FeatureUtama

Misteri Tiang Ummu Hani di Masjidilharam

×

Misteri Tiang Ummu Hani di Masjidilharam

Sebarkan artikel ini
Dua tiang Masjidiharam yang tertutup kayu pemugaran, menyisakan misteri sandaran sang Rasul (Tagar.co/Zaki Abdul Wahid)

Seseorang di Masjidilharam menjelaskan pada saya ada satu tempat bersejarah, tapi banyak yang tidak tahu. Hanya orang yang benar-benar mencintai Rasulullah yang akan mencari tahu. 

Tagar.co – Pagi menunjukkan pukul 02.00 waktu Makkah. Keluar dari pintu otomatis hotel, embusan angin hangat menyambut pagi, Sabtu (29/6/2024).

Jantung saya berdetak kencang berharap ada hal baru yang bisa saya dapatkan, sebagai bahan tulisan. Saya menoleh kiri dan kanan, mencari bus Rawaahil bernomor 18 dan alhamdulillah menemukannya.

Itu adalah jalur bus yang dapat mengantar saya ke terminal dekat dengan gedung Burjus Saah alias The Clock Tower, gedung pencakar langit menjulang tinggi dengan menara jam dan sabit mengarah ke atas. Sebuah bangunan spektakuler dan fenomenal di Kota Makkah.

Baca juga: Ka’bah dan Sejarah Haji

Ketika jam itu menunjukkan waktu salat Subuh maka akan memancarkan cahaya hijau dan kerlap-kerlip bak bintang bertaburan. 

Dari terminal bus sudah dekat dengan Masjidilharam. Hanya butuh berjalan kaki 300 meter sampai ke pintu idaman semua peziarah masjid: Pintu Nomor 1 King Abdul Aziz. 

Saat masuk dan turun lewat tangga, ternyata tempat salat sudah penuh dengan ibu-ibu. Saya harus mengitari Ka’bah untuk mencari tempat laki-laki salat yang berhadapan dengan Ka’bah. Saya tidak menemukannya.Padat. Saya lalu tergerak, ke lantai exit Al-Fath. 

Di situ ada ruang kosong dengan permadani hijau. Seorang bapak menutup Al-Quran saat saya mengambil saf, satu-satunya pria ketika itu. Dia mempersilakan saya untuk saalat sunah dua rakaat. 

Pintu King Abdul Aziz, terlihat Ka’bah dari kejauhan (Tagar.co/Zaki Abdul Wahid)

Seusai salam, dia menyapa saya dengan bahasa Inggris. Saya jawab dengan bahasa Arab. Dia senang dan mengajak ngobrol

Baca Juga:  Pentingnya Pemimpin Muda Mengenal Reptil

Maza ta’mal? ” tanya pria muda yang berusia 30-an tahun itu. Dia bertanya tentang pekerjaan saya. Dia sepertinya sudah menebak saya adalah Jemaah haji dari Indonesia. 

“Saya seorang guru bahasa Arab,” jawab saya dalam bahasa Arab. 

Ma hawiyatuk,” tanyanya kembali yang membuat saya terkaget-kaget karena pertanyaan tentang hobi biasanya disampaikan jika seseorang sudah kenal dekat. 

Baca juga: Khalifah Umar bin Abdul Aziz Akhiri Caci Maki pada Ali di Khotbah Jumat

“Menulis,” jawab saya singkat. Belakangan dia bertanya apa saja yang saya pernah tulis tentang Masjidilharam di Makkah Al-Mukaramah.

Saya pernah menulis tentang perluasan masjid yang digagas oleh Raja Abdullah Rahmatullah Alaihi, dan itu sangat fenomenal karena terbagi menjadi tiga babak pengembangan besar. 

Dia hanya tersenyum dan mulai mendekati saya dengan gesture ingin berbisik. “Attarifu Anil Amudil Ibnu Hani’? ” pertanyaan yang mengejutkan juga. Katanya apakah pernah saya terbesit tentang satu tiang yang diberi nama Tiang Ummu Hani? 

Hah! Di mana itu? 

Ka’bah dari Rukun Yamani (Tagar.co/Zaki Abdul wahid)

Dia menjelaskan ada satu tempat bersejarah, tapi orang tidak tahu. Hanya orang yang benar-benar mencintai Rasulullah yang akan mencari tahu. 

Dan perlu diketahui, katanya, tempat itu tidak perlu disakralkan, tapi andai saja ada yang tahu maka akan banyak peziarah yang berebut untuk sekadar salat di dekatnya. 

Saya mendesak di mana tempat itu? Saya tahu kerajaan Saudi banyak menyimpan misteri kesakralan tempat agar tidak dikultuskan. Dia tidak banyak bicara hanya kata sandi dan kata kunci, yang jika disederhanakan dalam bahasa Indonesia maka akan seperti ini. 

Baca Juga:  FFU Ke-8 Bertabur Penampilan Siswa Muhammadiyah Gresik

Pergi ke pintu nomor satu, atas nama raja pertama Saudi. Turun lewat tangga jalur kiri.

Lalu berbelok ke kiri. Berjalanlah sedikit mengitari. Keluar arah Mataf berbelok kanan (tawaf) dan berputarlah tujuh kali. Teruslah berputar sampai Rukun Yamani.

Sejajar dengan Rukun Yamani, berjalan menuju tempat para wanita saalat dan berdiri. Lihat dari kejauhan.Cari ada satu tiang yang berbeda di antara banyak tiang yang menjulang tinggi. 

Sekonyong-konyong dia berdiri menyalami saya dan bergegas pergi. Meninggalkan saya dalam kebingungan. Saya tepaku. Terpana. Bengong dan menggaruk-garuk kepala yang plontos. Merinding!

Baca juga: Ibadah Haji sebagai Titik Balik

Tidak berpikir lama, saya menunggu azan Subuh berkumandang. Rasa penasaran membakar sanubari. Selepas salat Subuh dan salat jenazah saya berlari keluar dari masjid. Menjauh. 

Di luar masjid, tepat di depan pintu nomor satu, pintu raja pertama Saudi yaitu Raja Abdul Aziz, saya menghela dan menarik nafas dalam-dalam. Bismillah!

Saya masuk, menuruni tangga, dan berbelok kiri, mengitari sedikit arah ke kanan dan keluar menuju Mataf.Saat keluar depan saya sudah rukun Yamani. Saya tawaf, hitung-hitung tawaf sunah. 

Tepat di putaran ketujuh saya menambahkan sampai Rukun Yamani lalu mengarahkan badan saya tepat di depan rukun itu. Saya sedikit melawan arus. Orang-orang yang ibadah tawaf berjalan mendekat hingga sampai di depan saya. Mencari tiang yang berbeda di antara semua tiang, tapi ternyata bukan satu tiang seperti gambaran pria tadi, tapi ada dua. Apa? Lantas, siapa itu Ummu Hani? 

Dua tiang tampak dari belakang, mengarah ke Ka’bah. (Tagar.co/Zaki Abdul Wahid)

Ummu Hani

Alkisah, Rasulullah junjungan kita mendatangi Ummu Hani bermaksud melamarnya sepulang dari Thaif yang berdarah-darah. Ummu Hani adalah kunyah alias ganggilan Hindun binti Abi Thalib, saudari Ali bin Abi Thalib.

Baca Juga:  Lomba Fashion Show Sumpah Pemuda di Smagas Meriah

Rasulullah merasa sedih teramat sangat, dari kehilangan Khadijah, anak beliau Ibrahim, dan kehilangan pamannya yang selalu menjadi penopang. Kehilangan semuanya. 

Bermaksud melamar untuk menemukan sandaran hidup, namun ketika itu lamarannya ditolak oleh Abi Thalib sang calon mertua.

Baca juga: Ibu Peradaban Itu Bernama Siti Hajar

Sedih yang bertubi-tubi. Beliau kekasih Allah. Tidak sanggup hanya berdiri, beliau termangu duduk di tiang rumah Ummu Hani dan seketika Burak pun datang. 

Keindahan kendaraan yang menjemput Rasulullah yang sedang bersandar di Tiang Ummu Hani itulah yang membawa Nabi sampai ke Sidratul Muntaha, dari Makkah ke Masjdilaqsa, dan menerima perintah salat.

Tiang Ummu Hani yang kini di tahun 1445 Hijriah dilupakan oleh banyak orang padahal sejarahnya sangat penting. Tiang itulah saksi bisu pertemuan antara Rasulullah dan Burak. Tiang itulah saksi bisu keberangkatan Rasulullah ke batas luar Galaksi menembus tujuh Langit.

Tiang itulah sandaran tatkala cinta Rasul bertepuk sebelah tangan, tapi masyaallah misteri masih berlanjut tak kunjung menemukan jawabannya, bahkan kerajaan sekalipun. “Mana di antara dua tiang itu adalah tiang Ummu Hani?” tanya saya hanyut dalam lamunan misteri. (#)

Jurnalis Zaki Abdul Wahid Penyunting Mohammad Nurfatoni

Feature

Smamuga Tulangan juara II Futsal Sumpah Pemuda kategori putra se-Kabupaten Sidoarjo. Mereka mengalahkan SMKN 3 Buduran di semifinal. Sedang di final mereka harus mengakui keunggulan SMK Trisakti Tulangan