Sejarah

Khalifah Umar bin Abdul Aziz Akhiri Caci Maki pada Ali di Khotbah Jumat

×

Khalifah Umar bin Abdul Aziz Akhiri Caci Maki pada Ali di Khotbah Jumat

Sebarkan artikel ini
Dendam politik antara Muawiyah dan Ali merambah sampai ke khotbah Jumat di masjid. Muawiyah memerintahkan khotib memaki Ali sebagai orang yang tak pantas menduduki khalifah dan dicap kafir.
Masjid Umayyah di Damaskus bekas kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan. (Republika)

Dendam politik antara Muawiyah dan Ali merambah sampai ke khotbah Jumat di masjid. Muawiyah memerintahkan khatib memaki Ali sebagai orang yang tak pantas menduduki khalifah dan dicap kafir.

Tagar.co – Khalifah Umar bin Abdul Aziz resah dengan dendam politik panjang antara Bani Umayyah dan Ali bin Abi Thalib.

Dendam terjadi ketika perebutan tahta khalifah antara Muawiyah bin Abu Sufyan di Syam dengan Ali bin Abi Thalib di Irak hingga terjadi Perang Shiffin. 

Lewat siasat diplomasi akhirnya Muawiyah berhasil menyingkirkan Ali bin Abu Thalib. Namun sejak itu situasi politik diwarnai hujatan dan caci maki kepada Ali.

Dendam politik sampai merambah ke khotbah Jumat di masjid. Muawiyah memerintahkan khatib memaki Ali sebagai orang yang tak pantas menduduki khalifah dan dicap kafir. 

Khatib yang tak mau melaksanakan pesan ini dianggap tak setia kepada penguasa dan dituduh berpihak kepada Ali.

Baca juga: Nabi Ibrahim, sejak Muda Sudah Radikal

Bayangkan, Ali bin Abi Thalib seorang assabiqunal awwalun mengikuti Islam sejak masih belia, banyak ikut perang bersama Rasulullah membela Islam, tiba-tiba menjadi orang yang terhina di mata penguasa.

Kekuasaan telah menjadikan dua sahabat Rasulullah ini dalam permusuhan yang sengit. Pertikaian ini berlangsung bertahun-tahun hingga tiba di masa khalifah Bani Umayyah kedelapan, Umar bin Abdul Aziz.

Bincangsyariah.com merujuk buku Syarh al-Yaqut An Nafis tulisan Sayyid Muhammad bin Ahmad Asy Syathiri yang bersandar cerita Syaikh bin Abdullah al-Aidrus menjelaskan, setelah menjadi khalifah, Umar bin Abdul Aziz berniat mengakhiri dendam politik ini.

Baca Juga:  40 Tahun Tragedi Tanjung Priok, ketika Aspirasi Dijawab dengan Peluru dan Penjara

Namun dia paham Bani Umayyah dan penduduk Syam sudah terbiasa dengan doktrin memaki dan mendoakan keburukan bagi Ali sebagai kebenaran. Sebab mereka mencap Ali itu kafir.

Umar bin Abdul Aziz lalu membuat strategi. Dia bicara dengan pemimpin Yahudi di Syam, Ibnu al-Hakam. Umar menceritakan rencana strateginya.  Di hari Jumat dia diminta datang ke masjid saat Khalifah Umar naik mimbar. 

Strategi pun dijalankan pada hari yang ditetapkan. Maka inilah yang terjadi. Di tengah jemaah Jumat ketika Khalifah Umar berkhotbah, Ibnu al-Hakam berdiri dan berkata, ”Wahai Amirul Mukminin, aku memiliki permintaan untukmu.” 

Baca juga: Ka’bah dan Sejarah Haji

Jemaah mencoba menghentikannya. Namun Khalifah Umar langsung merespon. ”Harap tenang. Biarkan saja dia.” 

Khalifah Umar bertanya, ”Apa maumu?”

”Aku datang untuk melamar putrimu, nikahkan aku dengannya.”

”Bagaimana bisa, kau seorang Yahudi” ujar khalifah.

”Ya, meskipun agamaku berbeda dengan kalian, tapi Nabi kalian menikahkan putrinya dengan Ali yang kafir itu.”

”Diamlah!” hardik Khalifah Umar pura-pura marah. 

”Ali ini adalah putra pamannya. Dia adalah sahabat Nabi yang memiliki keutamaan. Dia adalah pemuda pertama yang memeluk Islam …,” jelas Khalifah Umar lalu menjelaskan keutamaan Ali bin Abi Thalib.

”Lantas kenapa kalian melaknatnya di atas mimbar?” tanya Ibnu al-Hakam. Pertanyaan itu mengejutkan jemaah.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz langsung menjawab, ”Sejak hari ini kami tidak akan melaknatnya lagi.” 

Baca Juga:  Homeschooling Inspiratif ala Haji Agus Salim

Ia lalu berkhotbah dan menghapus laknat dan makian untuk Ali. Khalifah Umar menutup khotbah dengan membaca surat An-Nahl: 90.

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kalian mengingat.

Cara mengakhiri khotbah Jumat model Khalifah Umar bin Abdul Aziz dengan mengutip surat An-Nahl 90 ini masih dipertahankan hingga sekarang.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz memerintah pada 22 September 717 hingga 4 Februari 720 Masehi. Hanya dua tahun 137 hari. Wafat di usia 37 tahun.

Menjelang akhir hidupnya, dia sedang perjalanan dari Damaskus ke Aleppo lalu jatuh sakit. Ia meninggal dunia antara tanggal 5- 10 Februari 720 di Desa Dayr Sim’an dan dimakamkan di desa itu. (#)

Penulis Siti Agustini Penyunting Sugeng Purwanto