere School (ELS) Sulung. Soekeni menyewa rumah kecil di Pandean IV/40. Di rumah inilah Sukarno lahir, 6 Juni 1901.
Di kurun waktu inilah terjadi perbedaan data dengan temuan Pemkab Jombang. Menurut tim sejarah Pemkab Jombang di periode ini R. Soekeni menjadi mantri guru di Tweede Inlandsche School Ploso pada tahun 1901.
Baca juga: Orang Cina di Majapahit dan Asal-usul Wali Sanga
Sukarno kecil yang awalnya bernama Kusno juga pernah hidup bersama kakeknya Raden Hardjodikromo di Tulungagung sekitar tahun 1905. Di kota ini Bung Karno kecil diasuh Sarinah, pembantu kakeknya.
Ketika Soekeni bertugas di Mojokerto, Kusno ikut ayahnya. Di kota ini Kusno kemudian diganti namanya menjadi Sukarno. Di sini Sukarno masuk ELS tamat tahun 1915.
Lalu dia bersekolah di Hogere Burger School (HBS) di Regentstraat Kebonrojo Surabaya selama lima tahun. Dia indekos di rumah HOS Tjokroaminoto di Peneleh VII/29. Waktu sekolah di HBS ini ayahnya pindah tugas ke Blitar hingga pensiun.
Lulus HBS tahun 1921 kemudian mendaftar di Technische Hooge School (THS) Bandung Faculteit Weg- en Waterbouwkunde (Bangunan jalan dan air). Tamat pada 25 Mei 1926. Lulusan pada tahun itu ada tiga insinyur pribumi. Yaitu Sukarno, Anwari, dan Soetedjo.
Bukti Formulir THS
Sebuah arsip lama berupa formulir pendaftaran Sukarno ke Technische Hooge School (THS) Bandung memperkuat klaim Pemkot Surabaya bahwa Bung Karno lahir di Surabaya. Namun tahun lahir memperkuat data Pemkab Jombang.
Formulir itu menerangkan data Raden Soekarno
- Geboortedatum (tanggal lahir): 6 Juni 1902
- Geboorteplaats (tempat lahir): Soerabaia
- Naam, kualiteit, en woonplaat van den vader (nama, pekerjaan, dan rumah ayah): R. Sosrodihardjo Blitar
- Naam van de moeder (N=nama ibu): Ida Njomanaka
- Vooropleiding (pendidikan sebelumnya): Hooger Burgerschool te Soerabaia
- Getuigschrift (sertifikat): Eisidascamen id
- Daatekening (tanggal): 10 Juni 1921
- Datum van inschrijving (tanggal pendaftaran): 1 Juli 1921
- Faculteit (Fakultas): Wege en Waterbouwkunde (bangunan jalan dan air).
- Bezonderheden voor en bij inschrijving (rincian sebelum dan setelah pendaftaran) bagian ini terpotong.
Penulis/Penyunting: Sugeng Purwanto