Bandar Grisse ibarat Gadis Cantik dan Menawan

0
Berada di Bandar Grisse, seolah-olah berdiri di negeri dongeng. Tempat ini adalah pelabuhan yang menjadi pusat perdagangan pertama di Indonesia.

Bandar Grissee di Gresik (Foto: Instagram @kemenpupr)

Berada di Bandar Grisse, seolah-olah berdiri di negeri dongeng. Tempat ini adalah pelabuhan yang menjadi pusat perdagangan pertama di Indonesia.
Bandar Grissee di Gresik (Foto: Instagram @kemenpupr)

Tagar.co – Berada di Bandar Grisse, seolah-olah berdiri di negeri dongeng. Tempat ini adalah pelabuhan yang menjadi pusat perdagangan pertama di Indonesia. Keren kan! Ditambah lagi, di sebelah barat Bandar Grisse, arah ke Kacamatan Manyar ada Makam Siti Fatimah Binti Maimun. Konon merupakan makam tertua se-Asia Tenggara. 

Bandar Grisse menjadi heritage kota tua. Ini tidak mengherankan. Dukungan dengan kampung yang memiliki keunikan. Ada Kampung Kolonial berupa bangunan khas Belanda, salah satunya adalah Gedung Nasional Indonesia (GNI) yang sudah dijadikan cagar budaya dan Gereja Pantekosta. 

Tidak hanya itu, ada Kampung Pribumi yang dihuni oleh masyarakat asli Gresik yang ditandai Makam Raden Santri. Ada Kampung Pecinan yang ditandai kelenteng yang diyakini sebagai kelenteng tertua di Indonesia, Kelenteng Kim Hin Kiong. Ada juga Kampung Arab dengan ikon Makam Syeh Maulana Malik Ibrahim. 

Melintasi Bandar Grisse, melalui 7 ruas Jalan Kramatlangon, Malik Ibrahim, Agus Salim, KH Zubair, Basuki Rahmat, AKS Tubun, dan Setia Budi seakan pemandangan potret kemajemukan negeri ini. Mereka bersatu di Kota Santri ini.

Di situ ada etalase memanjang multietnik, multiras, dan multiagama. Inilah pembelajaran bangsa kita, hidup berdampingan melalui kata persatuan. 

Tidak hanya itu, di sini juga unsur something to see (sesuatu untuk dilihat) berupa wisata Gajah Mungkur di Kampung Peranakan, Pelabuhan Kapal Kayu, dan Stasiun Gresik (GS), pada masa kolonial Belanda bernama Station Grisse diresmikan 1 Juni 1902. 

Stasiun ini masih menyisakan wajah sejarahnya berupa bangunan yang utuh dengan kanopi (overkapping) serta handel bertipe Alkmaar buatan Belanda.

Percantik Diri

Kini kawasan heritage kotaku itu bernama Bandar Grisse. Kalau diibaratkan gadis, dia sekarang bersolek, bermolek, mempercantik diri. Diresmikan 16-18 Desember 2022, Bandar Grisse sekarang wajahnya lebih fresh, menyenangkan, dan membuat pemuda mabuk kepayang. 

Di ruas jalannya, lampu-lampu cantik dipasang. Kalau malam, bagai bintang bertaburan di langit. Ada juga tempat duduk dari besi yang bisa dimanfaatkan pengunjung nongkrong saat tumbuh dengan fajar, menunggu senja, atau untuk menghabiskan malam. 

Kini kawasan dengan luas 60 hektare ini berubah 180 derajat. Temaram lampunya semakin mempercantik paras gadis bernama Bandar Grisse. 

Apakah pesona Bandar ini masih perlu dipercantik? Jawabnya iya. Bandar ini harus terus mempercantik diri sehingga warga Gresik, khususnya keluarga muda supaya tidak ber-healing keluar Gresik.

Mereka harus percaya diri dan menjadi Bandar Grisse sebagai tempat refresing sekaligus edukasi. Tidak sekadar something to see (sesuatu untuk delicate), tetapi ada unsur something to do (aktivitas), dan something to buy (tempat berbelanja) tentunya. 

Jalan Basuki Rahmat (Foto: Instagram @kemenpupr)

Ramah Milenial

Gresik bagian dari kota tua semakin kokoh dengan hadirnya Bandar Grisse. Bagaimana sih supaya menjadi Bandar ini bisa menjadi jujukan, tambatan hati generasi milenial? 

Pertanyaan ini tidak mudah dijawab karena berkaitan dengan kesadaran ‘kearifan lokal’ anak muda Gresik. Tidak hanya itu, sinergi kolaborasi dari berbagai unsur di Pemerintahan Daerah dibutuhkan. 

Bandar Grisse menawarkan wisata edukasi sejarah bagi generasi milenial. Karena ada aroma sejarah, maka Bandar harus meramahkan diri ke generasi ini. Hal ini dikarenakan milenial kalau sudah dengan dengan kata sejarah, mereka akan memalingkan diri. Meskipun belum ada penelitian khusus tentang hal ini, maka Bandar ini harus sadar dan paham.

Maka, pilihannya adalah menjadikan Bandar Grisse menjadi wisata intagramable supaya lebih familer di mata milenial. Gimana caranya? 

Anak muda itukan pengin eksis di sosial media. Ini harus dijadikan senjata Bandar Grisse. Maka, tampilan di tiap sudut Bandar harus dipercantik. Kawasannya bersih, asri, rindang, menghilangkan kesan kumuh, dan banyak ikon yang bisa untuk berswafoto menjadi syarat yang harus dipenuhi.

Ketika hal ini terwujud, maka Bandar Grisse akan tersebar di dunia sosial. Bahkan, video tiktok pun akan ramai. Ramainya Bandar Grisse di dunia maya inilah yang bisa mendongkrak popularitasnya. Namanya semakin dikenal, dan yang pasti menjadi puzzle hati kaum milenial yang sempat hilang di Kota Santri.

Semangat Berliterasi

Yang tidak boleh dilupakan juga adalah sektor promosi. Ibarat kita penjual, bagaimana barang dagangan kita bisa laku keras dan ludes terjual? Ya marketing. Sektor ini tidak boleh dilupakan dan ditinggalkan.

Promosi besar-besar harus dilakukan sehingga warga yang jauh dari zona Bandar Grisse juga paham dan mengerti kalau di jantung Kota Gresik ada ikon wisata yang eman kalau tidak dikunjungi. Ikon yang mengukuhkan jati diri Gresik, tidak hanya sebagai kota religi, tetapi sosial, budaya. 

Hal yang bisa dilakukan adalah promosi ke dunia pendidikan. Hadirnya Kurikulum Merdeka adalah peluang ‘menggiurkan’ Bandar Grisse bisa populer di dunia pendidikan. Bandar ini harus melakukan promosi ke lembaga-lembaga pendidikan, mulai PAUD-sampai SMA/SMK, dengan kata kunci membuka layanan edutrip. 

Dengan layanan ini, maka lambat laun wisata ini bisa dikenal pelajar di Gresik. Dampaknya, bukan hanya pelajar ketika mengikuti pembelajaran outing class, mereka akan mengajak keluarga, saudara, bahkan tetangga. 

Memang, dampaknya tidak bisa seperti membalikkan kedua tangan, tetapi usaha ini sedikit demi sedikit bisa mengangkat pamor Bandar Grisse sebagai circle eduwisata menyenangkan bernuansa nilai pendidikan. 

Berdiri di Bandar Grisse, dongeng itu membawa pada lamunan sejarah panjang. Pada abad 18, Gresik kota kelahiranku pernah menjadi bandar sangat hebat dan keren. (#)

Jurnalis Kirana Aura Zahy, Siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 10 GKB Gresik Penyunting Mohammad Nurfatoni

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *